SURVIVED | 24

2K 253 96
                                    

Jally is back!
Jangan lupa vote dan
spam di komen, happy reading💜

Previous chapter:
Vally membalikan tubuhnya, mencoba melihat orang yang telah menyelamatkan nyawanya. Ia menoleh, namun sedetik kemudian Vally terkejut untuk yang kedua kalinya. Bahkan kali ini ia sampai mundur beberapa langkah—tak percaya dengan sosok pria tinggi di hadapannya. Begitu juga dengan pria tersebut yang tak kalah terkejut.
Kedua tangan Vally menutup mulutnya yang menganga, matanya juga membulat. Dengan suara yang bergetar, ia berucap, "Na-Namjoon?"

***

Dengan perasaan tidak tenang, Vally membuka pintu utama rumahnya yang menjulang tinggi dan besar. Sepanjang kakinya berjalan, pandangannya hanya tertuju pada lantai marmer. Ia terlalu gugup.

Langkahnya terhenti ketika melihat sepatu pantofel berwarna hitam, sontak kepalanya mendongak. Matanya langsung bertemu dengan mata Jimin yang baru saja menolehkan kepalanya ke arah dimana ia terdiam.

Tidak, Jimin tidak menyambutnya dengan sebuah senyuman hangat. Kebalikannya, sorot mata Jimin menatapnya sangat tajam—menusuk. Mampu membuat Vally terkesiap dan membisu melihat presensi Jimin yang sudah pulang di siang hari.

"K-kau sudah pulang?" Tanya Vally dengan gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"K-kau sudah pulang?" Tanya Vally dengan gugup. Matanya berusaha membalas tatapan Jimin, namun ia tidak sanggup. Akhirnya ia hanya memusatkan pandangannya pada paper bag berisi kue coklat yang ia beli untuk Jimin.

Jimin mendekatkan tubuhnya pada Vally, "seperti itu caramu bertanya?" Balas Jimin dengan nada yang tegas. "Tatap lawan bicaramu!" Ibu jari dan telunjuk Jimin bergerak untuk menarik dagu Vally dengan paksa sehingga tatapan keduanya bertemu.

"Masuk ke ruang kerjaku sekarang."

"Jimin..."

Yang disebut namanya tidak mengindahkan panggilan untuknya, Jimin menarik pergelangan tangan Vally dengan satu hentakan keras, membuat paper bag yang dipegang jatuh mengenaskan. Isi kue coklat yang berada di dalam sebuah cup hingga terjatuh ke lantai.

Pria itu memegang pergelangan tangan wanitanya terlewat erat, sehingga beberapa kali sang empu meringis kesakitan dan meminta untuk dilepaskan. Jimin tidak menggiring tubuh Vally dengan lembut seperti biasa, kali ini tepatnya Jimin menyeret paksa tubuh Vally untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.

Ntah apa yang merasuki isi kepala Jimin detik ini.

Ia melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Vally, memaksanya untuk duduk di kursi. Sedangkan ia berjalan mengitari meja besar kerjanya dan duduk di kursi kebesarannya yang berhadapan langsung dengan Vally.

Melepaskan kaitan kancing teratas kemeja yang dikenakan kemudian merenggangkan dasi yang ia kenakan. Jimin menghela napasnya kasar, menatap langit-langit ruangan di dominasi oleh warna hitam. Menambah kesan mencekam di antara mereka. Lalu tatapannya kembali menatap Vally seakan singa yang ingin menerkam mangsanya.

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang