Jimin menggigil, keringat dingin bercucuran padahal musim semi. Pria cantik itu menghela napas kasar sambil menatap langit-langit malam. Kenapa langit begitu sepi? Tidak ada pemandangan cantik seperti kemerlap bintang warna warni dan bulan yang menemaninya.
Jimin duduk di halte bus. Ia habis pulang dari les, kedua tangan mungilnya saling bersentuhan dan di usap-usap untuk menjaga kehangatan. Tapi Jimin masih menggigil, mungkin Jimin butuh minum banyak vitamin dan istirahat. Karena Jimin terlalu memaksakan dirinya hingga kelelahan.
Musim semi sekarang. Melihat bunga-bunga merah muda bermekaran disepanjang pinggir jalan, turun diterpa angin begitu tenang. Tidak pernah ragu-ragu untuk menyentuh tanah, bahkan dia terlihat cantik ketika jatuh. Hal itu bikin Jimin mengulum senyun, sembari mengenakan syalnya untuk menghangatkan tubuhnya lagi.
Tebak kemana Jimin akan pergi?
Mampir ke tempat studio nari, tidak sengaja menangkap Hoseok yang menari sendirian tanpa ada teman untuk menari bersama. Jujur, Jimin melihat itu terlalu sakit, karena menari merupakan salah satu hobi terbesarnya untuk menghilangkan stress berat serta tekanan hidup dikeluarga yang besar.
"Apa yang telah kulakukan.." lirih Jimin, melihat ke genggaman ponselnya itu, nomor Hoseok sudah ia blokir karena memutuskan untuk berhenti menari. Panggilan tidak terjawab itu dulu sangat banyak.
Jimin hanyalah pria yang baru menginjakan umur dewasa. Bisa dibilang dia ini begitu keras kepala hingga tidak memikirkan orang lain.
Jimin masih malu bertatap muka langsung dengan Hoseok, karena telah mengacaukan nari mereka.
CLIEK!
"JIMIN PABO YA!"
Jimin tersentak, merasakan tangan Hoseok mengenggamnya erat agar kali ini Jimin tidak melarikan diri lagi, "Aish! Kenapa kamu memblokir teleponku!? Kenapa tidak datang menari lagi!?"
"A-Aku.. harus berhenti dari menari, Hoseok hyung. Aku harus fokus belajar--"
"BUKAN! Bukan itu yang akan kita bicarakan sekarang. Untung sekali kamu datang, Park Jimin."
Jimin menaikan sebelah alis matanya, Hoseok menunjukan kalendar di ponsel digitalnya, "Sekarang tanggal delapan!"
"Terus..?"
"BESOK ULANG TAHUN YOONGI PABO YA!"
"Y-Yoongi hyung ulang tahun?"
Terdapat keheningan diantara mereka. Hoseok mengangguk mantap kepalanya, "Aku punya misi untukmu!"
"M-Misi?"
"Hari ini Yoongi akan datang kesini. Kamu ajak dia jalan-jalan. Cari tau apa yang dia suka dan tidak sukai. Nanti kalau pulang chat aku. Besok kita bikin surprise kecil buat si mayat itu. Oke?"
Tapi Jimin sedang bertekad kepada dirinya untuk tidak dekat-dekat Yoongi. Bahkan sedang menjauhi pria pucat itu.
"Tapi Hoseok hyung.. hari ini aku harus pulang cepat karena ada eomma yang menunggu dirumah--"
"Jimin?"
Bagus. Rencana itupun digagalkan dengan kedatangan Min Yoongi yang baru pulang setelah mengambil kelas malam. Dengan mantel hitam seperti biasanya yang ia pakai, membawa tas punggung serba hitam. Kontras dengan kulit pucat Yoongi sendiri. Layaknya hantu berpakaian hitam dan berkulit putih seperti di film-film horror pada umumnya.
Jimin membuang muka, menahan pipinya yang lagi-lagi mendidih.
Menyesal dia mampir ke tempat Hoseok.
"Hey Yoongi. Mian aku ada kelas malam. Jimin akan menggantikanku pergi ke Myeongdong street."
"T-Tunggu. H-Hoseok hyung--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary 「Yoonmin」
FanficDear Diary : Lagi-Lagi aku membohonginya. Dan membohongi diriku sendiri -Jimin- Semua narasi disini berdasarkan sudut pandang Jimin. (COMPLETED)