SURVIVED | 20

2.5K 246 61
                                    

Jally is back yeorobun!
Can I get 111 votes for my birthday gift?
☺️💜

Previous chapter:
"Ku harap kau bisa membuktikan ucapanmu." Ujar Vally tersendu-sendu. Jimin menjulurkan kelingkingnya pada Vally yang segera menyambut dengan menautkan kelingkingnya lalu ibu jari keduanya sama-sama bertemu.

"Janji."

"Selamanya?"

"Selamanya bersama istriku tersayang."

***

"Jimin, letakkan kepalamu di atas bahu istrimu," mendengar arahan photographer yang tak lain temannya juga, Jimin menurut. Dengan senang hati ia meletakkan kepalanya bersandar di bahu Vally, sementara tatapannya mengarah pada wajah Vally yang tersenyum malu.

Melihat momen yang sempurna, sang photographer segera mengabadikan dengan kamera mahal miliknya sambil memuji, "ya, seperti itu. Bagus sekali, sangat natural." Tangan Jimin semakin erat memeluk perut Vally yang sudah besar dari belakang. Mereka terus berjalan pelan dengan romantis menikmati pemandangan hijau yang indah. Membiarkan photographer terus memotret mereka.

Hari ini, mereka sedang melakukan maternity photoshoot untuk pertama kalinya di Jeonju Hanok Village. Sebetulnya, sudah banyak sekali foto yang mereka abadikan selama masa awal kehamilan hingga sekarang, hanya bermodalkan kamera polaroid dan dengan kreatif mereka menempel tiap foto di diary yang Vally persiapkan. Dibumbui dengan cerita masa kehamilan Vally atau pesan yang ingin disampaikan kepada baby Park, kelak akan dibaca ketika bocah laki-laki tersebut sudah dapat membaca.

Namun, Jimin dan Vally ingin melakukan photoshoot lebih resmi dan bagus, sehingga sekarang mereka melakukan maternity photoshoot.

Keduanya berhenti ketika photographer menyarankan mereka untuk berganti posisi. Dengan properti yang sudah disiapkan hingga terlihat seperti ingin melakukan piknik sederhana. Jimin berbaring di atas rumput hijau yang sudah diberi alas kain bermotif bunga, menempatkan kepalanya di atas paha Vally. Kepalanya menghadap perut besar dimana calon anaknya tumbuh, meletakkan tangannya disana.

Sementara Vally menunduk, memperhatikan wajah Jimin dengan tatapan penuh kasih sayang. Salah satu tangannya terangkat untuk mengelus pipi Jimin. Untuk sekian kali, photographer mendapatkan hasil foto yang diinginkan. Natural. Tanpa perlu arahan berlebihan, keduanya sudah sangat paham untuk mengekspresikan cinta mereka satu sama lain.

Tatapan yang memancar dari tatapan mereka satu sama lain sangat kental kasih sayang dan cinta.

"Ingin break dulu?" Saran photographer.

"Okay," Vally membalas sembari membenarkan rambutnya yang tersapu angin kencang. Jimin merubah posisinya menjadi duduk lalu merapihkan t-shirt dengan kerah ia pakai sebelum berdiri. Ia menjulurkan tangannya, membantu Vally berdiri.

Dengan kuat, Vally menggenggam tangan Jimin. Pelan-pelan ia berdiri, perutnya yang sekarang besar membuat geraknya terbatas. Apa-apa sulit. "Hati-hati," ujar Jimin mengingat gaun yang dipakai Vally panjang hingga menyentuh rumput yang dipijak.

Tangan Jimin bergerak merangkul tubuh Vally, membawa tubuh istrinya berjalan ke arah rumah penuh ornamen Korea yang sudah ia sewa untuk beristirahat.

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang