Kehidupan masih berlanjut, dan dunia masih memutarinya meski alam telah mematikan jiwanya dari kata cinta.
Impian yang dulu ia kejar, kini baginya hanya embun yang menguap. Terasa tak lagi berarti setelah terjadinya peristiwa malam itu.
Dirinya memang harus bangkit, namun kata rindunya terus menguap bersama detik yang menyelubunginya.
Waktu terus mengitari tanpa tahu jika Adira mulai muak akan detik yang terus terdengar ditelinganya.
Namun suara pelan menghidupkan kembali dirinya yang semula mati, seperti setetes air yang masuk ke dalam dirinya.
"Apa Tuhan bisa mengabulkan harapanku?"
"Emang apa harapan Ara?"
"Ara mau Mommy bahagia, Ara gak mau liat Mommy sedih terus."
Baiklah, bibir daun mulai menamparnya sebagai sebuah peringatan, menampar tubuh yang masih saja menabung harapan pada hal yang sudah jelas tak mungkin.
Adira memeluk gadisnya, memeluk tubuh kecil itu dengan air mata yang mengalir.
"Mommy juga berharap Ara bahagia."
'Tuhan, jika esok pagi masih menungguku, maka kirimlah kebahagiaan yang kami harapkan. Namun jika esok tak ada lagi suara merdu burung yang aku dengar, maka berikanlah kebahagiaan ku pada gadis kecil ini. Buatlah ia bahagia hingga tak lagi mengingatku.'
YEY GUYSS
Akhirnya Adira selesai di 39 bagian.
Akhirnya aku dapet Ilham buat selesaiin ini cerita.
Btw makasih banget buat yang udah support cerita ini, makasih buat pembaca Adira.
Tunggu ceritaku berikutnya ya ☺️
See you good bye 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira
RomanceKata rindu menguap hilang bersama lembayung senja yang mengerikan, detik masih menjadi kendala terbesarku, dan dirimu masih tetap menjadi penyesalan terbesarku. Aku tahu jika masa tak akan mungkin abadi, dan perpisahan sudah datang di ujung perbata...