“Jika hari ini adalah kemarin bagi hari esok, maka kenanglah dan ingat jika kita pernah bersama beriringan dengan sejuta kenangan.”
🥀🥀🥀
Setelah banyaknya kejadian yang terjadi, akhirnya mereka sampai di puncak pendidikan menengah atas. Satu tahun sudah berlalu dengan berbagai rangkaian hidup.
Arka dan Fanya mulai berteman seperti biasa meski masih sedikit canggung, tentu saja pertemanan ini dibantu oleh Ucup, Adira dan yang lainnya.
Hubungan Adira dan Arka pun sudah membaik dengan sendirinya.
Untuk Ucup dan Fanya masih sama seperti dulu. Berteman dengan baik, tanpa memandang bagaimana perasaan Ucup. Meskipun begitu, hubungan mereka terasa lebih dekat akibat kejadian satu tahun lalu.
Dan tanpa mereka rasa, waktu yang sudah mereka lewati bersama sudah terlampau lama sebagai sekelompok sahabat.
Kini mereka sudah dinyatakan lulus, hari di mana Ulangan Nasional sudah terlewat, tugas sudah selesai, hanya tinggal perpisahan yang harus mereka lewati. Berawal dari masalah saat mereka masih kelas dua SMA, sampai kini mereka masih bersama bahkan hubungan persahabatan itu semakin erat.
🥀🥀🥀
Kini, pesta kelulusan mereka diadakan di aula sekolah. Tak terlalu mewah, tapi terlihat sungguh menakjubkan.
Para calon mantan siswa itu sudah memakai pakaian terbaik mereka, terlihat sangat glamor, tanpa terkecuali. Bahkan Adira pun memakai pakaian yang sangat anggun, dress biru laut yang di padukan dengan heels putih dan tas yang berwarna abu muda. Rambutnya di Cepol kecil dengan poni tipis sebagai penambah keanggunan. Jangan tanyakan siapa yang melakukan ini, tentu saja ini perbuatan bundanya dan Fanya.
"Wah bidadari, cantik amat. Mau jadi calon Abang, gak?" Tanya Farel dengan mata berbinar terkagum-kagum melihat sisi berbeda dari Adira.
"Calon majikan maksud lo?" Semua teman nya tertawa melihat ekspresi Farel yang awalnya terkagum-kagum, berubah menjadi kesal akibat kalimat yang dilontarkan Adira.
"Kamu tuh ya kalau ngomong ... Suka bener," ucap Fariz dengan tawa renyahnya. Dan, pada akhirnya Rama, Ucup, Farel dan Arka sudah mulai menerima Fariz sebagai teman mereka, bahkan mereka semua selalu bersama-sama belakangan ini.
"Lagian, kalo Farel jadian sama Adira semua orang gak akan percaya. Kecuali Belle." Seketika semua orang yang ada di satu meja itu terdiam.
"Belle siapa? Tetangga? Sodara?" tanya Fariz penasaran.
"Itu loh yang di kartun Disney," jawab Fanya sembari memamerkan foto Belle di handphonenya.
"Kok gitu?" Tanya Farel.
"Kan kisahnya nanti sama kaya kamu sama Adira." Semuanya bingung, tak mengerti apa yang dimaksud oleh fanya. Namun, tiba-tiba Adira mulai mengerti dan berkata.
"Beauty and the beast maksud lo? Bener juga sih, masa princess cantik kaya gue suka sama beast bentukan lebih ancur kaya Farel." Tawa mereka semakin kencang, sampai-sampai mereka menjadi pusat perhatian di sana.
"Apa yang lo lakuin itu ... jahat!" kata Farel mencoba mendramatisir keadaan dengan berperan sebagai cinta dalam film AADC.
"Sempet-sempetnya ngedrama, padahal ini 'kan hari terakhir kita sebelum perpisahan nanti." Raut wajah mereka sudah berubah menjadi sayu, karena perkataan Fanya ini.
"Pake di ingetin, kan jadi sedih," timpal Ucup.
"Yaelah pake sedih-sedih segala. Nanti juga kita sekampus lagi."
"Tapi guys, kayanya aku gak bisa ke universitas itu deh. Ayah aku bilang, di sana gak ada jurusan yang aku mau. Jadi aku harus masuk universitas lain," perkataan Fanya itu sontak membuat Adira menatapnya dengan cepat.
"Yah kok gitu sih? Gak asik ah, masa jadinya kaya gini," ucap Farel.
"Ra, aku juga kayanya gak bisa masuk di universitas itu. Ayah aku udah daftarin aku ke universitas yang ada di Jerman. Katanya di sana lebih bagus buat jurusan bisnis. Dan terpaksa aku nurutin itu, demi perusahaan ayah ku yang pasti nanti aku pegang." Oke, Adira semakin merasa sedih karena hal itu. Pacarnya akan tinggal di beda negara, berarti ia akan menjalankan hubungan jarak jauh.
"Yah, kok gitu sih?! Nanti kita LDR-an dong? Gak mauu!!" Sentak Adira tak terima.
"Udah-udah, kita nikmati aja malam ini. Suatu saat nanti kita pasti berkumpul lagi, saya yakin." Arka ikut berbicara dan mengakhiri percakapan kala itu.
Lalu MC membuat semua atensi para murid yang ada di sana teralihkan.
Acara mulai terlewati satu demi satu, dan sampailah pada penghujung acara di mana mereka akan berdansa dengan orang yang mereka anggap istimewa.
Adira pergi ke lantai dansa bersama Fariz dengan sedikit ragu. Pasalnya, untuk berjalan saja kakinya sudah terasa sakit karena heels yang lumayan tinggi, apalagi di pakai untuk berdansa.
Dan Fanya, ia hanya melihat semua pasangan-pasangan di sana dengan tersenyum manis. Melihat gerak-gerik para kekasih yang sedang berdansa dengan manisnya.
Baru saja Arka akan mengajak Fanya berdansa bersama, Ucup sudah lebih dulu mengajak Fanya dan di-iyakan oleh Fanya.
Yah, Arka paham. Kini Fanya bukan miliknya lagi, Arka tak berharap ataupun kecewa. Hanya saja, ego dalam dirinya belum sepenuhnya terkubur. Masih ada rasa di mana ia berpikir jika Fanya masih miliknya.
Oh ya, acara ini memang dilakukan di sekolah dan atas izin sekolah. Tapi tak ada seorang pun guru yang datang di acara itu, karena OSIS kelas duabelas yang mengajukan proposal atas acara itu meminta agar acara ini khusus untuk para siswa.
"Arka, mau dansa sama aku?" Itu Lia, masih ingat? Teman sekelas mereka. Gadis cantik yang tak terlalu tinggi dengan kulit putihnya.
Arka mengiyakan, dan tinggallah Rama dan Farel yang masih duduk di kursinya.
"Ram, dansa yuk?" Ajak Farel.
"Lo mau dikatain homo?" Rama menatap jijik Farel, pasalnya Farel selalu berbuat di luar dugaan. Siapa tahu ajakan ini adalah salah satunya.
"Maksud gue nyari ceweknya, bego!"
"Lo aja, gue males."
"Yaudah, awas nyesel." Farel berdiri, lalu berjalan ke sembarang meja dan mengajak seorang wanita yang ia pilih random untuk berdansa dengannya.
'Gak akan' batin Rama.
TBC *
Up lagi nih revisian 🤣😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira
RomanceKata rindu menguap hilang bersama lembayung senja yang mengerikan, detik masih menjadi kendala terbesarku, dan dirimu masih tetap menjadi penyesalan terbesarku. Aku tahu jika masa tak akan mungkin abadi, dan perpisahan sudah datang di ujung perbata...