30.12.17

964 111 3
                                    

"Tugas-tugas rumahku sudah selesai.."

Jimin melihat kamarnya kini sudah bersih dari berbagai macam tugas terkutuk di sekolahnya. Jimin juga sudah menambahkan waktu belajarnya selama berjam-jam agar siap untuk pembelajaran semester dua. 

Kini Jimin duduk diam di ruang tamu, menatap layar tv yang mati. Jimin cukup menyalakan musik yang pernah dimainkan oleh Yoongi beberapa hari yang lalu, dan lagu itulah yang mengisi keheningannya. Ia menoleh kearah jendela apartemennya, tidak terlihat ada salju yang turun. Namun kaca jendelanya masih berembun.

Kaki menuntun tubuh Jimin ke jendela berembun itu, dia menulis nama Min Yoongi dalam bentuk hangul di embunannya itu. Manik mata Jimin berkaca-kaca, karena nama pria itu benar-benar memabukan dirinya. Jimin tidak mengerti apakah ini adalah cinta monyet atau apa, tetapi Jimin menyukai perasaan ini.

tok tok tok.

"Eh? Ada tamu?" gumam Jimin, dia segera menutup tirai, mematikan lagu,  dan pergi ke layar monitor kecil untuk melihat siapa yang diluar pintunya, "Hoseok hyung?"

"Jiminie. Ini titipan tteobokki dari eommaku!" semangatnya seperti biasa, di musim apapun Hoseok seperti matahari yang terbit sembarangan. Jimin menghela nafas, sebaiknya dia segera membukakan pintu dibandingkan harus menerima amukan dari tetangga sebelah.

Jimin segera membukakan pintu. Melihat Hoseok mengenakan jaket tebal berwarna cokelat serta beannie hitam yang tidak matching sama sekali dengan gaya pakaiannya. Jimin tersenyum hangat sambil merasakan aroma tteobokki khas ibu Hoseok yang selalu diberikan kepadanya tiap ada waktu.

"Ah.. Gomawo~!"

Hoseok menganggukan kepala mantap, namun matanya tidak lepas dari makanan buatan eomma nya kini sudah pindah tangan, "Kalau aku jahat, makanan itu sudah habis setengahnya."

"Yak ini makanannya untukku," Jimin mempoutkan bibirnya, "kalau gitu. Hoseok hyung mau menemaniku makan tteo--"

"YA MAU ASTAGA ITU YANG AKU INGINKAN--"

Jimin menutup mulut Hoseok, "Berisik sekali kau hyung. Aku tidak jadi menerima tamu sepertimu."

Jimin mempersilakan Hoseok untuk masuk ke dalam. Memang apartemen Jimin ukurannya sangat besar untuk di tinggali sendiri, karena orangtua Jimin jarang pulang. Pintu sudah mengajak Hoseok ke ruang tamu yamg besar, dimana ada sofa-sofa tempat mereka duduk, lalu ada meja makan, serta dapur moderen dan bar kecil yang memisahkan.

Ditambah dengan jendela besar dari ujung ke ujung, tirai dalam keadaan tertutup.

Lalu ada tiga pintu yang mengarah ke kamar tidur masing-masing.

Seperti hotel.

"Sultan-- ouch" Hoseok menerima tendangan keras dari Jimin ke tulang keringnya.

"Berisik sekali. Ayo makan!"

Jimin menyediakan piring kosong lalu  memindahkan tteobokki dari tempat plastik. Jimin juga menyediakan dua air mineral serta kimchi untuk mencuci mulut. Karena suasana ruangan sangat hening, sehingga ia menyalakan lagu piano dan biola canon in d yang membuat Hoseok salah fokus.

"Kau seperti membuat dinner kencan tau."

"Ewh," geli Jimin langsung menggantikan lagunya menjadi lagu gucci gang.

Hoseok memakan tteobokki nya duluan sambil tersenyum-senyum sendiri dan menggoyangkan kakinya senang. Lalu disusul Jimin memakan tteobokki tenang, duduk sopan, memang pergaulan Jimin serta prilaku Jimin terjaga begitu baik. Dia memang anak yang menjauhkan diri dari hal-hal buruk.

Tidak sadar makanan mereka kini sudah bersih, Hoseok memang anak licik. Entah pergaulannya dari mana yang menyebabkan pria itu berpamitan dan pergi. Ckh dasar. Jimin sudah tau sifat kanak-kanaknya seperti itu, wajar saja, anak bungsu di keluarganya.

Jimin segera membereskan piring-piring, mencuci piring sendirian. Kini lagunya berubah menjadi lagu canon in d lagi. Jimin tersenyum tipis, ketika sudah mencuci piring. Jimin memutuskan untuk tidur saja.

Tapi--

Ia jadi kepikiran.

Sehingga lelaki cantik itu langsung mendorong kursi sofanya ke ujung agar memberikan ruang kosong untuknya. Sampai lahan di tengah ruang tamu kosong, hanya ada lantai kayu yang akan digunakan Jimin untuk melakukan hal yang terlarang dan tidak diketahui oleh orangtuanya--

yaitu menari.

Bagaimana kini dia pejamkan mata, dan kakinya mulai bergerak seirama dengan tuts piano sebagai ritme lemah. Tangan Jimin bergerak disusul dengan tubuh Jimin sangat lemah lembut. Indah sekali gerakannya.

Lalu dia bayangkan sedang berdiri diatas panggung, menyalurkan passion nya melalui gerakan tubuh. Ditemani dengan sosok lelaki pucat berambut cokelat kehitaman yang berada di pinggir panggung bersama dengan piano. Menggerakan tubuhnya seperti aliran air, mengikuti  tuts piano yang ia tekan.

Bukankah itu perpaduan yang sempurna?

BUK

Jimin terpeleset dan bokongnya menyentuh lantai, "Uhh.. Sakit sekali.."

Mimpi mu terlalu tinggi, Park Jimin.

...

Dear Diary

Hari ini Hoseok hyung datang membawa tteobokki buatan ibunya

Lalu dia menghabiskan setengahnya dan pergi meninggalkan cucian
(-_-)

Menjengkelkan, tapi ya wajar sih

Anak bungsu kan biasanya rada kanak-kanak.

Tadi sempat canggung menyalakan lagu faforitku, seperti dinner malam berkencan gitu-- ewh bersama Hoseok?? Yang benar saja.

Hoseok udah punya pacar!

Lalu aku..

Menyalakan lagu itu lagi.

Aku melakukan sesuatu yang mungkin akan menjadi sumber emosi orangtuaku.

Aku menari.

Di dalam apartemen.

Dan membayangkan Yoongi hyung memainkan piano untukku.

Sampai aku terpeleset karena terlalu menghayati, memalukan sekali.

Tidak apa. Beginilah jika aku ingin melihat wajahnya. Aku kangen.

Tenang!

Besok aku akan menemuinya!!

Ahhh aku tak sabar!!!

-Jimin-

Dear Diary 「Yoonmin」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang