Semua ucapan Yuan berputar di kepalanya. Membuat Aqilla berdiri di tengah kamarnya masih menggunakan seragam sekolah. Pikirannya berlari sejauh mungkin mencari kebenaran ataupun kebohongan apa yang ia dengar. Menyangkal atau percaya. Aqilla tidak bisa memutuskan. Dafa berteman dengannya jauh sebelum ia mengenal seorang Yuan. Tidak ada yang aneh selama ini. Tidak. Yuan pasti berbohong.
Aqilla menggeleng kuat. Menghempaskan pantatnya di ranjang, melepas tas, sepatu dan seragam sekolah. Aqilla mengabaikan peringatan dari Yuan. Memutuskan untuk berendam dalam bathub. Aqilla berusaha menghilangkan semua kalimat Yuan yang terus berputar di kepalanya.
-
"Bohong. Lo selalu gunakan segala cara untuk mendapatkan sesuatu."Yuan menatap Aqilla dalam. "Lo pikir gue mau dapatin lo?" Aqilla mengepalkan tangannya. "Kalau mau udah lama gue lakuin itu. Lo nggak salah, gue orang yang akan gunakan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. Catatan penting, gue selalu usaha bukan pakai cara salah."
"Lo bahagia mempermainkan semua cewek?"
Yuan membuang wajahnya. "Gue nggak mau teman gue terperangkap dua kali. Harusnya lo lebih berhati-hati, pengalaman adalah pelajaran yang akan buat lo jauh lebih baik."
Aqilla sungguh tidak mengerti bagaimana perasaan Yuan saat ini. Aqilla seperti di permainkan.
"Kenapa lo harus repot? Kita hanya teman." Aqilla menghadap depan, menekan touch piano. Yuan menoleh pelan. "Urusin aja hidup lo."
"Gue perduli sama lo."
Aqilla menoleh, menatap Yuan sambil tersenyum kecil. "Kenapa?"
Yuan terdiam lagi. Lebih lama masuk dan tenggelam dalam mata Aqilla. Jika saja Yuan bisa menjelaskan situasinya, jika saja semudah itu mengungkapkan perasaan, jika saja semudah itu mengubah sesuatu yang sudah terjadi.
"Nanti malam. Jam sepuluh gue jemput. Lo mau lihat cowok lo kan?"
Aqilla tersenyum pedih. Yuan selalu mengalihkan pembicaraan.
-
Menyembulkan kepalanya dari dalam bathub ke permukaan. Aqilla terengah, mengusap wajahnya yang basah. Aqilla hanya ingin tahu. Aqilla hanya ingin memberitahu bahwa Yuan salah kali ini dan ia tidak salah memilih. Aqilla harus menunjukkan pada Yuan bahwa Dafa tidak seperti yang dikatakan.Berdiri mengambil handuk, Aqilla melangkah keluar dari kamar mandi memakai bajunya. Dalam hati Aqilla yang terdalam mengatakan bahwa semua itu tidak benar. Tidak ada alasan untuk Aqilla mempercayai seorang Playboy yang sering membohongi perempuan.
Memasukkan handphone ke saku celana jins, Aqilla memakai jaket kulit dan topi. Membuka pintu kamar sedikit, memastikan Mamanya sudah tidur, karena Papa sedang pergi tugas negara. Aqilla mengunci pintu kamarnya. Berlari menuju jendela, Aqilla melihat seseorang sudah duduk di atas motor depan gerbang rumahnya.
Aqilla menarik napas lalu menghembuskannya pelan. Ia tidak pernah melakukan hal seperti ini. Aqilla tahu ini salah dan ia akan memperbaikinya. Dengan hati-hati, Aqilla melangkah keluar jendela. Jantungnya hampir saja lepas melihat ke bawah. Aqilla tidak bisa, terlalu tinggi.
Aqilla mengerutkan keningnya melihat seseorang yang berdiri dekat motor menghilang. Aqilla mengedarkan pandangannya. Kemana perginya.
"Hei,"
Jantung Aqilla hampir saja lepas karena terkejut melihat Yuan sudah berdiri di halaman rumah. Bagaimana Yuan bisa masuk padahal ada satpam di depan?
"Lompat." Kata Yuan. Aqilla masih ragu, ia takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Tolong maafkan Aqilla yang nakal malam ini. "Gua jagain,"
Ada sebuah keyakinan dari kalimat yang Yuan ucapkan. Aqilla menggeleng, bersiap untuk melompat. Yuan sudah berjaga di bawah siap untuk menangkapnya. Aqilla meletakkan harapan besar, ia melompat dengan mata terpejam. Merasakan tubuhnya di tangkap dan di peluk oleh seseorang dan ia jatuh tanpa rasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYBOY [COMPLETE]
Teen Fiction"Karena kematian tidak selalu identik nyawa yang menghilang, tapi juga kebahagiaan." Kisah perjalanan cinta seorang buaya darat. Menemukan cinta sejati ataupun jadi diri.