Author POV
Di sebuah ruangan yang elegan dan mewah itu terlihat seorang laki laki yang tengah fokus dengan apa yang dilakukannya saat ini. Ya, laki laki itu Daniel Bramantyo. Ia tengah berkutat fokus pada layar monitor dengan sangat teliti seakan tak mau menimbulkan kesalahan sedikitpun.
"Selamat pagi pak. Satu jam lagi bapak ada meeting dengan pak rayden selaku direktur dari perusahaan batu bara Yang berada di Jakarta Selatan ..."ucap sekertaris nya- Dela
" Semua sudah di siapkan?.." tanya Daniel memastikan
"Sudah pak. Semua sudah siap.." balas Dela cekatan
"Jangan ada kekurangan sedikit pun. Saya tidak mau itu terjadi.." tutur Daniel dengan nada mengingatkan. Daniel tipikal orang yang sangat amat menjaga image perusahaan. Dia tidak mau perusahaan nya buruk Dimata kolega.
"Siap pak. Itu tidak akan terjadi.."
"Apa ada sesuatu yang bapak inginkan?.." lanjut Dela bertanya
"Tidak." Balas Daniel singkat
"Kalo begitu saya permisi pak.." ucap Dela seraya sedikit membungkukkan badan hendak keluar ruangan...
.
.Daniel POV
Ruang meeting
Aku terdiam sejenak ketika melihat siapa klienku. Rasanya tidak asing lagi aku melihat wajahnya. Apa aku pernah bertemu dengan pria ini? Tapi dimana? Ah sudahlah lupakan saja! Ingatan ku memang buruk soal ini. Tapi kalo soal pekerjaan, aku pasti mengingatnya walaupun sudah bertahun-tahun lamanya.mungkin karena aku gila bekerja jadi seperti ini. Mungkin....
"Selamat pagi tuan Daniel Bramantyo." ucapnya seraya mengulurkan tangan untuk berjabat
" Selamat pagi tuan rayden. Bisa kita mulai saja?.." ucapku to the point
"Tentu.." balasnya dengan tersenyum.
.
.
.
Author POV"Bagaimana? Bisakah kita bekerja sama untuk memenangkan tender proyek besar ini?" Ucap Ray.
"Dengan senang hati.." balas Daniel tanpa berfikir panjang..
"Terima kasih atas kesepakatannya tuan Daniel. Senang bekerja sama dengan anda.." ucap Ray seraya berjabat tangan..
"Semoga nasib baik berpihak pada perusahaan kita." Ucap Daniel membalas jabatan tangan Ray.
"Semoga.." jawab Ray lagi
"Terima kasih atas waktunya. Selamat siang.." lanjut Ray seraya keluar dari ruangan meeting yang di ikuti sekertaris nya.
Namun, apakah kalian tau? Jika saja Ray mengetahui rupa dari suami Amira seperti apa atau siapa, Entah apa yang akan terjadi. Nyatanya, laki laki yang di cap bajingan oleh Ray adalah orang yang baru saja meeting dengannya. Jika saja tau, mungkin kerja sama itu tidak akan terjadi.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Tentunya sudah larut sekali. Namun Amira masih setia menunggu kepulangan sang suami. Sudah tengah malam seperti ini, namun seseorang yang di tunnggu Amira belum juga menampakkan diri. Sebenarnya Amira sudah sangat mengantuk dan ingin merebahkan diri. Namun dia tidak akan melakukan hal itu sebelum ia melihat suaminya pulang bekerja." Tuan Daniel kenapa belum pulang juga.." gumamnya dengan mengigit jari karena khawatir..
"Lindungi suami Amira ya Allah.." lanjutnya lagi seraya menengadahkan kepalanya ke atas.
Selang beberapa menit berlalu, akhirnya suara pintu terbuka terdengar. Itu tandanya seseorang yang ditunggu Amira telah datang.
Seketika Amira langsung berlari ke arah suara untuk memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Life (Hiatus)
Genel KurguAmira. Gadis berusia 18 tahun yang mandiri dan baik hati ini begitu mengalami banyak musibah dalam hidupnya. Akankah dia sanggup menjalani hidupnya yang begitu jauh dari kata BAHAGIA? Penasaran? cuss baca! Rank # 1 in Amira 23 Maret 2021 # 17 in k...