Jimin melihati dirinya di depan cermin. Coba kalau dia sering terbuka dengan teman-temannya di sekolah, selalu bersosialisasi dan tidak menjauhkan diri dari kerumunan. Mungkin dia akan menjadi sosok lelaki cantik, atau Hoseok kedua versi carrier?
Jimin itu memiliki segalanya.
Ia pintar.
Ia manis.
Ia cantik.
Ia kaya.
Tapi Jimin masih merasa tidak lengkap di dalam kehidupannya, rasanya kosong.
Ia akan mencarinya hari ini juga."Kenapa juga aku mempedulikan pakaianku," dengus kesalnya, dia menatap kearah cerminan kasur king size bed, tumpukan baju disana beserta aksesoris dan jaket yang tidak pernah ia kenakan.
Pakaian-pakaian brandid ini adalah pemberian dari orangtuanya, namun Jimin tidak pernah sekalipun menyentuh pakaian-pakaian tersebut. Untuk kali ini Jimin sangat gugup dengan penampilan dia, padahal juga Jimin hanya akan meminum soju bersama. Tidak ada hal yang lain, seperti pergi ke fun world atau ke sungai han menikmati kembang api bersama.
Ia memutuskan untuk mengambil pakaian yang sederhana saja. Seperti mantel cokelat, celana hitam. Oh jangan lupakan dia mengenakan anting kecil lingkaran, hanya itu aksesorisnya.
Jimin langsung segera keluar dari kamarnya yang berantakan itu, hanya membawa kartu bus, ponsel, dan uang cash secukupnya.
Benarkan Yoongi akan datang?
Sejauh ini, Jimin selalu dikecewakan dengan orangtuanya yang melanggar janji. Bahkan Hoseok pernah sekali-kali. Jimin mendadak ragu.
Apa dia beneran akan datang..?
Drrtt Drrttt
Lamunan Jimin pudar, ponselnya berdering di kantung mantelnya. Tangan kecil Jimin segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelepon. Dari orang yang tidak diketahui. Jimin mengerutkan dahinya, siapa yang mempunyai nomornya?
"Berhenti berpikir aneh-aneh dan segera bawa kakimu ke sini!"
"A-Ah Y-Yoongi hyung?" Jimin terkejut, "b-bagaimana hyung tau nomorku?"
"Sempit sekali otakmu. Cepatlah kesini sialan!"
"N-Ne! Aku kesana!"
...
Dia benar-benar datang.
Jimin berbicara dalam hati, saat ini dia dudu di bus berdua bersama dengan Yoong. Ya singkat cerita, memang Jimin tidak percaya jika lelaki itu benar-benar menempati janjinya. Jimin duduk di kursi dekat jendela, dan Yoongi di sebelahnya. Saat Jimin datang, wajah Yoongi terlihat kesal, mengenakan jaket hitam tebal, serta kacamata kotaknya yang terkesan begitu dewasa dan dominan.
Di bus ini ternyata banyak pasangan, ada yang bercanda, ada yang mengambil pose photo menggemaskan, ada juga yang tertidur dengan posisi gemas.
"Y-Yoongi hyung," Jimin memecahkan suasana canggung, "toko kemarin itu..? Itu toko hyung?"
"Hm."
"Hyung bisa buat kukis?"
"Hm"
Ugh.. yang Yoongi jawab malah semakin canggung terdengarnya. Apa Yoongi masih marah kepadanya?
"Yoongi kesal sama aku?"
"Tidak."
Singkat, jelas, padat. Jimin menghela nafas pelan, ini pertama kalinya dia banyak omong dengan seseorang yang mungkin baru bertemu beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary 「Yoonmin」
FanfictionDear Diary : Lagi-Lagi aku membohonginya. Dan membohongi diriku sendiri -Jimin- Semua narasi disini berdasarkan sudut pandang Jimin. (COMPLETED)