Radio #01: Gadis Tiga Pagi

764 199 156
                                    

[ Pertemuan; Katsaffa Jingga ]

Ada yang lebih sunyi dari malam hari
Sebuah rahasia yang tersembunyi diantara detik yang terus berganti
Waktu itu telah menyapa sekeping hati
Menitipkan rasa juga rona yang menjalari pipi
Saat sekali lagi menatap langit yang tak bertepi
Biru pelan melahap kelamnya malam berwajah sepi
Satu waktu istimewa yang dimiliki kota ini
Terhitung dari sudut jam tiga pagi

103,1 Romanseu FM

103,1 Romanseu FM

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02.48

Under the same sky, in this different time, our hearts are connected.

Langit sudah terlihat sangat gelap ketika gadis itu masih terjaga, menatap pada langit-langit ruangan yang beberapa sisinya terlihat mulai kusam karena usia. Seperti hari-hari sebelumnya, dia masih sibuk memikirkan ide-ide menarik untuk dituangkan pada kanvas yang sejak tadi dibiarkan kosong tanpa warna, setia ditemani oleh lagu-lagu yang terputar acak dalam ponselnya.

Namanya Katsaffa Jingga. Dia menyukai suasana yang melinkupi semesta pada pagi buta sebelum hari dimulai. Karena pada waktu tersebut, sebagian besar orang telah terlelap dan dunia masih dirambati senyap. Dia akan jadi satu-satunya yang terbangun, lalu ditelan oleh dinginnya sepi. Semuanya akan terlupa. Segala tentang kemarin yang menyusahkan, hari-hari yang menyedihkan pun juga rindu pada orang-orang tersayang yang belum terbalaskan. Yang dia rasa hanya embus sisa angin malam dan bias biru muda yang pelan merambati angkasa. 

Cewek itu menghembuskan napasnya pelan, kemudian mengalihkan pandangannya pada kanvas putih yang dia sandarkan pada kusen jendela.

Mau diapakan?

Apa yang harus dia gambar?

Katanya, sebuah lukisan adalah gambaran dari perasaan orang yang membuatnya. Setiap warna yang menumpahi kanvas adalah bentuk lain dari campuran emosi yang sedang mereka rasa. Jadi..., apakah mungkin Saffa juga merasakan hal yang sama?

Merasa sia-sia hanya dengan duduk diam, dia akhirnya memilih berjalan keluar dari bangunan minimalis yang telah dia tinggali hampir  setahun terakhir. Menurut beberapa buku yang pernah Saffa baca, jalan-jalan dan menghirup udara segar akan membuat otak menjadi lebih segar dan juga bisa menumbuhkan inspirasi untuk melakukan banyak hal---termasuk dalam hal melukis.

Cewek itu berjalan pelan melintasi trotoar, bertemankan headset yang memutar acak lagu yang ada didalam playlist ponselnya. Lampu jalan menjadi satu satunya penerangan selain lampu philip yang menyala di teras-teras toko yang beberapa diantaranya sudah tertutup rapat. Saffa menghentikan langkahnya sebentar, sejenak menoleh pada jalanan beraspal yang beberapa sisinya nampak berlubang dan tergenang air kecoklatan. Jalanan tidak lagi seramai sore atau siang hari, meski Yogyakarta memang tidak pernah benar-benar sepi. Saffa mendenguskan napasnya pelan, kemudian kembali melangkah hingga kakinya berhenti didepan mini market yang buka dua puluh empat jam didekat persimpagan.

Radio RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang