"Jimin. Tanganmu salah."
"Jimin hentakan kakinya ke kiri."
"Jimin lakukan seperti ini, energi mu kemana?"
"Jimin berputarnya ke kanan."
Jimin mulai kewalahan, suasana hatinya mulai tidak enak. Kesalahannya terus menerusnya itu di lirik sekilas oleh Yoongi, lalu Yoongi tetap fokus ke earphone nya. Jimin menghela nafas kasar, nafasnya saja sudah tidak beraturan. Dia pasti sangat lelah.
Ya. Dia memutuskan untuk ikut karena dorongan dari Yoongi. Namun selama dia menari, Yoongi hanya diam saja, mungkin sesekali melirik ke Jimin kalau dia melakukan kesalahan dan dibenarkan oleh Hoseok, lalu fokus ke ponselnya lagi dan mengabaikan Jimin, seperti Jimin ini orang asing.
"Baiklah cukup sampai sini!" Hoseok tetap tersenyum walaupun sudah mengajarkan Jimin tegas, "kita harus terus berlatih. Jangan menyerah. Aku ada kelas malam, kamu mau pulang Jimin?"
Lelaki cantik itu menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku masih ingin berlatih."
Hoseok menganggukan kepalanya, dan ketika Hoseok berdiri Yoongi juga ikut berdiri dan keluar tanpa berpamitan. Hal itu semakin memberikan prasangka buruk kepada Jimin. Jimin tersenyum tipis dan melambaikan tangan kearah mereka berdua.
Ketika mereka benar-benar keluar dari studio, Jimin mematikan ruang studionya, menatap tajam kearah cermin. Kini hanya dirinya sendiri dengan kegelapan. Benarkan?
Jimin menyalakan musiknya, sebelum tubuhnya bergerak, dia menghembuskan nafas perlahan-lahan. Bayangkan sesuatu yang indah. Bayangkan sesuatu yang indah. Bayangkan sesuatu yang indah.
Benar.
Bayangkan Yoongi yang memainkan piano untuknya.
Langsung tubuh Jimin bergerak serta ada gumaman, "Tangan kanan," dia mulai memperbaiki sedikit demi sedikit, "kaki kiri, " lihat sebenarnya dia bisa menari, hanya saja dia terlalu gugup sebelumnya karena melihat Yoongi yang mengabaikannya terus menerus, "energi.. energi..,"
Pandangannya memburuk, membayangkan wajah Yoongi yang sangat dingin kepadanya. Hal itu membuat putaran tubuhnya salah dan langsung terjatuh ke lantai kayu.
"Ah!" dia berteriak, menimbulkan gesekan antara lengannya dengan lantai kayu kasar.
Hal pertama yang dia lihat adalah tetesan darah.
Benar-benar darah berwarna merah, kental, dan bau amis.
Jimin panik, segera dia lari keluar dari studio menuju kamar mandi umum. Ketika berada di kamar mandi, dia langsung mencuci lengannya dengan air. Menggosokan lukanya sampai air bersih bening itu berubah menjadi merah keruh.
"P-Perih.."
Terus dia gosokan darahnya, memastikan sudah bersih-- tapi darahnya justru malah semakin banyak. Jimin panik. Dia semakin mempercepat gosokan tangannya. Tidak peduli seberapa perihnya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary 「Yoonmin」
FanfictionDear Diary : Lagi-Lagi aku membohonginya. Dan membohongi diriku sendiri -Jimin- Semua narasi disini berdasarkan sudut pandang Jimin. (COMPLETED)