35. Tunggal

149 16 0
                                    

“Bagaimana jika sedihku bisa digantikan dengan satu kebahagiaan? Bisakah, Tuhan?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Bagaimana jika sedihku bisa digantikan dengan satu kebahagiaan? Bisakah, Tuhan?”

🥀🥀🥀

Bagaimana rasanya? 2 tahun lebih hidup mandiri, dengan menanggung beban hidup sendirian? Memang sangat tak mudah, apalagi jika hidup di negara orang.

Bergitupun dengan Adira, 2 tahun kuliah, bekerja, dan mengurus anak. Bukankah itu hal yang sulit? Apalagi di lakukan seorang diri, tanpa ada dukungan ataupun dorongan dari orang lain.

Adira hanya dekat dengan beberapa orang di kampusnya, ia hanya lebih mendekatkan diri pada tetangga. Bukan tanpa alasan Adira melakukannya, ia tak ingin merepotkan teman seperguruannya apalagi bagi ia yang berkependudukan asing. Dan untuk alasan selanjutnya, karena Adira lebih sering di luar rumah, jadi ia mencoba dekat dengan tetangga agar anaknya bisa ia titipkan.

Ia masih ingat jelas, saat dirinya pergi ke negara itu. Semuanya terasa bebas tanpa paksaan, meski hatinya terasa berat untuk meninggalkan kehidupannya di Indonesia.

Baru beberapa minggu ia di sana, Adira sudah izin cuti melahirkan. Memang sangat tiba-tiba dan menyakitkan baginya melahirkan anak tanpa ada orang yang menguatkannya, tapi tak apa asal ia dan anaknya selamat.

"Arais, Mommy kerja ya, do not be naughty, and can't run, understand?" tanya Adira pada Arais—putrinya—yang baru berumur dua tahun, ia tahu jika anaknya tak akan langsung paham, tapi setidaknya ia harus membuat anaknya mengerti sejak dini.

Adira membiasakan untuk berbicara menggunakan dua bahasa pada Arais, meski kebanyakan bahasa Indonesia yang ia gunakan.

Arais mengangguk pelan, lalu mengalihkan pandangannya pada seorang anak laki-laki seumurannya yang tengah berdiri memerhatikannya dari jauh.

Adira berdiri, lalu memangku Arais dan berjalan menuju rumah di sebelahnya di mana sesosok anak laki-laki yang selalu menjadi teman Arais bermain satu-satunya tinggal.

"Mike, don't take Arais to far away, let alone run around, be a good boy, okay?" Anak laki-laki bernama Mike itu mengangguk lucu, lalu mengulurkan tangannya seolah ingin membantu Arais turun dari pangkuan Adira.

Adira yang mengerti pun langsung menurunkan Arais dan berjongkok, mencium pipi Arais dan Mike, lalu mengusap puncak kepala keduanya dengan perlahan.

"Mommy pergi, ya?"

Adira berdiri dan berjalan menjauh, tak lupa melambaikan tangannya untuk mengisyaratkan perpisahan.

Sebenarnya Adira tak enak hati selalu meninggalkan Arais dan menitipkannya ke tetangga, ia khawatir pada anaknya yang bisa saja terluka karena tak ada pengawasan secara langsung olehnya. Meskipun tetangga yang ia titipi tak merasa keberatan, tapi tetap saja ia tak ingin merepotkan orang lain, lagi. Tapi Adira tak bisa berbuat apa-apa lagi saat ini.

AdiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang