Bab 55. Keagungan Cinta

7.5K 1.2K 517
                                    

Aqilla duduk di sofa sembari memeluk erat Anacea untuk menutupi kegugupannya. Sepuluh menit berlalu tanpa bicara. Membiarkan kenyataan mengambil alih tanpa adanya yang ditutupi. Berulang kali Kansa menghapus air matanya tidak berani menatap Aqilla di hadapannya ataupun Yuan yang sedang terbaring di ranjang.

Kansa tidak tahu ekspresi apa yang harus ia tunjukkan saat ini. Hati Kansa hancur. Kenapa Yuan memilih menyimpan rahasia sebesar ini padanya? Kansa seolah bukan orang penting dalam hidup anaknya sendiri sampai Yuan menyembunyikannya seorang diri.

"Ma," Panggil Sean pelan menyentuh pundak Kansa.

Kansa menarik napas kemudian berkata pelan. "Telpon Papa kamu, minta datang sekarang," Menompang kepalanya yang sangat berat dengan kejutan yang baru saja diucapkan.

Sean mengangguk, berdiri menjauh menelpon Xalio.

Kansa mencoba untuk menguatkan hati. Duduk menghadap Aqilla. Meski saat ini Kansa merasa sangat malu atas kelakuan anaknya, Aqilla selalu tersakiti atas perbuatan Yuan. Terlebih, gadis kecil dalam pelukkan Aqilla membuat Kansa ingin menangis sejadi-jadinya. Isak tangis Kansa terdengar mencoba tegar, bibirnya bergetar, berkali-kali membuang wajahnya malu. Apa lagi yang sudah Yuan lakukan pada Aqilla?

Bermain api ketika mempunyai seorang istri. Kansa menarik napas kemudian menghembuskannya dengan satu kali hentakkan, menatap Yocelyn yang duduk dengan kepala menunduk menatap lantai. Bagaimana Kansa bisa menyelesaikan semua masalah yang Yuan lakukan.

"Papa sudah sampai rumah sakit, katanya lagi jalan mau kesini," Sean kembali duduk di sebelah Kansa.

Kegugupan Aqilla bertambah, menatap Anacea yang perlahan membuka mata. Anacea mengulet lucu membuat Sean tersenyum tipis. Orang yang paling senang bertemu Anacea adalah Sean.

"Mau pipis?" Tanya Aqilla pelan. Anacea menggeleng, terlihat bingung melihat banyak orang di sekitarnya.

Tidak lama kemudian, pintu terbuka. Xalio muncul membawa titipan Kansa. Bukan hanya Aqilla yang gugup namun Yocelyn merasakannya juga. Kansa menggeser sedikit pada Yocelyn untuk mempersilahkan Xalio duduk di sebelahnya.

Ekspresi Xalio hampir sama seperti Kansa saat melihat Aqilla pertama kali setelah sekian lama. Tidak terlalu jelas, tapi keterkejutannya sangat terasa.

"Aqilla," Panggil Xalio bingung. Suasana mendadak sunyi dan menegangkan. Xalio meletakkan tas jinjing ke meja. "Kenapa?" Tanya Xalio khawatir melihat Kansa menangis.

Ketegangan tidak dirasakan oleh Sean yang sibuk melambaikan tangan pada Anacea yang terus menatapnya. Sean mencoba melakukan hal lucu tanpa menimbulkan suara membuat Anacea tertawa kecil.

"Ada apa? Kenapa kamu nangis?" Xalio menyentuh bahu Kansa.

"Maaf kalau Milan lancang atau nggak sopan, Milan datang bersama Aqilla, dan putrinya," Milan buka suara. Menyakinkan Aqilla bahwa semuanya baik-baik saja. Milan akan menggantikan Yuan untuk melindungi apa yang selama ini sahabatnya jaga.

"Saya tidak tahu kalau kamu sudah menikah dan punya anak, senang mendengarnya," Ujar Xalio.

"Aqilla belum menikah," Milan menggigit bibir bawahnya. Entah keputusan yang Milan ambil ini benar atau salah, fakta harus terungkap. "Anak ini, cucu Om." Milan menyentuh kaki mungil Anacea.

Xalio terdiam beberapa detik memejamkan mata. Tidak perlu Milan menjelaskan panjang lebar, Xalio sudah sangat mengerti. Bukan Yuan jika tidak membuat kepalanya sakit.

"Aku permisi," Yocelyn berdiri, mengambil tasnya kemudian berlari kecil meninggalkan ruangan. Kansa ingin menyusul namun Xalio menahan tangan istrinya. Kansa menatap kepergian Yocelyn penuh kepedihan.

PLAYBOY [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang