15. Reuni?

239 38 3
                                    

Dibiasakan sebelum membaca vote dulu ya ^^

Happy Reading!

Minhee mengelus dada nya saat terkejut melihat Mina yang duduk dengan tubuh di tegapkan dan memasang wajah serius.

Tak ada makanan apapun di hadapannya, padahal ia sedang di dapur. Lalu apa yang di lakukan Mina?, pikir Minhee.

"Ngapain sih, anjing" Minhee mengumpat di akhir kalimat. Mina menggeleng, wajahnya tetap menunjukkan bahwa ia sedang berpikir keras.

"Heh su, kalo ada yang nanya itu jawab. Ga sopan" celetuk Minhee.

"Lagi ngedukun" Minhee menoyor kepala adiknya, kini posisi duduk Mina sedikit tergeser karena terhuyung.

"Apa sih?!"

"Ngapain ngedukun? Mau melet Mark biar suka sama lo? Ngarep bener" Mina menajamkan pandangannya.

"Apa sih?"

"Lah bego, kan lo bilang tadi lagi ngedukun. Lo mau melet si Mark, kan? Ngaku" desak Minhee, Mina bangun dari duduk nya lalu kakinya berjinjit untuk membisikkan sesuatu pada sang kakak.

"Dukun=duduk tekun" bisik Mina, Minhee mengangguk-anggukkan kepalanya paham.

"Kalo ngomong yang bener makanya, jangan disingkat" cibir Minhee, Mina mengendikkan bahunya lalu berjalan menuju kulkas.

"Mina, Minhee, Cepet ganti baju" teriak Jihyo, Mina menutup botol yang isinya hanya tersisa setengah.

"Mau kemana?" balas Mina

"Gausah banyak tanya, cepet ganti baju" Minhee tertawa pelan melihat wajah adiknya merengut sebal.

"Udah udah, ayo ganti baju"

"Dih! Lo ganti baju sendiri lah!" Minhee menautkan alisnya, adiknya itu memang tak waras, pikirnya.

"Yang bilang kita ganti baju bareng, siapa?" ucap Minhee dingin, Mina menunjukkan tampang polos nya.

"Emang ga ada ya?" Minhee menarik napas pelan dan menghembuskannya, harus banyak bersabar, tak boleh emosi, tak boleh berkata kasar, Mina itu adiknya.

***

"Abang? Ini rumah siapa dah? Gede bener" Mina membuka kaca mobil, wajahnya keluar untuk melihat rumah besar yang dimasuki oleh mobil sport ayah nya.

"Masih gedean rumah kita, ga usah norak" Mina membalikkan wajahnya dan menatap Minhee.

"Masa sih?" kini matanya kembali menatap rumah besar itu.

"Wah, iya bang. Masih gedean rumah kita"

"Iya lah"

"Banyak omong kalian, ayo turun" Mina dan Minhee tersenyum kaku saat mendapat teguran dari sang papa. Kemudian turun dari mobil menuruti ucapan Daniel.

Mina terus saja menempel pada Daniel, manja memang.

"Papa, papa ga bakal jual Mina kan?" Daniel melotot, lalu menyentil pelan kening putrinya.

[1] Unendlieche Liebe [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang