25. Patah

201 25 5
                                    

Sebelum membaca dibiasakan vote dulu ya^^

Happy Reading!

Mina berhasil masuk ke dalam rumah Jaemin bersama Mark, tentunya dengan cara yang sangat mudah. Ingat tidak, semua orang yang ada di rumah Jaemin mengenalnya? Ya, karena itu lah Mina dapat dengan mudah memasuki rumah Jaemin. Kebetulan orang tua Jaemin pergi untuk dinas, juga Jaemin sedang tidak ada di rumah. Sekarang pukul 9 malam, kurang lebih sudah 2-3 jam Mina di rumah Jaemin.

Jaemin belum juga pulang, tapi juga tak satu pun pesan masuk dari Jaemin, padahal Mina sudah coba menghubungi. Kata salah maid dirumah itu sih, katanya Jaemin keluar buat ketemu orang, tapi mereka juga ga tau siapa yang mau ditemuin Jaemin sampai jam segini belum juga pulang.

Semua sudah siap, kue, kado, juga kamar Jaemin yang sudah ramai di hias balon-balon. Lucu sekali, gemas Mina melihat hasil tangannya yang tentunya di bantu oleh Mark. Setelah beberapa menit, terdengar suara mesin mobil dimatikan, Mark memastikan siapa yang datang, betul saja, itu mobil Jaemin.

Mark langsung mematikan lampu kamar Jaemin dan langsung berlari memasuki ruang ganti di kamar Jaemin bersama Mina. Mina terkikik, ia sudah memegang kue bersama dengan korek api yang akan menyalakan lilinnya nanti. Suara langkah kaki terdengar, Mina semakin dibuat gemas tak sabar melihat reaksi Jaemin nantinya.

Suara pintu terbuka terdengar, tapi lampu tak juga kunjung menyala. Mina dengan semangat bersiap untuk menyalakan lilin dibantu oleh Mark. Tapi pergerakan tangannya terhenti saat mendengar suara seorang perempuan, bukan suara bunda atau pun para maid.

"Jaemin" Mina menempelkan telinganya ke pintu, menguping pembicaraan. Sedangkan Mark, dirinya sudah merasakan tangannya mengepal saat ini, meski tanpa aba-aba namun Mark menyadari hal itu.

"Apa?" Mina tersenyum, suara pria nya itu membuatnya senang, karena dirinya jadi tau Jaemin baik-baik saja.

"Lo masih sama dia?" Mina semakin menempelkan telinganya, ia memberikan kue yang ada ditangannya pada Mark.

"Kenapa?" Mina menyernyit tapi masih dengan senyuman, dirinya mendengar suara Jaemin begitu dingin.

"Kita udah tunangan, artinya gue itu calon istri lo, gue gamau disebut perebut pacar orang" bagai tersambar petir di siang bolong, Mina tumbang. Air mata mengalir begitu saja, denyut menyakitkan membuatnya sesak sulit bernafas. Mina meremas tangannya sendiri, tak mau lagi mendengar pembicaraan mereka.

Mark menaruh kue di atas meja aksesoris, berjongkok di hadapan Mina. Mina menarik tangannya untuk menutup kedua telinganya, tangisannya tak bersuara, tapi Mark melihat ada sorot menyakitkan dengan wajah Mina yang hanya tersorot lampu remang-remang.

"M-mina?" Mina memejamkan matanya saat pintu terbuka, Mark menatap Jaemin tajam, sedangkan gadis yang bersama Jaemin menghampiri Jaemin, melihat dua orang yang cukup familiar ada di ruang ganti tunangannya.

"O-ow, kami kedatangan tamu rupanya" Mark menatap sengit gadis di samping Jaemin. Jaemin berjongkok menghadap Mina, gadisnya itu pasti mendengar semuanya, mata Mina terlihat sangat berair.

"Sayang, gue bisa jelasin" ujar Jaemin pelan, Mark memilih diam untuk tak ikut campur.

Kemudian Mina menghapus air matanya, ia mengumpulkan tenaga untuk berdiri, dirinya menyalakan lilin dan memegang kue yang terlihat sederhana, namun harganya selangit.

[1] Unendlieche Liebe [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang