18| Oppidum Exspiravit (유령 도시).

1.3K 226 65
                                    

16 Wangsimni-ro, Seongsu-dong 1(il)-ga, Seongdong-gu, Seoul, 09 Maret 2510.

Satu-satunya yang bisa Jeonkook lakukan setelah tidak menemukan keberadaan Sohyun di kampus selama beberapa hari ini adalah menunggu. Menunggu sampai wanita yang begitu ia cintai di masa lalu itu muncul kembali.

Ya, Jeonkook telah mengingat semuanya. Tentang apa saja yang telah ia lakukan bersama Sohyun di masa lalu, tentang bagaimana dirinya yang berusaha mendapatkan hati Sohyun dan tentang bagaimana seorang Choi Sohyun memperlakukannya.

Jeonkook tidak ingin kejadian di masa lalu terulang kembali. Di masa yang sekarang dia harus bisa bersama cinta pertamanya itu.

Bagaimana pun caranya.

Bukankah beberapa hari lalu dia telah meminta Sohyun untuk tinggal bersamanya di apartemen ini? Namun nyatanya Sohyun tidak memenuhi permintaannya. Wanita itu pergi, entah ke mana. Jeonkook bisa memakluminya, mengingat kejadian di Danau Seokcheon beberapa hari lalu.

Dan sekarang keputusannya sudah bulat. Dia tidak akan menikahi Irene. Jeonkook akan mencari cara agar dirinya bisa meninggalkan Irene dan hidup bahagia bersama Sohyun.

Jeonkook yang sejak tadi duduk di sofa apartemennya segera menoleh saat pintu apartemennya dibuka seseorang. Dan satu-satunya orang yang tahu password apartemennya selain dirinya sendiri adalah ...

Choi Sohyun.

Wanita itu berdiri mematung di depan pintu saat mendapati Jeonkook yang duduk di sofa sedang menatapnya. Sohyun memutar tubuhnya hendak pergi, tidak siap bertemu dengan Jeonkook saat ini. Namun sialnya gerakan Jeonkook lebih cepat dari yang ia duga. Pria yang tadinya masih duduk di sofa ruang tamu tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya. Menarik tubuhnya paksa untuk masuk ke apartemen dan menutup pintu besi dengan kaca di bagian atasnya tersebut dengan sangat keras.

Sohyun memberontak, berusaha melepaskan diri. Sayangnya tenaganya tidak cukup kuat. Apalagi Jeonkook tiba-tiba saja merapatkan tubuhnya ke dinding, mengunci kedua tangannya di atas kepala menggunakan tangan kiri pria itu. Sementara tangan kanan Jeonkook memegangi pinggangnya

"K-koo ..." Sohyun gemetar. Sorot Jeonkook yang menatap manik matanya terasa begitu mengintimidasi.

"Mengapa kabur?"

"A-aku tidak kabur."

"Menghindariku, tidak tinggal di sini, tidak muncul di kampus dan sekarang mencoba pergi saat melihatku apakah itu bukan kabur?"

Sohyun ingin menghilang saja rasanya. Sorot mata Jeonkook membuat nyalinya menciut. Ia juga merasa aura pria di depannya ini menggelap. Semarah itukah Jeonkook padanya?

Sohyun menghindar bukan tanpa alasan. Dia ingin menenangkan dirinya dulu karena bingung harus bersikap bagaimana. Jeonkook telah memiliki kekasih yang sedang hamil. Dan Sohyun tidak mungkin merebut Jeonkook dari kekasihnya. Sohyun tidak sejahat itu.

Tiba-tiba Jeonkook mencium bibirnya. Melumatnya dengan tergesa seolah jika pria itu melepasnya sedikit saja, ia akan pergi.

Sohyun mendorong tubuh Jeonkook sekuat tenaga agar pria itu berhenti menciumnya. Sayangnya Jeonkook terlalu kuat untuk ia singkirkan begitu saja. Bahkan sekarang pria itu semakin merapatkan tubuhnya.

Sohyun kualahan. Jeonkook terus menciuminya bertubi-tubi tanpa niat untuk berhenti.

"Aku telah mengingat semuanya, Noona," bisik Jeonkook di sela ciuman panasnya. "Aku ingat siapa kau sebenarnya, Choi Sohyun."

Kalimat yang baru saja Jeonkook lontarkan berefek besar pada Sohyun. Seperti sebuah mimpi indah yang ia harap bisa terwujud dengan segera.

Dan hari ini, mimpi itu menjadi kenyataan.

JAMAIS VU [2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang