Bertemu

140 17 2
                                    

Pertemuan tak terencana.

Nadira berjalan dikoridor, sudah berapa kali dia berkeliling namun tetap saja tidak menemukan dimana ruang guru. "Ck, ini sekolah atau labirin sih pusing gue dari tadi muter-muter mulu" decak Nadira.

Dugh... "anjir pantat gue. Heh lo kalo jalan li --" Nadira terperangah melihat ketampanan lelaki yang menabraknya tadi, "nikmat tuhan mana yang kamu dustakan" guman Nadira. "Sorry gak sengaja" ucap laki-laki yang menabrak Nadira dingin. "Oh iya gapapa ko, lagian ga sakit". "Lo murid baru?" Tanya lelaki itu, bukan menjawab Nadira malah memperhatikan wajah lelaki itu, rahang jeras, sorot mata tajam, bulu mata lentik, idung mancung, perfect pokoknya.

"Hey, lo anak baru?" Tanya lelaki itu lagi. "Eh- ah iya aku anak baru, kenalin aku Nadira Alya Rahma, biasa dipanggil Nadira tapi khusus buat kamu, kamu boleh manggil aku sayang, kalo nama kamu? Nadira menjabat tangan lelaki itu. "Nanti juga lo tau" acuh lelaki itu. "Ada ya orang tua yang ngasih nama anaknya jadi 'nanti lo juga tau'. Orang tua epic" canda Nadira sambil mengangkat jempolnya.

Lelaki itu bergegas pergi, namun baru saja melangkah tangganya dicekal oleh Nadira "tunggu! Aku mau nanya, kalo ruang guru dimana? Aku dari tadi muter-muter gak nemu-nemu", "lepasin tangan lo. Lantai dua samping perpus" ucap lelaki itu lalu pergi dari hadapan Nadira. "Makasih 'nanti juga lo tau' hihi".

Nadira sudah sampai dilantai dua untuk pergi keruang guru, namun bukan ruang guru yang dia temukan melainkan gudang.

"Lah ko gudang? Guekan nanyanya dimana ruang guru, bukan dimana gudang. Ck, ganteng-ganteng budeng". "Lagi ngapain?" Tanya seseorang pada Nadira. "Lagi mikir" jawab Nadira tanpa melihat siapa orang yang bertanya kepadanya. "Mikir apa?" Tanya orang itu lagi. "Ko ada sih guru yang mau-maunya diem di gudang" jawab Nadira masih sama tanpa melihat siapa yang bertanya. "Emang ada ya?" Tanya orang itu lagi sambil berpikir. "Makanya aku mikir. Eh tunggu!!! Siapa yang nanya?" Tanya Nadira pada dirinya sendiri pelan. Karena penasaran Nadira melihat kearah kanan, namun tak menemukan siapapun, lalu dia melihat kearah kiri.

"SETAN!!!" Pekik Nadira.
"Mana setan?!" Tanya orang itu.
"Kamu setan" tunjuk Nadira pada lelaki itu.
"Oh gue. Eh, enak aja lo bilang gue setan, orang gue ganteng gini kaya Jefri Nichol" ucap lelaki itu tak terima.
"Ada apa ini? Berisik depan gudang? Tanya pak Roma guru killer disana.
"Eh ada pak Roma ganteng, itu tu pak, masa saya disangka setan sama dia, padahal muka saya kan mirip Jefri Nichol" ucap lelaki itu pede.

"Arka, muka kamu itu emang nyeremin jadi wajar aja kalo ada yang bilang kamu setan" sindir pak Roma. "Kamu murid baru?" Tanya pak Roma pada Nadira, Nadira yang dari tadi diam saja memerhatikan dua orang yang sedang berdebatpun mengangguk, "ngapain kamu didepan gudang sama si Arka?".

"Tadi dibawah ada orang yang ga sengaja nabrak saya, karena kebetulan saya gak tau dimana ruang guru saya nanya sama dia, dia bilang dilantai dua samping perpus, eh pas saya kesini sayang bingung, ko malah gudang, padahal kan saya nanyanya dimana ruang guru bukan gudang". Sambil menunjuk Arka "terus dia datang, nanya 'lagi ngapain' saya jawab lagi mikir, terus dia nanya lagi 'mikir apa' saya jawab ko ada sih guru yang mau diem digudang, terus dia nanya 'emang ada ya' saya jawab makanya saya mikir, disana saya baru ngeh dan parno sendiri, tadikan gak ada siapa-siapa tapi ko ada yang nanya, saya ngelirik kearah kanan gak ada siapa-siapa, pas saya ngelirik kearah kiri saya kaget ada dia, jadi saya ga sengaja teriak setan, abis mukanya nyeremin. Jelas Nadira seperti jalan tol.

"Ruang guru memang ada disamping perpus tetapi disana, bukan disini" ucap pak Roma sambil menunjuk kearah guru.

"Hehe.. saya kan gak tau kalo ruang guru ada disebelah kiri perpus, lagian cowo yang tadi nabrak saya cuma bilang disamping perpus, gabilang kanan dan kirinya" Nadira nyengir kuda.

"Yasudah kamu ikut bapak ke ruang guru, dan kamu Arka masuk kelas sana, bel sudah bunyi dari tadi" perintah pak Roma.

"Saya duluan pak" Arka buru-buru menghilang dari hadapan pak Roma, untung saja ada murid baru tadi, jadi pak Roma tidak memarahinya karena telat datang.

Diruang guru Nadira langsung diberikan beberapa pertanyaan oleh pak Roma "nama kamu siapa?" Tanya pak Roma. "Nadira Alya Rahmah Sebastian" jawab Nadira. "Kamu anaknya Bastian?" Tanya pak Roma lagi. "Bukan pak, saya anaknya papah Bram" jawab Nadira membenarkan.
"Iya kamu anaknya Sebastian kan, dulu dia sahabat bapak"

"Ish... bapak mah udah dibilangin kalo saya anak papah Bram, Bram pak bukan Sebastian. Hurufnya aja beda, kalo Bram itu B-r-a-m kalo Sebastian itu S-e-b-a-s-t-i-a-n" ucap Nadira kekeh.

"Iya Bram Sebastian kan?".

"Iya, tapi saya sering manggil papah saya itu papah Bram bukan papah Sebastian. Jadi kalo ada orang yang nanya saya anak siapa ya saya jawab anak papah Bram bukan papah Sebastian".

"Terserah kamu, pusing saya dengernya" ucap pak Roma kemudian memijat kepalanya karena pusing, bapak sama anak dua-duanya sama selalu membuat orang lain kesal dengan alasan yang tidak jelas.

"Nadira kamu kelas X-IPA 1, tempatnya didekat kelas IPS-2, keluar dari ruang guru belok kanan terus lurus ikutin jalan lorong, terus belok kiri didepan kelas ada papan putih bertuliskan 'welcome to X-IPA 1." Pak Roma menjelaskan tata letak kelas Nadira berada, padahal tidak diberitahupun Nadira sudah tau.

Nadira kemudian berjalan menuju kelasnya.

_______________________________________

Jangan lupa voment dan sarannya ya :)
Maaf jika ada typo bertebaran :D
Selamat membaca :)

Salam sayang❤️
@sitirahmahaw_

Asyam dan NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang