32| Revelare (공개).

1K 208 95
                                    

16 Wangsimni-ro, Seongsu-dong 1(il)-ga, Seongdong-gu, 11 April 2510.

"Noona ke mana saja selama beberapa hari ini? Mengapa tidak menjawab teleponku? Dan mengapa tidak pulang? Apa Noona lupa kalau aku sering mimpi buruk?"

Rentetan pertanyaan keluar begitu saja dari mulut Yoon Jeonkook begitu mendapati Choi Sohyun berdiri di depan pintu apartemennya malam ini. Dengan cepat, ia segera menarik Sohyun dan menutup pintu-tidak lupa untuk menguncinya.

"Jawab aku!" Jeonkook merapatkan tubuh Sohyun ke dinding dengan kedua tangan yang berada di sisi kanan dan kiri wanita itu. "Mengapa tidak pulang?"

Setitik bening menetes membasahi pipi Sohyun. Dengan mulut gemetar dia melontarkan pertanyaan yang selama beberapa waktu ini bersarang dalam pikirannya.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Apa maksud Noona? Aku Yoon Jeonkook-Jeon Jungkookmu di masa lalu."

Sohyun mendorong kuat tubuh Jeonkook hingga pria itu mundur beberapa langkah.

"Apa buktinya jika kau memang Jeon Kookie?"

Rahang Jeonkook mengeras. Emosinya tersulut setelah melihat betapa ragunya Choi Sohyun padanya.

"Wajahku, luka di pundakku, bekas cambukan di punggungku dan semua mimpi buruk yang menghantuiku setiap malam. Apa itu belum cukup untuk meyakinkanmu bahwa aku adalah Jeon Kookie? Apa aku harus mencari reinkarnasi Park Jimin dan membiarkan dia menyiksaku supaya kau percaya kalau aku memang Jeon Kookie-mu?!"

Tubuh Sohyun seketika menegang saat mendengar nama Park Jimin. Apalagi melihat ekspresi Jeonkook yang terlihat begitu terluka dengan air mata menggenang, membuat Sohyun mendadak merasa bersalah.

"Katakan padaku, Noona! Aku harus bagaimana agar kau tidak meragukanku? Apa yang harus aku lakukan supaya kau tidak mengabaikanku lagi?"

Sohyun menghampiri Jeonkook dan memeluk erat pria itu.

"Maafkan aku, Koo ... maafkan aku."

"Argh!" Jeonkook merintih dan segera menjauhkan tubuhnya dari Sohyun.

"Wae?" Sohyun menatap Jeonkook bingung, apalagi pria itu terlihat sangat kesakitan.

"Punggungku, Noona."

"Kau terluka lagi?"

Jeonkook mengangguk. Ia segera duduk di sofa masih dengan merintih kesakitan. "Aku masih mimpi buruk."

"Buka bajumu, aku akan mengobatimu."

Setengah berlari, Sohyun menuju kamar Jeonkook dan mengambil kotak obat di sana. Kemudian ia kembali ke ruang tamu dan duduk di samping Jeonkook yang sudah melepas kaosnya.

Air mata Sohyun menetes lagi. Ia merutuki kebodohannya karena mengabaikan Jeonkook begitu saja hanya karena ragu. Melihat betapa parahnya luka-luka di punggung pria itu membuat Sohyun semakin merasa bersalah.

"Tahan ya," Sohyun mengolesi salep pada luka-luka di punggung Jeonkook sambil meniupnya. Ia sendiri tidak tahan membayangkan betapa tersiksanya Jeonkook karena selalu dihantui mimpi buruk.

"Jangan menangis," Jeonkook berbalik menghadap Sohyun. "Aku baik-baik saja."

"Ini salahku," Sohyun menunduk dan air matanya semakin menderas. "Harusnya aku menjagamu, Koo. Harusnya aku tidak meragukanmu."

"Apa yang membuat Noona ragu? Apa aku melakukan kesalahan?"

Sohyun menggeleng.

"Lalu apa?"

JAMAIS VU [2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang