15| Talionis (앙갚음).

1.3K 227 50
                                    

16 Wangsimni-ro, Seongsu-dong 1(il)-ga, Seongdong-gu, Seoul, 27 Februari 2510.

"SHIT!" Jeonkook mengumpat frustrasi saat di tengah gairahnya yang sudah sangat mendesak, ponsel di saku jaketnya justru berdering.

Dengan sangat terpaksa, ia menyingkir dari atas tubuh Sohyun kemudian menyambar jaketnya yang tersampir di sandaran sofa-mengambil ponsel yang ada di saku.

Lee Beomgyu is calling ...

"Ada apa?!" sentak Jeonkook begitu benda pipih itu menempel di telinganya.

"Oh? Apa aku mengganggumu, Hyeong?"

Tentu saja, brengsek!-batin Jeonkook.

"Ada apa?" ulang Jeonkook lagi.

"Tolong berikan alamat apartemen Irene. Aku ingin ke sana. Aku tadi sudah menghubunginya. Tapi ponselnya tidak aktif."

Jeonkook mengerang marah. Hanya karena ingin menanyakan alamat, Beomgyu sampai mengganggunya.

"Aku akan mengirimnya padamu."

Jeonkook langsung mengakhiri sepihak panggilan itu lalu mengetik pesan berisi alamat lengkap Irene pada adik tirinya itu.

Setelahnya, Jeonkook melempar asal ponselnya ke atas meja dan kembali mendekati Sohyun yang duduk di sofa dengan keringat yang membasahi kening.

Jeonkook memeluk Sohyun dan memejamkan matanya. Tubuh wanita ini gemetar dalam pelukannya.

"Maafkan aku," bisik Jeonkook penuh penyesalan. "Tidak seharusnya aku melakukan ini. Aku lepas kendali."

Sohyun tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dia sendiri sangat terkejut atas apa yang tadi Jeonkook lakukan padanya.

"Choi Sohyun, kau mau memaafkanku kan?"

Sohyun menganggukkan kepalanya pelan. Dia membalas pelukan Jeonkook, mengusap punggung pria ini dengan sayang.

"Jeon Kookie-mu ... seperti apa dia di masa lalu?" Jeonkook membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam. "Tentunya dia bukan pria brengsek sepertiku."

"Dia pemuda yang sangat manis dengan senyum hangat menenangkan. Sama sepertimu," Sohyun tidak bohong. Meski terkadang angkuh, namun di mata Sohyun, Jeonkook tetap memiliki sisi manis. "Dia juga selalu memikirkan orang lain. Dengan langkah-langkah kecilnya dia selalu menghampiriku dan memanggilku Noona sambil membawa payung saat hujan sedang turun."

Jeonkook segera melepas pelukannya. Menatap manik mata Sohyun yang berbinar.

"Sohyunie-Noona," ucap Jeonkook dengan bibir bergetar.

Dan seketika air mata Sohyun mengalir lagi.

"Noona, apa boleh aku juga memanggilmu demikian? Agar aku bisa segera mengingat semuanya? Aku ... tidak ingin tersiksa lebih lama lagi."

Sohyun mengusap kepala Jeonkook, sebuah kebiasaan yang begitu ia rindukan.

"Hm. Panggil aku Noona seperti di kehidupan sebelumnya."

Jeonkook menyunggingkan senyum tipis-yang membuat Sohyun merasa Jeon Kookie-nya telah kembali.

"Noona, bisakah kau tinggal di sini? Bersamaku? Aku ... tidak akan melakukan hal seperti tadi lagi. Aku hanya takut sendirian. Mimpi buruk itu bisa datang menyerangku kapan saja."

"Ya, tentu saja. Aku akan di sini menemanimu dan membantumu mengingat semuanya."

Jeonkook kembali memeluk Sohyun. Menghirup aroma wanita ini yang entah sejak kapan begitu ia sukai.

JAMAIS VU [2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang