Bab 1. Akhlak dalam godaan

25.5K 1.6K 218
                                    

"Turun,"

"Aku tuh sakit Pa, nggak mau sekolah," Yuan meringkuk di kursi mobil, memejamkan matanya memunggungi Xalio-papanya.

"Kita ke rumah sakit kalau gitu,"

Yuan menggeram kemudian membuka pintu mobil dengan cara menendangnya kesal. "Sehat kok, lihat matahari," Yuan merentangkan tangannya, padahal cuaca sedang mendung dan tidak ada matahari.

Memakai tas, mencium punggung tangan Xalio. Yuan menutup pintu mobil sopan dengan senyum pepsodent. Begitu mobil Xalio melaju, senyuman itu menjadi kekesalan. Yuan menghembuskan nafas pelan, mengacak rambutnya. Membasahi bibirnya dengan kedua tangan ia masukkan ke saku jaket. Melihat kemacetan yang terjadi di depan sekolah setiap pagi.

Yuan memilih masuk ke warung depan Pandawa Internasional School. Menyandarkan punggungnya ke dinding kayu dengan wajah menjijikkan. Yuan menaik turunkan alisnya, mengedipkan matanya, menoel lengan Mpok Yuli yang sedang menggoreng bala-bala.

"Cuaca di luar mendung, sama seperti hatiku bila tidak ada kabar bala-bala darimu."

Mpok Yuli merasa risih jika Yuan sudah mulai mendekatinya.

"Yang tetap mencintaimu disaat kamu mencintai orang lain, mungkin hanya aku," Yuan meratapi kepedihan yang mendalam, memukul dadanya kecil. "Wajah cantikmu, bentuk tubuhmu," Yuan menyipitkan matanya. Tubuh Mpok Yuli yang gendut sering sekali menjadi bahan godaan Yuan. "Membuatku tidak bisa berkata-kata,"

"Sudah sana! Mau tak celupkan muka gentengmu ke minyak panas?!" Mpok Yuli melotot kesal, berkecak pinggang menatap Yuan.

"Mencintaimu adalah luka yang di sengajaaaammpunn!" Yuan mundur beberapa langkah saat Mpok Yuli siap memukulnya dengan spatula. Yuan tertawa geli dan duduk di bangku warung bersama pelajar lainnya yang tidak ia kenal, namun mereka mengenal Yuan.

Si Playboy kardus seantero Pandawa.

Mengangkat satu kakinya sambil membuka jajanan yang harganya dua ribu. "Enak mie rebus apa Mie goreng?" Tanya Yuan pada Mpok Yuli.

"Mie kuah,"

"Es Milo satu,"

Mpok Yuli menggeram kesal. Ingin sekali mencabik-cabik wajah tampan yang menjadi langganannya tiga tahun ini.

Yuan mengeluarkan ponselnya, melihat ratusan pesan masuk dan puluhan panggilan tidak terjawab.

"Sebenarnya aku lagi sakit-"

"Sakit saja kau seperti ini, bagaimana sehat?!" Mpok Yuli memberikan segelas es Milo beserta jajarannya. Bala-bala, tahu goreng, pisang goreng dan cabe kecil kesukaan Yuan. "Gerbang mau di tutup, kau tidak ingin masuk?"

"Tidak papa, jangan masalahkan gerbang yang di tutup. Yang terpenting hatiku selalu terbuka untuk siapa yang ingin masuk,"

Mpok Yuli menggelengkan kepala. Yuan menunjukkan cengiran bodoh, menyantap gorengan santai.

"Nak Mora!! Gerbang mau di tutup!!" Teriak satpam sambil meniup peluitnya.

"Tuh, dengar Mpok, suamimu memanggil namaku. Mau ngajak gelud dia, tapi tenang saja. Aku akan mengalah asal kau bahagia," Yuan meneguk habis minumannya dan berjalan gontai menyebrang jalan sambil membenarkan baju sekolah yang keluar. "Pak, ada salam,"

"Dari siapa?"

"Dari bidadari yang sedang duduk disana, cepat kesana katanya. Kopi hitam pekat dan Mie instan siap di santap, buatan istri tercinta,"

Mpok Yuli dan satpam sekolah adalah sepasang suami istri, Yuan suka sekali menggoda keduanya. Romantis, membuatnya iri.

Menghembuskan nafasnya, Yuan berdiri menatap gedung Pandawa. Berjalan menuju kelasnya santai. Membalas sapaan dari beberapa adik kelas ataupun melempar godaan di sepanjang koridor.

PLAYBOY [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang