Aqilla menginjak rem, menunggu antrian kendaraan untuk masuk ke gerbang sekolah. Melihat ponselnya, membaca grup kelas yang membicarakan bahwa hari ini ada kuis mendadak. Seketika grup menjadi ramai dengan berbagai emot lucu. Aqilla tersenyum tipis, sesekali melihat ke depan. Mobilnya masih belum bisa bergerak karena ada angkot di depan.
Meletakkan ponsel ke tas, Aqilla melihat teman lelaki sekelasnya baru saja turun dari angkot berjalan santai ke warung depan sekolah. Aqilla menggeleng pelan.
Akhirnya Aqilla bisa parkir dengan aman. Merapikan rambutnya sebelum keluar dari mobil. Berjalan menuju kelasnya.
"Pagi jodoh Amora," Yuan tiba-tiba muncul meniup belakang kepala Aqilla.
Aqilla melirik sinis. Keduanya berjalan bersamaan menuju kelas. Menatap malas ketika Yuan mulai menyapa para dayang-dayangnya.
"Ada ujian katanya hari ini,"
"Em," Aqilla berdeham seadanya.
"Bagi gue, ujian itu lo. Matematika yang paling sulit bisa gue pecahkan, tapi hati lo yang sakit susah buat gue sembuhkan,"
"Hati gue nggak sakit,"
"Iya, jangan sampai. Karena itu melukai harga diri gue,"
"Kenapa harga diri lo?"
"Nggak tau kenapa," Yuan menunjukkan cengiran bodohnya. Menggedor pintu kelas sambil berteriak. "Pagi anak-anak! Kuis dibatalkan!"
"Serius??" Tanya teman sekelas kompak menatap Yuan.
"Iya, ketua kelas yang bilang,"
"Jangan ngasal jadi orang." Aqilla memukul kepala Yuan dengan keras yang menghalanginya untuk masuk.
Yuan meringis kesakitan sembari mendapat sorakkan dari teman-teman. "Anying tai sakit banget bangsat," Yuan mengusap belakang kepalanya, duduk menghampiri Arga. "Ga, coba ditiup siapa tau sakitnya hilang. Kalau anak kecil kejeduk kan gitu sambil di usap,"
"Iya kan lo bukan anak kecil, Amora," Arga menghadap samping memunggungi Yuan.
Jika yang lain belajar, hanya Yuan yang tidur di lantai pojok kelas.
"Enak banget punya otak kek Amora, yang juara dua sampai terakhir belajar mati-matian. Juara satu tidur sampai ileran,"
Aqilla menoleh, melihat Yuan tidur tanpa dosa. Tidak bisa dipungkiri jika Yuan pintar. Aqilla sampai sekarang tidak mengerti bagaimana cara Yuan belajar.
Arga membangunkan Yuan ketika guru masuk ke kelas. Kuis akhirnya di mulai. Meja dan kursi diberi jarak agar murid tidak saling menyontek satu sama lain. Yuan fokus mengerjakan soal meski kaki dan tangannya tidak bisa diam.
Yuan hanya butuh lima belas menit untuk mengerjakan soal, ia mengumpulkan ke depan dan memilih keluar. Aqilla mendengus pelan saat Yuan mengedipkan mata padanya.
Selesai kuis, semua murid berkumpul membahas soal. Menentukan jawaban bersama-sama sementara Aqilla memilih untuk memecahkannya sendiri.
"Mana yang nggak ngerti?" Yuan duduk di hadapan Aqilla. Tersenyum manis membuat Aqilla jijik sendiri. "Apa? Gue ganteng?"
"Kek banci lo,"
"Bangsat, kalau ngomong di saring sayang," Yuan menjitak kepala Aqilla gemas. "Sini, mana yang nggak ngerti?" Mengambil buku Aqilla.
Aqilla berdeham, akhirnya keduanya berbicara normal. Pertanyaan Aqilla dijawab Yuan dengan mudah. Ketika Aqilla tidak mengerti, Yuan tidak mengeluh untuk menjelaskannya berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYBOY [COMPLETE]
Roman pour Adolescents"Karena kematian tidak selalu identik nyawa yang menghilang, tapi juga kebahagiaan." Kisah perjalanan cinta seorang buaya darat. Menemukan cinta sejati ataupun jadi diri.