SURVIVED | 12

3.1K 229 28
                                    

Previous chapter:
"Tentu! Aku dan Jiyoung akan menjadi paman yang baik." Jawabnya sambil melirik adik Jimin yang duduk tepat di sebelah ayah Jimin. Brian kini mendekati Jimin dan segera memeluk pria yang sedang berulang tahun itu, "aku tidak sabar untuk memiliki keponakan yang lucu. Terimakasih telah menghamiliku kakakku." Ujarnya yang mengundang gelak tawa semua orang yang mendengar.

***

"Jimin!"

Yang disebut namanya menoleh ke arah walk in closet dimana sang istri berada. Tangannya masih sibuk membuat pola dasi berwarna putih yang dikenakan. "Kemarilah," kata Vally lagi. Akhirnya Jimin membiarkan dasinya yang belum selesai begitu saja lalu menghampiri dimana Vally berada.

Baru saja memasuki walk in closet, pria itu terkisap melihat punggung mulus tanpa cacat tepat dihadapannya beberapa langkah. "Bantu aku mengikat tali yang di belakang, Ji." Permintaan Vally membuat Jimin tersadar dan segera berjalan mendekati Vally yang membelakanginya. Melihat presensi wanita itu sangat lekat, tangannya mendarat di punggung Vally dan dalam sekejap, permukaan bibirnya bertemu dengan kulit putih tersebut membuat sang empu merinding geli.

Jika saja Jimin tidak mengingat perayaan ulang tahunnya yang tengah menunggu, pasti dia sudah membawa Vally ke atas ranjang dan saling memadu kasih. Tanpa lama, Jimin mengikat tali kecil itu hingga membentuk sebuah pita. "Kau cantik," bisiknya di telinga Vally sangat lembut. "Sangat cantik."

"Aku tahu," jawabnya sombong lalu membalikkan tubuhnya menghadap Jimin. Matanya menangkap Jimin yang sudah rapih dengan pakaian serba putih. Dari kemeja, celana, dan jasnya. Sangat tampan, batinnya. Suaminya seperti pahatan sempurna.

"Dan sekarang, kau yang terpukau denganku."

Vally terkekeh mendengar pernyataan Jimin yang benar, tangannya terangkat naik untuk menyelesaikan dasi yang masih belum tersimpul dengan benar. "Ayo, kau tidak ingin terlambat diperayaanmu sendiri, 'kan suamiku yang tampan?" Goda Vally sebelum mengecup pipi kilat lalu menarik Jimin untuk keluar kamar. Menyusul semua keluarga yang sudah siap untuk menuju gedung dimana acara digelar.

Pandangan Vally mengedar memperhatikan seisi ruangan yang sudah didekor sedemikian rupa. Temanya sangat sesuai dengan kepribadian Jimin. Vally duduk di meja khusus keluarga, sedangkan Jimin menyambut semua tamu undangan yang tak lain rekan bisnis dan jajaran direksi di kantor.

Semua keluarga juga sedang bercengkrama satu sama lain. Dia hanya duduk diam sambil memakan beberapa kudapan yang tersedia. Memang pada dasarnya Vally tidak terlalu suka dengan keramaian yang menurutnya membuat pusing, terlebih saat ini ia tengah hamil muda yang menyebabkan beberapa perubahan. Termasuk moodnya yang mudah berganti.

Ia bisa melihat dari tempat ia duduk, pria itu sedang serius berbicara dengan temannya. Rasanya Vally ingin acara cepat selesai, bukan dalam artian buruk, dia hanya ingin berpelukan di atas ranjang bersama Jimin sembari menonton film atau drama. Vally merindukan Jimin.

Sejujurnya, sentuhan pria itu.

Tiba-tiba Jimin menoleh ke arahnya yang masih memandang suaminya itu. Jimin tersenyum manis ke arahnya membuat Vally tersipu malu dan mengalihkan pandangannya.

Beberapa saat kemudian, ia merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Sebuah tangan melingkar pada lehernya, "kau baik-baik saja?" Ia mendongak. Jimin sedang melihatnya menunggu jawaban. "Ingin sesuatu?" Vally menggeleng pelan. Jimin menarik Vally hingga wanita itu bersender pada perutnya karena posisi Jimin berdiri.

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang