Dibiasakan sebelum membaca vote dulu ya^^
Happy Reading!
"Tolong jauhin gue" ucap Mina pada seseorang di seberang sana.
"Kenapa? Kedengerannya lo ga bahagia sama kabar yang gue sampein" pertanyaan Mark seolah mengintimidasi dirinya, padahal Mina sama sekali tak merasa seperti itu. Bahagia? Tentu, Mina sangat bahagia. Tapi kondisi sudah berbeda saat ini, ia memiliki Jaemin, pria yang sudah beberapa saat terakhir ini menemani dirinya.
Pria yang selalu mengerti keadaannya, yang selalu sabar akan apa yang Mina lakukan dan tak pernah mencoba mencari tau apapun tentang hal yang Mina yakini sebenarnya Jaemin ingin tau. Tapi Jaemin tetap diam demi menjaga perasaannya. Kini giliran Mina yang menjaga perasaan pria itu, pria dengan seribu kesabaran yang tertutupi oleh sikap konyolnya.
"Gue ga bilang kalo gue ga bahagia denger kabar itu. Tapi, situasi udah berbeda Mark. Gue yakin, lo pasti bisa bahagia tanpa atau bareng sama gue. Jadi gue minta, tolong jauhin gue, gue udah bahagia sama Jaemin—"
"Lo ga bener bener sayang sama Jaemin, lo cuma jadiin Jaemin pelampiasan rasa lelah lo karena berjuang buat lupain gue. Lo korbanin perasaan Jaemin demi gue, gue tau itu Na—"
"Ga usah sok tau, ga usah berlagak jadi orang yang sok paling bener. Ga usah berlagak lo adalah orang yang paling kenal gue" Mina mematikan sambungan telepon itu dengan gusar, rasanya sangat jengkel, namun juga hatinya tak membantah apa yang di ucapkan Mark.
Cinta datang karena biasa. Mina percaya itu, dan kini Mina benar-benar menyukai Jaemin, sangat menyukainya. Melihat ketulusan yang Jaemin lakukan untuknya, dalam hal apapun itu, membuat Mina luluh. Meski niat awal hanya untuk sekedar melupakan Mark, tapi sekarang Mina seperti terkena karma, ia benar-benar mencintai Jaemin.
"Mina? Udah selese pake toiletnya belom?" Mina dengan cepat mengambil buket bunga juga memasukkan sebuah memori kecil kedalam papperbag yang diberikan Mark.
"Udah Jae, sebentar" Mina keluar dengan cengiran lebar, Jaemin mengusak rambut Mina dengan gemas, lalu menariknya menuju kamar.
Mina menyimpan papperbag kecil itu kedalam laci dan buket bunga diatas nakas. Mina menaiki ranjang, berbaring disamping Jaemin yang sudah memeluknya hangat. Rasa bersalah mulai menghantui Mina sekarang.
***
-1 tahun kemudian-Hari dimana setiap siswa atau siswi dari SOPA saling berpelukan, berjabat tangan dan melepas air mata telah tiba. Mina memeluk temannya satu persatu, dengan Jaemin yang setia memberikan tissue jika Mina mengangkat tangannya.
"Semoga di kampus tempat gue sekolah nanti, gue ga punya temen kaya lo lagi Mi" isak Mina sembari memeluk Mimi, Jaemin dan teman-teman Mina yang lain menggeleng mendengar ucapan Mina.
"Kok lo jahat sih Na?" pekik Mimi, Mina mengelusi kepala Mimi, "Yaudah, maaf."
Mina melepaskan pelukannya pada Mimi, mengucapkan selamat tinggal sekali lagi. Mina menggenggam tangan Jaemin, menghampiri orang tua mereka. Ya, mama papa Jaemin sudah mengetahui hubungan mereka, tepat di bulan ke-6 mereka berhubungan. Keduanya memberikan respon yang baik, juga sangat menyukai Mina.
Bisa dibilang, keluarga Mina dan Jaemin sudah merestui hubungan mereka. Perjalanan mereka terhenti saat Mark menghalangi jalan mereka, Jaemin menatap Mark dengan tatapan teduhnya, sedangkan Mina sudah meremat jas hitam yang dikenakan Jaemin.
"Gue cuma mau ucapin selamat tinggal, ga lebih" kata Mark seakan meminta izin. Jaemin melepas genggaman Mina, yang dilepas hanya menatap Jaemin bingung, lalu Jaemin mengangguk meng-isyaratkan jika ia tak apa-apa.
Jaemin meninggalkan Mina bersama Mark, memberikan ruang untuk keduanya. "Selamat tinggal princess" ucap anak semata wayang dari Lee Dongwook itu. Jangan tanyakan bagaimana perasaan Mina saat ini, hatinya bergetar tak karuan, bukan karena perasaan yang sudah lama kini hadir kembali. Tapi karena ini pertama kalinya lagi ia berada sedekat ini sejak kejadian 1 tahun lalu, saat Mina meminta Mark menjauhinya.
Mark benar-benar melakukan hal itu, tak ada lagi spam chat, komentar di media sosial, dll. Mina hanya mendapatkan 1 atau 2 pesan dalam sebulan dari Mark. Yang isinya selalu sama.
"Gue menjauh bukan berarti nyerah. Gue cuma pengen liat cewe yang gue sayang bahagia. Apa lo bahagia sama Jaemin selama gue jauh dari lo?" Mina mengangguk menjawab pertanyaan Mark, Mark tersenyum. Tak lagi khawatir akan keadaan Mina, ia rasa sudah menepatkan Mina pada lelaki yang tepat.
"Sekali lagi, selamat tinggal" Mina menggeleng, menahan bibir Mark berkata lebih banyak dengan sedikit meremas jas Mark.
"Jangan pernah ucapin selamat tinggal. Kita gatau, suatu hari nanti mungkin kita bakal ketemu lagi. Gue- gue sangat bersyukur punya temen yang pengertian kaya lo. Makasih" ujar Mina sungguh-sungguh. Dada Mark terasa sangat sesak, harga dirinya sedang dipertaruhkan, rasa ingin menangis tapi malu jika dihadapan Mina.
Mark menunduk dan memberikan Mina setangkai bunga lily. Jika yang lain memberikan Mina mawar merah, seperti yang dilakukan Jaemin beberapa waktu lalu, lain hal nya Mark yang memberikan Mina setangkai lily yang sudah sedikit layu.
Mina menerima lily itu, meski masih bingung kenapa Mark memberikannya bunga dengan kelopak yang sudah layu.
"Gue beli sebuket lily tahun lalu. Tepat dihari gue mutusin buat bener-bener ngejauhin lo. Buket lily yang isinya cukup banyak, gue simpen selalu dikamar, gue rawat, gue ganti airnya setiap kali gue rasa airnya ga jernih lagi keliatannya. Satu persatu lily mati seiring berjalannya waktu, dan ini lily terakhir yang masih bertahan sampe hari ini. Kalo boleh gue ibaratkan, bunga lily ini sama kaya gue, melemah disetiap harinya, tanpa lo" Mina menitikkan air matanya, tak mengerti dengan keadaan yang membuatnya sesakit ini.
Perasaan nya pada Mark memang sudah tak lagi sama, hatinya masih tetap sakit melihat Mark serapuh itu. Sikap Mark yang terlihat kuat membuat Mina melupakan fakta, bahwa dirinya pun dulu bersikap seolah seorang gadis yang sangat ceria tanpa masalah apapun, tapi nyatanya Mina menyimpan luka sendirian. Mina sadar, Mark seperti dirinya.
"Lo ga perlu nangis, gue ga suka dikasihani" kata Mark menertawakan dirinya sendiri.
"Liat lo bahagia udah bikin gue serasa hidup. Setiap liat lo ketawa disamping Jaemin bikin gue terasa bernafas lagi. Ya, gue tau ini berlebihan, tapi emang ini kenyataannya" Mina memeluk Mark dengan sangat erat, tak peduli beberapa pasang mata tertuju pada mereka. Yang Mina tau, hanya ingin meringankan perasaan Mark dengan memeluknya.
Mark tersenyum membalas pelukan Mina. Hatinya senang, dirinya dipeluk seseorang yang sangat di rindu.
"Gue mau lo bahagia Mark" ucap Mina lebih mengeratkan lagi pelukan nya pada Mark.
"Gue bahagia. Tapi bahagia gue, udah jadi bahagia orang lain" lirih Mark membuat Mina terpaku, diam tak bisa menjawab apapun.
Tbc.
Halo, selamat siang. Semoga hari ini di penuhi kebahagiaan dan kedamaian ya^^. Saya pikir hari ini saya cukup punya banyak waktu, jadi akhirnya saya putusin buat update. Semoga ceritanya ngga membosankan ya, jangan lupa vote and comment😄.
Stay safe♡
Jum, 10 Apr 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Unendlieche Liebe [Sudah terbit]
FanfictionPLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!! "Ikuti saja alurnya. Bersatu atau tidak nya kita, biar Tuhan yang menentukan." -Mark lee "Awalnya aku tak percaya ada seseorang dengan senyuman yang menawan. Namun kini aku percaya dan itu nyata. Tuhan mempertemukan ak...