"Tak apa jika kau memang tidak mencintaiku, karena setidaknya aku mengetahui fakta itu. Tapi ... Bisakah jika kau tak menyia-nyiakan waktumu untuk berpura-pura?"
🥀🥀🥀
Sabtu ini adalah hari yang Adira gunakan sebagai hari di mana ia akan bermalas-malasan setiap saat. Ia akan terus merebahkan badannya, makan, lalu tidur, main, dan tidur lagi. Tak akan ada yang protes, karena seisi rumah sudah paham betul bagaimana kelakuan Adira setiap hari Sabtu.
Tapi sebaliknya dengan Arka, ia sedari pagi sudah sibuk ikut membereskan rumah dan memasak meskipun ia tak bisa.
Fanya masih tertidur di kamarnya, Indah maupun Arka tak berniat membangunkannya karena mereka tahu jika Fanya akan sulit dibangunkan. Bahkan ia tertidur seperti orang mati, dibangunkan seperti apapun akan tetap diam di posisinya, berhubung ini bukan pertama kalinya bagi mereka.
Josep-ayah Arka-sedang membaca koran dengan secangkir teh, ia baru saja selesai membereskan kebun milik istrinya yang di penuhi oleh bunga dengan warna yang bervariasi.
Arka sudah selesai membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah, lalu yang selanjutnya ia lakukan adalah bermain dengan kucing milik Adira. Ia membawa kucing itu ke depan rumahnya, karena tak berani memandikan kucing itu. Jadilah ia hanya bermain dan berlari-lari saling mengejar.
Kucing Persia itu berlari ke rumah dan masuk ke dalam kamar Adira yang tak terkunci. Arka mencoba meraih kucing yang sedang bersembunyi di balik selimut tanpa membangunkan Adira.
Karena sedikit ramai, Adira merasa terusik, ia langsung bangun dan terkejut karena tangannya sudah tergores lumayan banyak cakaran dari kuku milik Leo-kucingnya-.
Memang tak begitu parah tapi tetap terasa perih, Adira yang melihat Arka tersenyum kikuk padanya langsung melotot dan berteriak pada Arka.
Adira mengejar Arka dan terus-terusan memukul punggungnya menggunakan bantal yang ia bawa.
"Kakak! jangan lari!" oke, Adira sedang pencitraan. Ia memang memanggil Arka dengan sebutan kakak ketika di rumah saja, sedangkan di luar ataupun saat sedang berduaan, ia akan kembali menyebut Arka dengan sebutan lo.
"Arka ... Adira ... kenapa, sih? Pagi-pagi udah berantem!" Teriak Indah dengan nyaring, hingga membuat Arka dan Adira berhenti dari kegiatan kejar-mengejarnya.
"Ini bun, masa kakak bawa Leo ke kamar. Kan tangan aku jadi kena cakar," adu Adira dengan wajah yang seolah-olah sangat tersakiti.
"Gak bun, saya tadi lagi main sama Leo, tapi Leo malah masuk ke kamar Adira, terus sembunyi di balik selimut Adira." Karena tak mau disalahkan Arka membela dirinya.
"Udah ... udah ... masih pagi juga, mending Arka cepat obatin tangan Adira sebelum infeksi, terus kalian bantu bunda beli perlengkapan bulanan ke supermarket." Cecar Indah yang sedang mengelap meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira
RomanceKata rindu menguap hilang bersama lembayung senja yang mengerikan, detik masih menjadi kendala terbesarku, dan dirimu masih tetap menjadi penyesalan terbesarku. Aku tahu jika masa tak akan mungkin abadi, dan perpisahan sudah datang di ujung perbata...