Perdebatan

67 12 0
                                    

Asyam dan Esyam memasuki mobil untuk pulang karena mereka sudah selesai nongkrong.
Dijalan menuju pulang, mobil yang mereka berdua tumpangi benar-benar hening. Sepertinya Esyam masih kesal karena perlakuan Asyam tadi kepada Nadira.

"Lo keterlaluan di" ucap Esyam memulai percakapan.

"Keterlaluan gimana?" Tanya Asyam yang sedang fokus menyetir.

"Sikap lo keterlaluan" jawab Esyam.

"Sikap gue yang mana yang keterlaluan?"

"Sikap lo yang selalu gak peduli sama sekitar"

Asyam tau maksud dari ucapan Esyam, Esyam sedang membahas kelakuannya tadi kepada perempuan menyebalkan itu.

"Maksud lo, sikap gue yang gak peduli sama perempuan itu?" Tanya Asyam.

"Iya!" Jawab Esyam singkat.

"Kenapa harus bahas perihal dia lagi sih do, gue kaya gitu juga karena dia, gue kesel sama dia karena selalu ganggu gue, ganggu kenyamanan gue" ucap Asyam dengan nada sedikit kesal.

"Tapi gak kaya gitu juga, lo tau tadi lo bikin anak orang nangis di, dia itu perempuan, tapi lo dengan tega bentak dan hina dia depan orang, lo pikir segimana sakitnya jadi dia" Esyam tampaknya sudah sangat kesal dengan sodaranya itu.

"Tapi gue gak nyaman kalo ada dia do, dia ngeganggu gue terus" Asyam benar-benar kesal kepada perempuan itu.

"Dia ganggu gimana di hah? Apa tadi dia ganggu lo? Dia tadi sama temennya cuma ikut duduk buat makan karena meja kantin penuh, dia ga ganggu lo sama sekali" ucap Esyam dengan penuh kesal.

"Tapi setiap gue ngeliat dia, gue keganggu do, gue gak suka sama perempuan yang suka ngejar-ngejar cowo" jelas Asyam.

"Dia tadi itu diem aja di, gak ngegenitin lo, dia anteng makan sama temen-temenya, dan bahkan udah beberapa hari ini, dia gak pernah ngejar-ngejar lo, sadar gak lo?" Ucapan Esyam benar-benar membuat Asyam berpikir, dia mengingat ngingat, memang benar beberapa hari ini Nadira tidak mengejar-ngejarnya, tapi kenapa dia tadi bisa semarah itu kepada Nadira.

"Tapi gue udah cukup muak liat dia!" Kekeuh Asyam.

Esyam benar-benar tak habis pikir, mengapa Asyam begitu keras kepala, kenapa gara gara dia disakiti cinta pertamanya, dia jadi seperti ini, dia menjadi dingin dan seperti tak punya hati.

"Kalo lo muak, gak gitu caranya. Cara lo terlalu kasar di, gue aja yang ngedengernya pengen gue hajar muka lo saat itu juga, tapi gue tahan. Lo udah bener-bener nyakitin hati orang di"

"Gue kaya gitu, biar dia sadar diri jadi perempuan, dia ngga bisa ngedeketin gue, tapi malah ngedeketin lo semua, dia pengen numpang eksis" ucap Asyam.

Esyam benar benar kesal.

"Lo tau dari mana Nadira mau deketin kita semua buat numpang eksis? Gue gak lihat Nadira bakal kaya gitu. Dia itu baik di" jelas Esyam.

"Lo tau darimana dia baik do?  Lo deket aja sama dia engga!" Tanya Asyam.

"Karena gue peka sama lingkungan gue, jadi gue tahu mana yang mau manfaatin dan mana yang engga, emang lo yang dimanfaatin sama cinta pertama lo, karena emang lo gapernah peduli sama lingkungan di, sampe dulu lo ga sadar lo cuma di manfaatin sama Hana" ucap Esyam dengan sedikit tinggi.

Asyam dan NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang