SURVIVED | 43

1.4K 178 72
                                    

Song for this chapter:

'𝓒𝓪𝓾𝓼𝓮 𝓫𝓪𝓫𝔂 𝓲𝓯 𝓘 𝓯𝓲𝓷𝓭 𝓪 𝔀𝓪𝔂, 𝓘'𝓶 𝓼𝓾𝓻𝓮 𝓸𝓯 𝓲𝓽 𝓽𝓱𝓲𝓼 𝓵𝓸𝓿𝓮 𝔀𝓸𝓷'𝓽 𝓼𝓽𝓻𝓪𝔂
𝓙𝓾𝓼𝓽 𝓰𝓲𝓿𝓮 𝓶𝓮 𝓪 𝓬𝓱𝓪𝓷𝓬𝓮 𝓽𝓸 𝓼𝓪𝔂 𝓘 𝓵𝓸𝓿𝓮 𝔂𝓸𝓾
𝓐𝓷𝓭 𝓘 𝓷𝓮𝓮𝓭 𝔂𝓸𝓾
𝓝𝓸𝔀 𝓪𝓻𝓮 𝔂𝓸𝓾 𝓱𝓮𝓻𝓮 𝓽𝓸 𝓼𝓽𝓪𝔂, 𝓸𝓻 𝓯𝓪𝓭𝓮 𝓪𝔀𝓪𝔂 𝓵𝓲𝓴𝓮 𝓮𝓿𝓮𝓻𝔂 𝓸𝓽𝓱𝓮𝓻 𝓭𝓪𝔂?
𝓨𝓸𝓾'𝓻𝓮 𝓽𝓱𝓮 𝓻𝓮𝓪𝓼𝓸𝓷 𝓽𝓱𝓪𝓽 𝓘 𝓵𝓲𝓮 𝓪𝔀𝓪𝓴𝓮

3:00AM by Finding Hope

Previous chapter:
Salah satu tangan Soraya melepas tangan Vally, beralih menyelipkan helaian rambut Vally ke telinga. "Jimin sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitarnya, terutama kau, Val. Juga dengan Jiwon. Mom tahu kau istri yang sangat sangat menyayangi suamimu, ibu tahu kau tidak akan menyerah dengan Jimin dalam kondisi apapun. Begitu juga sebaliknya. You both have to survive dan mom tahu kalian pasti bisa melewati rintangan ini." Nasehat yang diberikan Soraya membuat air mata Vally kembali berlinang. Tubuhnya condong ke depan dan mendekap sang ibu erat.

"Terimakasih, mom."

***

Seusai mencurahkan seisi hatinya, Vally tertidur begitu lelap. Mungkin efek terlalu lelah dan banyak menangis, kepalanya menjadi pusing. Lelah fisik juga batin. Sekujur tubuhnya pegal karena selama seminggu waktunya dihabiskan untuk menemani Jimin di rumah sakit, kalaupun ia pulang, Vally bertemu dengan Jiwon bayi berusia 3 bulan. Harus menimang, menyusui, hingga memompa asinya sendiri. Semuanya tidak mudah untuk dilakukan.

Batinnya. Melihat suaminya mengalami kecelakaan, harus melalui koma, sampai tadi—baru saja ia menghadapi sikap Jimin yang tidak pernah ia bayangkan akan ada pada diri Jimin. Vally memakluminya, tidak ada orang di dunia ini akan baik-baik saja mendapati dirinya terbangun dengan kondisi perubahan dalam konteks buruk dari sebelum ia terbangun.

Bila ia diposisi Jimin, kemungkinan ia melakukan hal yang sama atau bahkan lebih buruk.

Vally sama sekali tidak ingin menghakimi sikap Jimin padanya saat di rumah sakit. Jika Vally hanya melihat dari sudut pandangnya, bisa saja Vally tidak terima dengan perlakuan Jimin tapi kembali yang dikatakan tadi, Vally mencoba menempatkan dirinya bila menjadi Jimin.

Semuanya tidak mudah.

Di dunia yang begitu luas—begitu banyak macam sisi dan rupa perbedaan dari manusia yang memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Namun tak jarang dari mereka saling menghakimi satu sama lain walaupun saat itu tersadar akan banyaknya perbedaan.

Perbedaan, kekurangan atau bahkan kelebihan biasa dijadikan tombak untuk menghakimi. Padahal sejatinya tiap manusia mempunyai 3 elemen tersebut dengan masing-masing porsi. Mengapa harus saling menghakimi? Andai saja setiap orang selalu mencoba membayangkan atau memposisikan dirinya menjadi orang yang ingin dihakimi, sepertinya orang tersebut akan mengurungkan niat buruk tersebut.

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang