SURVIVED | 08

2.4K 221 60
                                    

Previous chapter:
Setelah kudapannya habis tak bersisa, Vally dan Lea memutuskan segera pergi ke tempat yang mereka tuju. Kedua wanita yang sudah lama berteman itu sepertinya sudah tidak sabar dengan sesuatu yang mereka nantikan sejak tadi. Berharap semua berjalan sesuai dengan yang mereka harapkan.

***

Vally menatap layar ponselnya yang terdapat wajah Jimin sedang menandatangani berkas-berkas, sementara Vally hanya berbaring di ranjang sambil memeluk sebuah boneka dengan ponsel yang di depannya sengaja diganjal dengan bantal jadi tidak perlu repot untuk memegang. Benar sekali, mereka sedang melakukan panggilan video.

"Tidak di rumah, tidak disana, selalu saja sibuk dengan berkas-berkas itu," Vally mengeluh saat Jimin hanya sibuk dengan kertas di meja pria itu ketimbang dirinya. "Seharusnya kau nikahi saja berkasmu!"

Mendengar ucapan Vally yang tidak masuk akal membuat Jimin yang tadinya fokus menjadi tertawa keras. Ia tidak habis pikir istrinya menyuruh dia untuk menikahi sebuah kertas. "Kau cemburu dengan kertas seperti ini?" Jimin mengangkat kertas yang telah ia tanda tangani ke depan kamera.

"Aku tidak cemburu, hanya..." Vally tidak mampu melanjutkan kalimatnya sebab yang dikatakan Jimin benar, ia cemburu dengan sebuah kertas dan Vally tidak mau mengakui karena akan terdengar sangat menggelikan.

"Hanya apa, sayang?" Cecar Jimin. Ia mulai membereskan berkas-berkasnya dan mengikuti Vally untuk berbaring di ranjang. "Hanya kau malu untuk mengakuinya?"

Boom.

Lanjutan kalimat Jimin sangat tepat sasaran membuat Vally salah tingkah dan membenamkan wajahnya ke boneka yang ia peluk. "Kalau aku di sampingmu, aku sudah menerkammu sejak tadi, Val." Tingkah Vally membuat Jimin gemas, jika saja ia ada di sebelah Vally, mungkin pelukan yang di dapatkan oleh boneka beralih kepadanya. Jimin sangat merindukan sekali wanitanya itu dan ingin sekali memeluk dengan erat sambil menghirup aroma tubuh Vally yang wangi vanilla.

Malam ini terhitung malam ke lima, dan lusa Jimin akan pulang kembali. Hal yang dinantikan oleh Vally.

"Sudah malam, sebaiknya kau tidur, okay?" Vally mengangguk mendengar ucapan Jimin.

"Kau juga tidur, besok harus bekerja 'kan?" Tanya Vally yang dibalas anggukan oleh Jimin, "jangan lupa sarapan dan jangan terlalu lelah besok, Ji. Aku tidur dulu, ah- iya! Jangan lupa mimpikan aku, selamat malam." Vally melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum.

"Tentu, selamat malam. Aku mencintaimu," balas Jimin lalu mematikan sambung panggilan. Meraih selimut dan dibentangkan di tubuhnya. Matanya melirik sisi ranjang yang kosong, tidak ada Vally yang bisa ia peluk.

Sedangkan Vally, ia tidak langsung tidur. Ia berjalan ke arah meja rias, mengambil sebuah diary. Dibukanya buku dengan cover berwarna biru itu, masih kosong, tidak ada tulisan di dalamnya. Sengaja ia membeli diary itu saat pergi bersama Lea, semata-mata untuk melengkapi misinya.

Ia meraih pulpen dan tangannya mulai menari-nari di lembar pertama diary tersebut. Menuliskan kata demi kata yang tersusun rapih hingga membentuk sebuah kalimat. Senyumnya terus merekah hingga kata terakhir ditulis. Setelah merasa cukup, ia menyematkan tanggal dan jam saat itu juga. Lalu memasukan diary tersebut ke dalam kotak berukuran sedang, kemudian kotak tersebut di masukan ke dalam paper bag. Lantas menyimpannya dengan baik-baik.

SURVIVED [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang