SURVIVED | 17

2.4K 242 48
                                    

Who miss Jally? Put your hands up!🙌

*
*
*

Kepala Vally yang awalnya terpaku pada jendela yang menyuguhkan taman rumah sakit dibuat menoleh ke arah  pintu ruang inapnya yang terbuka. Ada Wuri disana. Berdiri dengan sebuah paper bag berwarna coklat sontak membuat Vally tersenyum riang lalu menyapa Wuri.

"Sudah jauh lebih baik?" Wuri menatap temannya itu yang segera mengambil alih kantung makanan dari tangannya dan mengangguk pelan. Setelah lima hari dirawat inap, kondisinya sekarang sudah jauh lebih baik. Sakit yang dia rasakan pada perut dan tenggorokannya sudah sirna—juga dengan kandungannya. Semua baik-baik saja, seperti dewi fortuna saat ini sangat memihaknya atau Tuhan yang teramat menyayanginya.

Vally menempatkan pandangannya pada Wuri yang duduk di samping ranjang, "by the way, terimakasih sudah membawakan croissant rasa coklat yang ku inginkan." Ujarnya bersamaan dengan tangan yang membuka box di tangannya.

"Tidak masalah," balas Wuri sambil tersenyum. "Ini pasti keinginan anakmu." Tangannya beralih untuk naik ke atas perut Vally, dimana baby Hwang yang mulai menginjak 20 minggu itu tumbuh. Tak perlu dielak, berat badan Vally ikut naik, namun—ajaibnya, hanya perutnya saja yang besar. Memang Vally bukan satu-satunya calon ibu yang mengalami hal tersebut, tapi siapapun pasti ingin seperti Vally. Timbangannya tidak naik terlalu berlebihan membuat tubuhnya tidak berubah drastis dari bentuk tubuhnya sebelum mengandung.

Tapi tetap saja, terkadang Vally mengkhawatirkan bentuk perutnya yang tidak akan kembali seperti semula. Sebuah perasaan cemas yang biasa dialami para calon ibu. Bahkan proses melahirkannya yang masih 4 bulan lagi, Vally sudah membuat planning setelah beberapa bulan melahirkan anak pertamanya, ia harus ikut kelas olahraga. Entah itu yoga atau senam lainnya yang akan ia cari sebagai referensi.

"Hmm, suamimu mana, Val? Biasanya dia selalu menjagamu." Akhirnya Wuri kembali membuka suara setelah mereka berdua hanyut ke dalam pikiran masing-masing sambil memakan croissant yang ia bawa.

"Ada meeting penting yang harus dia hadiri," jawabnya. Mertuanya telah pulang kemarin, lagi pula 5 hari di rumah sakit, Jimin selalu menemaninya dengan serta merta membawa berkas-berkasnya. "Sepertinya akan lama, tapi tidak apa, lagi pula ada beberapa orangnya yang berjaga di depan. Huh, berlebihan sekali bukan?" Ia mendengus dan membuat bibirnya mengerucut seperti bebek.

Wuri tertawa kecil, "dia hanya ingin menjagamu, Val. Suamimu itu sangat romantis, kau tahu." Vally memutar bola matanya sebal lalu menggerutu.

"Iya, romantis dan juga mes—"

Ucapannya terpotong karena pintu yang terbuka tiba-tiba tanpa diketuk. Siapa lagi kalau bukan orang yang baru saja ia umpati?

Jimin, dan juga sahabat karibnya, Taehyung.

"Hei—"

"Apa yang kau makan?!" Bukan sapaan namun sebuah  bentakan ia terima dari Jimin, jelas membuatnya terperanjat. Tak lain halnya dengan Wuri dan Taehyung, pasalnya sedetik yang lalu ia baru saja tersenyum manis pada sang istri dan sekarang secara tiba-tiba berubah dengan rahang yang mengeras.

"Cro-croissant," jawabnya dengan bibir bergetar. Vally sangat takut melihat kemarahan seorang Park Jimin.

Kaki Jimin melangkah cepat meraih kotak yang berada dipangkuan Vally, "aku sudah bilang jangan makan makanan dari luar, kau baru saja keracunan. Kenapa kau tidak mengerti?!" Jimin membentak Vally dihadapan Wuri dan Taehyung yang sama-sama membeku.

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang