Tatap itu sendu memandang asa
Abaikan masa yang melenggang tanpa terasa
Bersama kilau jingga lampu kota
Pun juga desiran sang angin yang menepi dari angkasa
Rupa langit malam memang tak pernah bersemu merah muda
Namun kini terlukis lebih muram dari biasa
Rupa malam seperti perwujudan hati sang pemuda
Tatapnya sendu dan dihujani sesak dalam dada
Pemuda itu terluka tanpa berkata-kata
Tanpa ada payung yang tiba-tiba melindungi sepotong rasa103,1 Romanseu FM
Apa kalian tahu mengapa banyak orang tidak merubah sikapnya meskipun mereka telah membaca banyak buku bagus? Itu karena mereka tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi meskipun mereka sudah menamatkan ribuan buku motivasi dan mengkhatamkan alkitab berkali-kali, mereka tetaplah pribadi yang sama. Mereka hanya membaca, bukan memahami dan menanamkan nilai-nilai moralnya dalam diri sendiri. Sesuatu yang sangat disayangkan, karena hal itu justru membuktikan bahwa mereka tidak lebih baik dari seekor monyet.
Iya, Liga lebih nyaman menganggapnya seperti itu. Bukankah benar? Manusia itu hidup dari pengalaman, sementara pengalaman sendiri bukan hanya bisa didapat ketika kita melakukan sesuatu. Membaca, melihat, mendengar, bahkan hanya dengan merasakan kita juga sudah bisa mendapatkan pengalaman. Kadang, cerita orang lain justru membuat kita menjadi lebih dewasa. Kita bisa mengerti kenapa dan bagaimana kita harus mengambil sikap ketika ditempatkan dalam situasi yang serupa. Soalnya, hidup itu bukan hanya soal kita. Kita selalu butuh orang lain untuk hidup. Hidup juga butuh pengalaman, butuh perjuangan, butuh mimpi, butuh bahagia, butuh kecewa, dan sesekali terluka. Dari sanalah, pada akhirnya kita bisa merubah sikap kita menjadi lebih baik. Lagipula, kalau hidup hanya sekedar hidup, monyet di hutan juga hidup.
Tapi bagian paling menarik dari hidup adalah, memilih.
"Milih lama banget sihhhhh. Buruan, Coca-Cola apa Pepsi???" Suara Javier berhasil menarik Liga dari lamunan, membuat cowok itu menghela napas sambil menatap lurus pada Javier.
Setelah menghadiri kelas terakhir hari ini, Liga buru-buru pulang. Salah satu alasannya tentu saja dia harus mengecek keadaan Alleo dan juang. Alasan lainnya karena Liga cukup khawatir dengan Saffa. Liga tidak bisa menghubungi ponselnya, hujan yang turun tiba-tiba, juga fakta kalau cewek itu sedang bersama Arya semakin membuatnya dihujami kekhawatiran yang tidak wajar. Awalnya Liga pikir Saffa dan Arya sudah ada dirumah, tapi dia salah tebak. Ketika sampai, Liga justru langsung disambut oleh penampakan Juang dan Alleo yang tengah tertidur di sofa ruang tengah dengan mulut setengah terbuka, kemudian ketika masuk ke dapur dia kembali disambut oleh Javier dan Arion yang tengah mendebatkan merk minuman berbahasa asing. Yah, Liga tidak bodoh. Dia cukup berpengalaman untuk tahu kalau dua orang itu sedang memilih merk wine yang lumayan terkenal. Bohong jika Liga bilang dia tidak pernah minum, belasan tahun tinggal di negara orang, tentu saja sedikit-banyak Liga juga telah terkontaminasi oleh pergaulan luar. Tapi tolong digaris bawahi, Liga tidak sesuka itu pada minuman keras. Karena itu dia ngotot tidak mau ikut-ikutan minum. Jangankan minuman keras, minuman sejenis Sprite saja tidak pernah dia habiskan-kecuali dalam kondisi terpaksa seperti sekarang. Liga hanya tidak ingin menjadi penonton aksi adu kesadaran dua orang di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radio Romance
Teen Fiction"There's a sure distinction that everyone has. Same as me, same as him. But sadly, we have one thing in common. We both chose you. And I never regretted it." Katanya, hidup adalah tentang perjalanan untuk pulang. Ketika kita berjalan untuk menemukan...