SURVIVED | 05

3.5K 238 21
                                    

Previous chapter:
"Merayakan kepulangan Hyena," jawab Jimin enteng membuat Vally mencubit perut kotak-kotak Jimin yang tidak terdapat lemak.

"Kau berlebihan sekali."

"Ayo, ikut aku sekarang. Kita harus merayakannya malam ini!" Ajak Jimin sembari menggiring tubuh Vally ke lantai dua, dimana kamar mereka berada.

***

Sesampainya di kamar, Vally mengira Jimin akan menghabisi-nya atas dasar 'perayaan'. Namun pikiran Vally yang terlalu jauh dan terlewat kotor itu salah, sebab Jimin mengajaknya makan malam di luar sebagai perayaan.

Sepertinya otak mesum Jimin sudah ditularkan kepada istrinya.

"Aku sudah siap," ujar Vally seraya keluar dari walk in closet, rapih dan anggun dibalut sebuah gaun pendek seatas lutut berwarna putih gading keluaran Gucci.

Jimin menoleh ke arah Vally dengan mata berbinar, "cantik." Gumamnya kecil melihat istrinya yang sangat memukau dan menggoda meski memakai gaun yang terbilang tertutup. "Ayo," ajaknya lalu menggandeng erat jemari Vally untuk segera menuju sebuah restoran ternama yang sudah dipesan.

Mungkin kalian berpikir yang dilakukan Jimin terlalu berlebihan mengenai sebuah perayaan ini—yang sebetulnya tidak perlu. Tapi dibalik itu, tujuan Jimin hanya ingin istrinya senang dan melupakan semua masalah yang telah dibuat oleh Hyena selama seminggu kemarin, walau hingga kini Vally belum ingin menceritakan apa pun.

Sesampainya di restoran, Jimin segera meraih pinggang Vally erat mengikuti seorang pelayan yang menunjukkan dimana meja mereka.

Jimin mendorong sebuah bangku, mempersilahkan Vally duduk terlebih dahulu yang dibalas sebuah senyuman manis, "terimakasih."

Vally melihat seluruh interior restoran yang memukau sebelum beralih melihat sang suami yang duduk di depannya lalu tersenyum malu sendiri karena Jimin juga sedang menatapnya.

Penampilan Jimin malam ini mampu membuat Vally lupa kalau bulan depan pria itu akan genap berumur 30 tahun. Jimin memakai turtle neck berwarna hitam lalu ditutup dengan jaket Celine berwarna coklat. Sangat simple dan membuat Jimin terlihat lebih muda.

"Sudah puas mengagumi wajahku yang tampan?" Sahut Jimin percaya diri dengan salah satu alisnya yang terangkat membuat Vally menatapnya tajam dan memutar bola matanya sebal. "Aku akan menggigitmu kalau sekali lagi berani memutar matamu seperti itu," sahut Jimin tidak terima.

Baru saja ingin membalas ucapan Jimin, dua pelayan menghampiri meja mereka bersama makanan yang telah dipesan. Setelah itu, keduanya sibuk menghabiskan makanan masing-masing dengan Jimin yang sesekali menggoda Vally.

Makanan Jimin telah habis, sekarang dia memandangi wajah Vally yang masih sibuk makan. Kedua tangan Jimin menopang wajahnya, sedangkan matanya terus menatap Vally sangat intens hingga wanita itu merasa risih—tepatnya salah tingkah. Vally mengakui bahwa mata Jimin itu sangat imut dan kecil, namun mata itu mampu menatap dengan sangat tajam seperti pisau—menusuk.

"Kenapa?" Ujar Vally lalu meletakan pisau dan garpu di atas piring membentuk sebuah silang, menandakan bahwa ia telah selesai makan dan mulai membersihkan area mulutnya dengan kain yang sedari tadi berada di pahanya.

Jimin menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum, "tidak," dia menjeda ucapannya untuk mengambil napas. "Aku hanya memperhatikan wajah istriku yang setiap hari semakin cantik."

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang