15. Heartfelt?

233 26 6
                                    

“Percaya adalah langkah awal untuk masuk ke dalam pilihan hidup, kebahagiaan atau kesengsaraan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Percaya adalah langkah awal untuk masuk ke dalam pilihan hidup, kebahagiaan atau kesengsaraan.”

🥀🥀🥀

"Gue minta maaf." Mika menunduk malu di hadapan Adira, Arka, Alika, Rama, Dan Farel. Ia harus meminta maaf, dan kembali menahan malu dari kemarin.

Jujur ia tak ingin berbuat seperti ini, melakukan hal yang menurutnya menjijikan dengan menatap ke bawah seperti orang rendahan.

Adira mengibas-ibaskan tangannya, "udah gue maafin. Udah pergi sana, males gue liat muka lo lama-lama."

Mika geram, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain menunduk untuk menutupi wajahnya yang sedang menahan amarah yang amat besar pada mereka.

Lalu Mika pergi, tak menoleh lagi atau menatap sekejap pada salah satu di antara 5 orang yang semula di hadapannya itu.

PKKMB diselesaikan hingga kemarin, terhitung 2 hari mereka melakukan PKKMB karena kejadian kemarin.

Dan Ucup, ia memilih keluar dari universitas itu dan pindah ke universitas lain. Entah apa alasannya, Ucup hanya mengatakan jika ia akan mengatakannya suatu saat nanti, jika impiannya sudah tercapai.

"Yaudah, Alika, kita ke kantin, yuk? Arka, Rama, sama Farel gak boleh ikut. Ini waktunya girls time," ujar Adira dengan menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Lalu ia menggenggam tangan Alika dan menariknya menuju ke arah kantin.

"Alika, kira-kira si Mika tulus gak ya? Soalnya, dari tadi dia nunduk terus." Adira menaruh tangannya di dagu, mengusap-usap dagunya halus dengan mata yang menatap ke langit.

"Kenapa nanyain? Jangan-jangan ...." Alika mengehentikan langkahnya, lalu menunjuk wajah Adira dengan mimik yang sumringah.

"Jangan-jangan apaan? Jangan ngada-ngada deh. Gak mau, gak Sudi pokoknya!"

"Awas aja, nanti kaya kasus cerita Wattpad yang awalnya musuh terus tiba-tiba nikah." Alika tertawa, sebenarnya ia juga kurang suka akan diri Mika. Sikapnya yang angkuh, membuat Alika ragu akan kata maaf yang tadi ia dengar.

"Mana ada! Yang ada jijik ya! Cowok kok berani-beraninya ngelakuin hal kaya gitu ke cewek. Apa kata dunia kalau seorang Adira nikah sama musuh bebuyutannya, ogah ah. Nanti jadi gosip, terus viral lagi." Mereka sama-sama tertawa, bergurau dengan membawa-bawa nama Mika agar semakin lucu.

"Eh, iya. Kita ajak Alisha ke kantin yuk? Sekalian aku mau traktir karena udah nolongin kemarin, mau benerin handphone nya juga." Alika seketika lesu, merasa sangat bersalah karena kembali sadar jika ia sudah membuat Alisha dan Adira masuk ke arena yang seharusnya ia yang mengahadapinya.

Adira mengangguk, lalu kembali berjalan beriringan. Namun, di tengah jalan, Adira teringat satu hal. "Eh, tapi Alisha kayanya ambil jam siang deh. Soalnya, kita satu fakultas, dan gue gak liat Alisha ada di kelas tadi."

AdiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang