Bab 10. Bikin penyemangat

8.1K 925 141
                                    

"Abang di pake dulu celananya!" Teriak Kansa dari dapur melihat Yuan yang pergi ke sekolah tanpa celana seragam Pandawa. Hanya celana pendek yang ngetat.

Yuan menunduk sebentar. "Lah, kirain udah pakai celana," Yuan berbalik sambil berkata. "Mbak tolong celana aku di kamar,"

Mbak yang bekerja di rumah itu berlari ke kamar Yuan, mengambil celana lalu memberikannya pada Yuan. Kebiasaan setiap hari, ada saja.

"Tolong pegang bentar, jangan mati." Yuan memberikan handphone pada Mbak.

"Ini gimana mainnya Mas? Mbak nggak ngerti?"

Yuan memakai celananya asal. "Butuh waktu 10 abad buat mbak ngertiin aku. Keburu Jepang menjajah Indonesia lagi Mbak." Yuan mengambil handphone di tangan mbak dan pamit pergi.

Mem-pause game, Yuan mengendarai mobilnya keluar dari garasi. Ia menekan klason melihat adiknya yang sedang memompa sepeda. Yuan menurunkan kaca mobil, saat ingin bicara, Sean sudah kabur menggunakan sepeda.

Pagi ini Yuan akan menjemput Aqilla. Kebahagiaan itu tidak datang sendiri, harus ada yang menjemput dan mengakhiri. Mobil yang di janjikan Kansa akan datang satu bulan lagi. Lumayan, dalam pertunangan Yuan hanya perlu menjadi supir pribadi.

Aqilla sudah menunggu di depan rumah. Yuan meloncat ke kursi sebelah. "Lo yang bawa ya, kaki gue keram main futsal kemarin malam," Katanya saat Aqilla membuka pintu. "Pengertian banget tunangan gue," Yuan menutup pintu, tersenyum melihat Aqilla berjalan memutar ke depan dan duduk di balik kemudi. "Udah sarapan?"

"Em," Gumam Aqilla, melihat spion kiri sebelum akhirnya melaju di jalan raya. Memajukan kursi tempat duduknya dan mengatur sandaran agar nyaman.

"Lo tau nggak kalau masa depan harus di raih,"

"Iya lah,"

"Sekarang gue lagi menjemput masa depan," Yuan menyentuh bahu Aqilla, ingin melihat ada sesuatu tidak di belakang tubuh itu.

"Apa sih?!"

"Ternyata gue baru sadar, nggak semua bidadari punya sayap,"

Aqilla memukul tangan Yuan kesal. Yuan mengangkat satu kakinya ke kursi. Menurunkan sandaran kursi sehingga ia bisa berbaring. Yuan menatap Aqilla dari belakang, bibirnya tersenyum tipis.

"La, kalau cacing curi nutrisi di tubuh, kalau gue curi perhatian,"

"Iya terserah lo Amora," Aqilla mendesah pelan.

"Lo itu indome, selera gue banget." Yuan tertawa saat Aqilla menepak pahanya. "Lo itu ibaratnya pocari sweet, pelepas dahaga. Go sweet banget,

"Eh," Aqilla mengerem mendadak, mencondongkan tubuhnya ke depan. "Motornya muncul dari belakang, kayaknya kena deh,"

Yuan menegapkan tubuhnya. "Demi apa? Gue baru service mobil," Yuan menurunkan kaca mobil, melihat body belakang mobil yang lecet. "Anjirr La," Yuan turun, berhubung lagi lampu merah. Mengecek mobilnya yang terkena gesekan hampir sepuluh centi meter.

"Lecet?" Tanya Aqilla takut saat Yuan kembali duduk. "Gue nggak lihat, tadi ada motor muncul jadi banting stir,"

Yuan mengirimkan foto mobilnya yang lecet pada temannya.

"Gue yang benerin nanti,"

"Udah nggak usah," Kata Yuan pelan. "Hati-hati aja,"

Aqilla merasa tidak enak, rambu lampu merah sudah berubah warna. Aqilla mengemudi hati-hati dengan perasaan mengganjal. Yuan menjadi diam seketika bermain ponsel yang terus berbunyi menandakan banyaknya pesan masuk ke ponsel lelaki itu.

PLAYBOY [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang