Aqilla membuka matanya dengan tubuh bergetar. Mengeluarkan tangan Yuan dari balik celananya. Aqilla menghapus air matanya cepat, mengancingkan celana jins dan memasang kaitan bra miliknya. Aqilla memasang sabuk pengaman, duduk diam menatap depan.
"Nyokap lo udah nunggu," Kata Aqilla dengan senyuman bergetar. Yuan kembali ke kursinya, mengendarai mobil menuju rumah.
Aqilla menyembunyikan kedua tangannya di balik tas kecil di pangkuan. Menggenggam erat sampai kuku jemarinya membuat merah telapak tangan. Aqilla membuang wajahnya ke samping, telinganya mendadak tidak bisa mendengar Yuan berbicara. Aqilla merasa berada dalam ruang yang kedap suara.
Menghapus air matanya cepat. Aqilla menarik nafas lalu menghembuskannya pelan. Begitu tiba di kediaman rumah Yuan, Aqilla turun dengan cepat. Kakinya yang lemas di buat untuk melangkah, pandangannya kabur karena Aqilla sudah menahan air mata yang mendesak keluar.
"Udah sampai? Yuk masuk," Kansa menyambut Aqilla di depan pintu. Menarik tangan Aqilla lembut untuk masuk.
Aqilla menahan tangan Kansa yang menariknya untuk masuk. "Di sini aja Tan." Kata Aqilla menghapus air matanya lagi, Aqilla tersenyum dengan bibir bergetar. Kakinya Aqilla peringatkan untuk tidak melangkah lebih jauh.
"Kamu kenapa sayang? Di apain sama Yuan?" Tanya Kansa panik, membuat Yuan yang baru datang menatap Aqilla dari samping. "Ayo masuk dulu," Ajak Kansa khawatir.
Aqilla menggeleng. "Di sini aja, udah malam." Aqilla mengambil satu langkah ke samping menghindari Yuan. Kansa memperhatikan itu. "Aqilla mau bilang kalau sepertinya pertunangan tidak bisa di lanjutkan. Maaf Aqilla nggak bisa bantu tante untuk merubah Amora menjadi lebih baik. Aqilla merasa nggak cocok sama Amora,"
"Masuk dulu,"
"Nggak, di sini aja tante. Aqilla akan bilang sama Mama dan Papa. Maaf ya tante, Aqilla pulang dulu," Kata Aqilla berlari kecil setelah berpamitan sopan.
"Aqilla," Panggil Kansa bingung.
"La," Yuan mengejar setelah terdiam beberapa detik, menahan tangan Aqilla yang di tepis oleh perempuan itu. Aqilla bergerak menjauh ketakutan. "La?" Yuan mencoba menahan, berjalan di depan Aqilla bingung. "Lo kenapa? Gue salah apa?"
Langkah Aqilla terhenti. Mengangkat wajahnya lalu mengambil satu langkah ke belakang. Aqilla menatap Yuan. Ia tersenyum menghapus air matanya.
"Harusnya gue yang tanya sama lo. Gue salah apa?" Aqilla mengepalkan kedua tangannya, mencoba tersenyum.
"Sumpah gue nggak ngerti, La,"
"Apa gue punya salah besar buat lo dendam sama gue?"
"Lo ngomong apaan?"
"Gue boleh minta sesuatu sama lo nggak?"
"Apa?" Tanya Yuan cepat. Tatapan teduh ia perlihatkan pada Aqilla yang saat ini terlihat rapuh di matanya.
Aqilla terdiam lama lalu berkata. "Gue minta lo hapus vidionya." Menghapus air matanya kasar sambil mempertahankan sebuah senyuman.
"Vidio apa La? Gue nggak ngerti," Yuan menggeleng mendekati Aqilla.
"Cukup gue yang tau dan gue nggak mau terjadi perpecahan pertemanan antara bokap gue sama bokap lo. Jadi gue minta tolong hapus vidionya,"
Yuan terdiam, menatap Aqilla tajam.
"Please," Aqilla tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dadanya begitu sesak. "Gue akan tutup mulut. Gue nggak akan bilang ke orang tua gue ataupun orang tua lo. Gue janji." Katanya sambil menangis. "Gue akan diam dan tutup mata juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYBOY [COMPLETE]
Teen Fiction"Karena kematian tidak selalu identik nyawa yang menghilang, tapi juga kebahagiaan." Kisah perjalanan cinta seorang buaya darat. Menemukan cinta sejati ataupun jadi diri.