10.01.13

846 100 3
                                    

Pengecut.

itulah yang dikatakan Jimin hampir setiap hari, karena tidak berani bertatap muka langsung dengan Hoseok dan Yoongi. Entah mereka sudah latihan sampai mana, tapi Jimin terlalu takut untuk memperlihatkan jati dirinya di hadapan banyak orang. Anxiety nya selalu menarik seluruh tubuhnya untuk kambuh dan masuk ke kegelapan.

Ditambah setiap pulang sekolah juga sering dikejar-kejar oleh lelaki berkulit tan dan pemilik senyuman kotak yang dipandang tampan tapi bagi Jimin itu menyeramkan.

Sebenarnya-- Jimin ingin menari disana.

DItemani Yoongi yang akan memainkan lagunya.

Jimin benar-benar menyusahkan.

Rasanya Jimin ingin menangis lagi, dia terlalu pengecut untuk menggerakan seluruh energinya ke mereka berdua.

Sampai Jimin tidak ada ketertarikan untuk menulis diarinya, segitu banyak energi Jimin terkuras habis. Jimin duduk di ruang tamu sendirian, sangat luas apartemennya. Untuk sekeluarga bisa tinggal disini. Namun sayangnya pemilik apartemen besar dan elegan ini adalah orangtua Jimin yang jarang pulang, bisa dibilang hanya Jimin sendiri yang hidup.

Missed called dari Hoseok hampir lima puluhan kali.

Jimin mengenakan headphone besarnya dan mulai menyelesaikan tugas sekolah, sambil sesekali menggerakan jari mungilnya seperti dentuman irama. Tubuhnya juga bergoyang ke kiri dan kekanan, layaknya pohon yang di hembuskan angin.

Tringgg

"Ugh pasti Hoseok hyung lagi."

Ya memang sejak kemarin Hoseok datang ke apartemennya untuk memastikan apakah Jimin baik-baik saja karena jarang latihan. Namun Jimin terlintas betapa sombongnya dia tidak menerima Hoseok untuk masuk dikarenakan dirinya yang pengecut

Hoseok hyung adalah happy virus.

Jimin beraninya kamu.

Jimin mungkin ingin meminta maaf. Dia harus jujur dengan perasaan ketakutannya itu terhadap teman pertamanya. Jimin melepas headphone hitamnya di atas meja. Lalu berjalan dengan langkah kaki kecilnya menuju pintu. Tanpa melihat di monitor siapa yang memencet bell.

Ketika Jimin membuka pintu, ia langsung membungkuk meminta maaf, "MAafkan aku Hoseok hyung! Aku pengecut aku salah tolong maafkan aku! Aku bukannya tidak bisa ikut bersama kalian, aku cuman takut dengan reaksi penonton--"

"Jimin."

Jimin mengernyit, suara Hoseok hyung tidak seberat ini.

Tunggu-- jangan bilang--

"Y-Y-Y-Yoongi hyung??" Jimin menegakan badannya sampai berkedip berkali-kali, memastikan apakah di hadapannya hantu atau bukan, "b-b-bagaimana b-bisa kamu tau t-tempat t-t-tinggalku?"

Oke. JImin mengutuk dirinya sendiri kenapa dia begitu terbata-bata berhadapan dengan Yoongi hyung yang mengenakan jaket hijau tua tebal dan celana jeans hitam. Jimin menundukan kepala nya lagi malu, tolonglah Jimin hanya mengenakan celana pendek hitam ala rumahan dan kaos oblong putih.

Ini memalukan sekali sih.

"Aku meminta dari Hoseok," jawab Yoongi, raut wajahnya sedih, suaranya sedikit bergetar walaupun berat. Jimin mendongakan kepala pelan-pelan, "kamu tidak suka jika aku bergabung dalam lombanya ya?"

Apa..?

"Kalau kamu tidak suka aku akan mundur--"

"TIDAK!" Jimin teriak, sampai suara Jimin menggema di seluruh koridor apartemen Jimin, Yoongi melotot terkejut, tidak pernah Jimin berteriak sebelumnya, "m-maksudku, tidak seperti itu hyung."

Dear Diary 「Yoonmin」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang