Dunia dan selembar kertas
Akan tergores tinta yang nantinya berubah usang
Akan ada jutaan kata yang tertulis
Akan ada ribuan cerita yang berjudul manis
Semua berjalan seirama
Dengan bab-bab sarat makna beratas namakan cinta
Lalu ada cerita lain yang tiba-tiba datang
Menawarkan sedih juga tangis yang menggerogoti asa
Tapi tetap, akhir cerita adalah rahasia
Selembar kertas yang entah berisikan luka atau bahagia103,1 Romaseu FM
Saffa baru saja menerima gulungan kertas yang dibagikan oleh dosennya, siapapun yang mendapatkan nomer yang sama dalam gulungan kertas akan ditempatkan dalam kelompok kecil beranggotakan dua orang. Tadinya Saffa bingung, buat apa juga ada kelompok kecil dalam tugas melukis? Bukannya apa, hanya saja lukisan itu tentang selera dan selera setiap orang itu tentu saja berbeda, tetapi dosennya menjelaskan kalau itu perlu, sebab kolaborasi itu sangat diperlukan dalam membuat suatu karya. Lagipula, nantinya akan ada tugas mingguan yang harus dikumpulkan oleh masing-masing kelompok.
"Saf! Woi Saffa!" Seruan pelan Kashi membuat Saffa menoleh, mendapati cewek berambut sebahu itu tengah tersenyum di bangkunya.
"Apa?"
"Dapat nomer berapa?"
"Tiga. Lo—"
"Berkumpul sama kelompoknya masing-masing." Saffa belum menyelesaikan ucapannya ketika seorang cowok tiba-tiba berdiri didepannya sembari menatap datar pada Kashi. Cowok itu tidak menoleh padanya, tapi hanya dengan sekali lihat, Saffa sudah bisa mengenalinya.
Arya Kadarta. Jujur, Saffa sedang tidak ingin melihat cowok itu sekarang. Terutama setelah pertemuan mereka di Eirene waktu itu, yang berakhir dengan tidak baik karena Arya kekeh merasa tidak pernah mengenalnya. Bukan sepenuhnya salah cowok itu sebenarnya, mungkin dia lupa. Atau Saffa memang terlihat sok akrab waktu itu.
"Lo dapat nomer lima? Sama kayak gue?" Tanya Kashi membuat lamunan Saffa buyar seketika.
"Tiga."
"O-oh...oke..." Kashi menepuk bahu Saffa pelan sebelum kemudian bangkit dari kursinya dan mencari pasangan kelompoknya sendiri.
"Hai." Saffa menyapa dengan senyum yang jelas-jelas palsu. "Gue nggak tau apa-apa, tapi kita ketemu lagi. Dalam satu kelompok."
"It's okay."
"Maksud lo?"
"Gue nggak biasa kerja bareng sama orang lain. Nggak usah tanya alasannya, udah jelas itu karena gue merasa nggak ada orang yang bisa menyelesaikan tugasnya sebaik gue menyelesaikannya sendiri. Dan kayaknya hal itu berlaku juga buat lo. Dari wajah lo aja udah kelihatan kalau lo nggak pernah bisa menyelesaikan tugas lo dengan baik." Arya berhenti memainkan ponselnya, lalu menatap Saffa dengan ekspresi yang bikin Saffa harus mati-matian menahan diri supaya tidak menjadikan wajah cowok itu sebagai samsak dadakan. "Jadi ya nggak apa-apa, gue udah biasa berada di posisi kayak gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Radio Romance
Teen Fiction"There's a sure distinction that everyone has. Same as me, same as him. But sadly, we have one thing in common. We both chose you. And I never regretted it." Katanya, hidup adalah tentang perjalanan untuk pulang. Ketika kita berjalan untuk menemukan...