Hari ini Aqilla memiliki acara dengan beberapa rekan kerja, namun sepertinya cuaca tidak mendukung membuat pertemuan dibatalkan. Aqilla memutar arah pulang ke rumah.
Tiba di rumah, Aqilla bingung melihat sebuah mobil terparkir rapih di halaman rumahnya. Aqilla mencoba mengingat siapa pemilik mobil, rasanya Seth tidak punya mobil mahal berwarna hitam tersebut.
"Ada tamu, Pak? Siapa?" Aqilla menghampiri satpam, belum di jawab tiba-tiba hujan deras membuat Aqilla berlari masuk ke rumah. "Din, ada mobil siapa di luar?" Tanya Aqilla pada Dina yang sedang bermain bersama putrinya di sofa.
"Bu, sudah pulang?"
Aqilla mengangguk, berjalan mendekat mendengar Anacea memanggilnya. "Habis berenang? Berapa jam di air sampai badannya dingin banget? Tadinya saya mau pulang malam, acaranya dibatalkan karena hujan. Cea udah maka—"
Kalimat Aqilla terpotong ketika suara berat muncul dibalik pintu. Seorang pria tanpa busana hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya membuat Aqilla terpaku seketika. Jantungnya berdegup kencang tidak paham apa yang telah terjadi.
"Bisa ambilin baju saya di mobi—"
Dunia Aqilla terhenti begitupun Yuan yang terkejut melihat kedatangan Aqilla. Aqilla berdiri dengan tubuh bergetar kehilangan kata-kata. Kenapa pria tersebut bisa ada di rumahnya saat ini? Kenapa harus datang lagi di saat Aqilla sebaik mungkin bersembunyi. Apa yang ingin dilakukannya kali ini? Menghancurkan hidupnya lagi? Lebih baik bunuh Aqilla kali ini. Mungkin jika Aqilla sudah mati, Yuan tidak perlu mengganggu, mengikuti ataupun mencarinya lagi.
"Ngapain lo di rumah gue?"
"La," Yuan berjalan mendekat.
"Berhenti di tempat lo." Aqilla berkaca-kaca. "Sekarang pergi dari rumah gue,"
"La," Panggil Yuan lemah.
"Kamu yang izinkan dia masuk?" Aqilla menatap Dina tidak percaya. "Saya percaya sama kamu, kenapa kamu berkhianat di belakang saya dengan mempertemukan Cea sama pria sepertinya?"
Dina berlutut, menangis atas kesalahannya. Dina bingung, semua serba salah.
Aqilla meraih kepalanya yang mendadak sakit, mencoba berpikir tenang. "Pergi sebelum gue telpon polisi," Usir Aqilla. Yuan tidak bergeming. "Pergi."
"Gue bisa jel—"
"Pergi!" Pekik Aqilla membuat Anacea dan Dina terkejut. Kedua tangan Aqilla mengepal bersama tubuh bergetar kuat, air matanya jatuh membuat Yuan memejamkan mata perih.
Anacea terdiam, berguling ke samping untuk melepaskan lilitan selimut yang menggulung tubuhnya.
"Oke," Kata Yuan pasrah. Berjalan pelan meninggalkan rumah. Yuan tidak meminta Aqilla bisa menerimanya, cukup izinkan Yuan bisa bertemu dengan anaknya. Itu saja.
Langkah kaki Yuan terhenti di ambang pintu masuk, saat tangannya meraih knop pintu suara mungil berteriak memanggil dirinya dengan sebutan. "Papa!"
Yuan terteguh, mendadak dunianya runtuh ketika gadis kecil yang memiliki tinggi tujuh puluh sembilan senti meter memeluk kaki kananya. Kepala Yuan menunduk perlahan, mungkin saja Yuan salah dengar, namun ternyata tidak.
"Papa," Panggilnya lagi mendongak menatap Yuan yang terdiam seribu bahasa.
Yuan tidak tahu apa arti Papa sesungguhnya. Rasanya belum pantas mendapat panggilan tersebut karena masih banyak yang harus Yuan perbaiki. Tapi kenapa Yuan menyukainya, membuat hatinya lemah seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYBOY [COMPLETE]
Fiksi Remaja"Karena kematian tidak selalu identik nyawa yang menghilang, tapi juga kebahagiaan." Kisah perjalanan cinta seorang buaya darat. Menemukan cinta sejati ataupun jadi diri.