“Takdir bukanlah sebuah pilihan. Kau hanya harus menjalani dan memperbaiki hari ini, agar esok Tuhan bisa berbaik hati mengabulkan takdir yang kau mau.”
🥀🥀🥀
Kisah ini berawal ketika Adira kecil bersama orang tuanya berniat pergi ke rumah neneknya yang berlokasi di Bandung Selatan.
Di perjalanan Adira hanya diam menatap jalanan yang mulai sepi, karena ia dan orang tuanya pergi tepat pada pukul dua dini hari. Bukan tanpa alasan mereka pergi ke sana malam-malam, tapi karena bibinya mendadak menelfon dan mengatakan jika neneknya meninggal, ia dan kedua orang tuanya pergi ke sana dengan sangat terburu tanpa ada persiapan apapun.
Belum ada setengah jalan, ban mobil mereka pecah, dan terpaksa harus diganti dengan cepat dan sedikit kurang tepat.
Setelah selesai, ayah Adira melajukan kembali mobil itu dengan kencang membelah jalanan malam kala itu.
Namun, entah mereka semuanya mengantuk atau terlalu terburu-buru sampai tak menyadari jika truk yang ada di belakang mereka menyalip dengan cepat hingga menyebabkan mobil yang mereka tumpangi oleng dan keluar dari jalur yang seharusnya.
Bukan hanya itu yang membuat mereka terkejut, tapi mobil-mobil yang ada di sekitarnya ikut menabrak mobil keluarganya. Meskipun tak banyak, tapi ayah Adira cukup kesulitan untuk mengendalikan stir dan laju mobil yang terus berputar tanpa arah.
Hingga mobil mereka terus bergerak kepinggir jalan dan menabrak trotoar jalan.
Adira ingat bagaimana kencangnya jeritan kesakitan yang keluar dari mulut ibunya, mencoba memegangi tubuh kecilnya agar bisa menghalau tubrukan atau apapun yang bisa melukai tubuh Adira, dan ayahnya telihat sangat cemas ketika mencoba menahan stir dan menginjak rem dengan wajah yang bercucuran keringat.
Dia memang belum terlalu cukup umur untuk paham keadaan, tapi ia tahu jika posisi ia dan orang tuanya sedang berada di ambang kematian.
***
Setelah seminggu dari kejadian itu, Adira yang telah kehilangan kedua orang tuanya sekaligus calon adiknya, ia sangat-sangat merasa terpuruk. Bibinya tahu soal ini, tapi tak mau mengurus Adira karena punya banyak tanggung jawab. Ia tak mau menambah beban dengan mengambil Adira sebagai tanggungjawab nya.
Di umurnya yang ke-7, ia harus kehilangan semuanya dalam sekejap, bahkan harta bendanya sudah lenyap disita oleh bank. Perusahan tak ada yang memimpin dan mengurus, hingga saat itu harta yang Adira miliki dipakai untuk membayar karyawan-karyawan yang kerja di perusahaan ayahnya. Tentu bukan Adira yang melakukannya, melainkan pengacara keluarga Adira.
Beruntung ada ayah dan bunda Arka yang bersedia menjadi orang tua angkatnya, ia sangat berterima kasih pada mereka. Karena jika tidak, mungkin Adira kecil akan hidup di jalanan kota Jakarta sebagai seorang pemulung kecil.
Semua orang pasti paham bagaimana kerasnya sebuah kota besar, orang yang tidak mempunyai kemampuan akan terbuang dan terkucilkan.
Arka dan Adira adalah sepasang sahabat yang sejak kecil sudah bersama. Mereka mulai saling kenal ketika Adira dan Arka menjadi sepasang tetangga, Arka baru saja pindah ke rumah yang berada tepat di depan rumah Adira. Dan semenjak itu mereka sering bermain bersama dan menjadi dekat, bahkan terkadang Adira menginap di rumah Arka, begitupun sebaliknya.
Itulah awal mula orang tua Arka mengenal Adira, meskipun tidak terlalu dekat, setidaknya mereka kenal baik pada Adira.
Dan di sinilah, awal dimulainya kehidupan baru Adira bersama keluarganya yang baru.
TBC*
Haooo,
Adira kembali nih setelah hiatus lama. Sedikit ya? Ya gak papalah, orang tadinya juga segini hehe.
Semoga makin nyaman ya bacanya 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira
RomanceKata rindu menguap hilang bersama lembayung senja yang mengerikan, detik masih menjadi kendala terbesarku, dan dirimu masih tetap menjadi penyesalan terbesarku. Aku tahu jika masa tak akan mungkin abadi, dan perpisahan sudah datang di ujung perbata...