24.10.12

1.6K 137 1
                                    

"Jimiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn!!!!"

"Ugh Hoseok hyung. Berhenti berteriak di telingaku."

Khusus hari Selasa ini Jimin memiliki waktu kosong saat pulang sekolah, tidak perlu les atau belajar. Dia bisa meluangkan hobinya di salah satu dance studio kecil. Jimin masih mengenakan seragam sekolah, dan sudah disambut teriakan girang dari Hoseok, alias J-Hope.

Jimin meletakan tas ranselnya di sudut ruangan, sialnya dia memiliki banyak pekerjaan rumah. Terpaksa waktu sejamnya terpakai untuk mengerjakan PR. Jimin segera mengambil buku-buku tebalnya, memposisikan dirinya untuk tengkurap dengan posisi nyaman. Lalu mengerjakan tugasnya, dan Hoseok terdiam seperti dibodohi.

"Kamu mengerjakan PR disini..? Eishhh aku tidak suka PR," malasnya, Hoseok memperhatikan bagaimana tangan Jimin gesit mengerjakan soal matematika, "apalagi hitung-hitungan, itu sudah menghilang dari sejarah hidupku."

"Ckh Hoseok hyung enak. Sudah mengambil jurusan seni tari. Aku? Aku dipaksa oleh orangtuaku untuk masuk ke bisnis. Entahlah untuk apa tujuannya," Jimin melampiaskan keluh kesalnya, dan Hoseok sudah mendengar keluhan Jimin hampir setiap mereka bertemu.

Hoseok menghela nafas dengan jawaban yang sama. Pria itu menyalakan speaker, memutarkan lagu untuknya dinarikan. Awalnya Jimin tidak tertarik untuk melihat tarian Hoseok, toh dia juga dapat menghafal gerakan Hoseok yang mudah baginya.

Suara tuts piano serta alunan biola yang menemani, kini Jimin mengkerutkan dahinya. Dia mendongak menatap Hoseok yang menari begitu lentur. Sangat indah gerakannya, serta penghayatan sang pembuat harapan itu kini mengingatkan Jimin dengan seseorang. Disaat orang itu memainkan piano dengan lagu yang sama--

Gesekan biolanya semakin kencang, dan juga tuts pianonya tetap seimbang menemani biola. Jimin memasukan bukunya ke dalam tas, jari telunjuknya naik turun seperti menikmati alunan musik klasik. Tidak biasanya Hoseok memainkan lagu indah dan sedih secara bersamaan--tidak-- sulit Jimin jelaskan.

"Hoseok hyung."

"Hm?" jawab Hoseok, asik melihat postur tubuhnya yang masih setia mengikuti irama musik.

"Lagu apa ini? Aku pernah mendengarnya tapi tidak tau dimana."

Hoseok berhenti menari begitu lagunya berakhir, "Aku mencoba lagu klasik. Kamu menyukainya? Ini lagu canon in d."

Jimin beroh, dia melepas dasi dan ikat pinggang. Jangan lupakan lelaki itu mengeluarkan kemeja nya agar terlihat berantakan, supaya bebas ia bergerak. Jimin berdiri di belakang Hoseok, menghadap ke kaca, sudah siap untuk menggerakan tubuhnya, sesuai dengan passionnya.

.

Lagi-lagi orangtuanya tidak ada kabar untuk pulang.

Tidak.

Jimin tidak kecewa.

Dia sudah terbiasa dikecewakan sejak kecil sampai dia kebal dengan semua itu. JImin bersandar di tiang lampu merah, memejamkan matanya, menikmati udara malam yang dingin. Sampai asap dari mulutnya keluar ketika dia membuang nafas.

Matanya tak sengaja menangkap toko musik itu, tidak ada suara alunan musik. Tidak ada suara tuts piano yang indah. Rasanya Jimin dikecewakan, tapi tidak apa. Itukan pemberian Tuhan ketika hari ulang tahunnya. Hadiah berupa musik cantik yang dimainkan oleh lelaki pucat berwajah tampan nan dingin.

"Permisi tuan, anda mau masuk?" lamunan Jimin buyar, Jimin tertawa malu dan segera masuk ke dalam bus. Sopir bus tadi benar-benar mengejutkan Jimin.

Jimin mengambil kursi dipaling belakang, melihat suasana jalanan yang sepi dari penduduk. Melewati toko musik yang beberapa hari yang lalu diisi oleh sosok lelaki pucat. Apakah dia beneran hantu yang bergentayangan dan Jimin tidak sengaja menangkap basah lelaki itu? Seperti film-film paranormal.

"Eish sudahlah.. aku terlalu stress memikirkannya!"

.

Dear Diary

Hari-hari telah berlalu, tapi aku sudah tidak lagi menemukan lelaki itu.

Padahal aku sudah melewati jalan yang sama, tapi kenapa dia tidak terlihat lagi di toko alat musik itu? Apakah dia sudah pindah?

Aku rasa dia sudah bekerja, atau sedang berkuliah? Dia dewasa sekali~! Aku mengaguminya pada pandangan pertama.

Tapi aku berpikir, dia bukan arwah kan?

Habis dia menghilang tanpa jejak di toko itu. 

Tadi juga Hoseok menggunakan lagu yang sama dengan yang dimainkan oleh orang yang memainkan piano kemarin..
kemarin.......
dan kemarinnya lagi, ehe.

Mungkin belum--waktunya..

Tapi jujur, aku ingin bertemu dengannya lagi.

Tuhan. Bolehkan aku dapat hadiah kecil darimu lagi?

-Jimin-

Dear Diary 「Yoonmin」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang