Radio #02: They're Connected

554 173 100
                                    

[ Pertemuan; Reino Arsyl Kadarta ]

Ada suara yang menggema tanpa irama
Kala malam kian kelam dan gulita
Menyapa segala yang terjaga ditengah kota
Menunggu seseorang mendengar kisah kasihnya
Sembilan denting terdengar menusuk telinga
Pria itu menjelma bagai arjuna
Tanpa panah namun lewat suara
Perkenalkan, pria jarum sembilan namanya

103,1  Romanseu FM

103,1  Romanseu FM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kebohongan.

Nilai dari suatu kebohongan itu tidak bisa diukur dengan apapun. Sama sekali tidak bisa dinilai baik buruknya. Tidak bisa dijadikan acuan salah atau benar. Arsyl tau betul kalau kebohongan itu abu-abu. Tapi tentu saja, Arsyl tidak sesuka itu pada kebohongan. Banyak yang bilang, kebohongan yang manis itu akan lebih di apresiasi daripada kejujuran yang pahit. Tapi Arsyl pikir, mungkin mereka lupa dengan satu fakta, kenyataannya; obat yang pahit itu bisa menyembuhkan sakit, sementara yang manis-manis itu bikin diabetes. Lucu mengingat bagaimana cowok itu sering mengingatkan teman-temannya agar tidak terlalu sering berbohong, padahal dirinya sendiri selalu hidup dibalik kebohongan.

Seperti contoh kecil,

Ya sekarang.

Namanya Saffa, baru saja gadis itu bertanya padanya perihal nama--poin penting dalam sebuah perkenalan. Tentu saja, jika bisa, Arsyl akan menjawab dengan lantang, nama gue Reino Arsyl Kadarta. Tapi tidak. Untuk saat ini, berkata jujur justru membuat Arsyl sedikit khawatir. Dia khawatir jika nantinya gadis itu akan menciptakan circle pertemanan baru yang akan membuatnya bertemu dengan orang-orang lama. Ini hanya antisipasi. Karena katanya, dunia itu sempit.

But it's true.

World is small. When we meet someone by accident, we may be able to meet others in the future. And of course, they're connected. It's like an invisible thread that locks us into an unfathomable relationship.

Sesederhana itu, kita akan terjebak.

Cowok itu tidak mau jika suatu saat nanti dia harus kembali ditarik kedalam lingkup yang tidak dia suka. Penuh paksaan, penuh harapan, lalu terpatahkan. Tidak, cowok itu tidak mau. Karena nantinya bukan dia saja yang akan terluka, tapi banyak orang.

"Arya. Lo bisa panggil gue Arya."

Benar, pada akhirnya cowok itu kembali jatuh dalam kebohongan.

Arya bukan nama karangan yang cowok itu ciptakan dari hasil kepepet, Arya itu benar-benar nama seseorang. Arsyl tersenyum samar usai melepaskan jabat tangannya dengan Saffa, lalu benaknya justru disinggahi lagi oleh satu nama yang tadi dia sebutkan. Arya.

Apa nanti ketika kita ketemu, lo akan marah sama gue? Gue harap iya, karena gue sudah pakai nama lo tanpa ijin.

Jika ditanya apa yang paling Arsyl rindukan di dunia ini, tentu saja dia merindukan keluarganya--yang dulu. Dia rindu dengan masakan Mama dan caranya mengomel yang selalu berhasil membuatnya terdiam dengan mata berair, dia rindu Papa yang diam-diam suka masuk ke kamarnya ketika tengah malam hanya untuk memastikan cowok itu sudah tidur tanpa lupa menutup jendela, dia juga rindu sapaan ketus Arya. Bagaimana saudara kembarnya itu suka tiba-tiba melempar bantal ke wajahnya, kemudian menyeretnya keluar rumah meminta ditemani membeli cat dan kanvas baru.

Radio RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang