20| Disputationem (토론).

1.2K 216 64
                                    

Luxury Apartement 101 Daechi-dong, Gangnam-gu, Seoul, 10 Maret 2510.

Irene menyukai keadaan seperti ini. Duduk di sofa, menonton televisi dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik pria yang ia cintai. Rasanya kebahagiaan Irene terasa sangat lengkap meski dengan sesuatu yang sederhana.

Sementara pria yang duduk di sampingnya ini memainkan rambutnya dan sesekali mengecup puncak kepalanya. Benar-benar membuat Irene merasa nyaman dan tenang. Andai saja tidak sedang menjalankan rencana untuk menghancurkan Yoon Jeonkook, Irene yakin bisa setiap hari melakukan hal-hal romantis bersama pria ini.

"Ingin makan sesuatu?"

Irene menggeleng sebagai jawaban. Beberapa hari ini dia tidak berselera makan karena mual. Satu-satunya yang bisa masuk ke dalam mulutnya hanyalah buah apel. Selain itu jangan harap Irene bisa menelannya.

"Kau harus menjaga kesehatan demi bayi kita," ujar pria itu. "Jangan hanya makan apel, nanti bayi kita kekurangan nutrisi."

"Tapi aku mual. Rasanya benar-benar tidak nyaman, Jun."

Yeonjun mengusap pipi Irene lembut. Saat sedang cemberut seperti ini, kekasihnya benar-benar terlihat menggemaskan.

"Aku tahu. Jadi pelan-pelan saja makannya."

Meski sangat kesal, namun Irene tetap mengangguk pada akhirnya. Apa yang Yeonjun katakan memang benar. Bayi mereka butuh nutrisi dan Irene tidak boleh hanya mengonsumsi apel saja.

"Irene-ah."

"Hm."

"Aku akan membakar Death Note-ku."

Dengan gerakan yang kelewat cepat, Irene menegakkan duduknya. Menatap lekat pada manik tajam milik Yeonjun.

"Kau gila?! Apa kau tahu akibatnya jika membakar Death Note-mu?"

"Aku tahu," Yeonjun meraih telapak tangan Irene, mengecupnya sekali kemudian menggenggamnya erat. "Tapi aku tidak bisa membiarkanmu merawat bayi kita sendirian."

"Kau hanya akan hidup selama tiga puluh tahun, Jun. Dan setelahnya kau akan mati."

"Aku lebih baik mati setelah menjadi manusia agar bisa hidup bersamamu," ujar Yeonjun dengan senyum yang dipaksakan. Meski sebenarnya ia sangat sedih karena Irene hanya memiliki sisa umur sebelas tahun sebelum kematian datang menjemput.

"Jun, jangan lakukan itu. Menjadi malaikat maut adalah yang terbaik untukmu."

"Kau adalah yang terbaik untukku," Yeonjun kali ini memeluk Irene, mendekap tubuh hangat sang kekasih dan berharap kekasihnya ini tidak menyadari kesedihan yang sedang melanda hatinya.

"Aku hanya memiliki sisa umur sebelas tahun," imbuh Irene. "Setelah itu aku akan mati."

"Aku tidak peduli berapa lama aku bisa bersamamu. Yang jelas aku ingin bersama-sama membesarkan bayi kita nantinya," Yeonjun melepas pelukannya pada Irene dengan tetap menyunggingkan senyum. "Jadi sebelum bayi kita lahir, Yoon Jeonkook harus sudah mati."

Irene mengalihkan tatapannya ke arah lain. Otaknya refleks memutar kejadian demi kejadian yang telah ia lalui selama ini. Sejak ia menemukan surat kutukan takdir di ruangan August hingga membuatnya mengajukan permohonan pada Sang Pencipta untuk menbakar Death Note-nya dan menjadi manusia demi mengubah kutukan takdir tersebut.

Irene benar-benar terlahir kembali sebagai seorang manusia, sembilan belas tahun yang lalu dengan wujud seorang bayi mungil yang cantik. Dan rupanya Tuhan benar-benar mengabulkan permohonannya, yakni terlahir menjadi manusia yang memiliki ikatan dengan Yoon Jeonkook-sahabat masa kecil yang kini bermetamorfosis menjadi kekasihnya.

JAMAIS VU [2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang