“Bukankah topeng selalu dikaitkan dengan kepalsuan?”
🥀🥀🥀
Di dalam mobil, Adira dan Alika terus duduk dengan gusar. Bagaimana tidak? Saat seorang pria yang pernah dengan sengaja melakukan hal yang tak baik pada mereka, tiba-tiba datang dan meminta maaf sampai mengajak mereka untuk pulang bersama.
"Rumah lo di mana, Alika?" Alika terkejut, Mika hapal namanya? Sungguh? Alika menjadi merinding mendengar namanya di sebut-sebut oleh mulut Mika.
"Alika?" Alika tersadar dari lamunannya karena Mika yang memanggil namanya, lagi.
"Ah, da-dari sini lurus, abis itu belok kanan dan lurus sampe ke ujung jalan ini," ucap Alika gugup, hatinya merasa takut jika sampai Mika melakukan hal yang tidak-tidak pada mereka berdua. Meskipun Alika tahu jika Adira bisa bela diri, bukan berarti ia bisa menang melawan Mika dengan tubuh mereka yang jauh berbeda porsi nya.
"Sampe." Alika menatap ke sekeliling mobil, lalu turun dengan Adira yang mengekor.
"Adira pulang ke sini juga?"
"Iya, yaudah sana pergi."
"Sampe ketemu lagi, Adira, Alika." Mika tersenyum, lalu menutup kaca mobilnya dan mengendarai mobil itu hingga jauh da tak terlihat lagi saat belokan.
"Untung ya, kita gak di apa-apain. Tapi merinding banget deh denger dia sebut-sebut nama kita. Mana senyumnya tadi itu loh, ihh." Adira tertawa kecil, lalu memegang tangan Alika. "Udahlah, bodo amatin aja. Dia gak akan bisa apa-apa kok, percaya deh. Kalo sesuatu terjadi sama lo, kasih tau sama gue, biar gue dateng dan hajar si Mika." Alika ikut tertawa mendengar nada bicara Adira yang menurutnya lucu.
Alika menuntun Adira hingga di depan tempat kostnya. "Maaf ya, sederhana banget. Pasti jauh beda sama rumah kamu."
"Udahlah, masih aja dipikirin. Gak dikasih masuk nih tamunya? Gak baik tau kaya gitu." Alika tertawa, lalu ia membuka kunci pintunya dan menarik kenop hingga pintunya terbuka.
"Wah, ini harta karun namanya. Dari luar sih keliatan biasa aja, tapi dalemannya udah kaya istana. Rapi banget." Ruangan kecil itu memang sengaja Alika susun dengan rapi, meskipun kecil dana sedikit kumuh, setidaknya Alika harus membuat ruangan sempit itu sedikit nyaman untuknya.
"Duduk Ra, maaf ya cuma di bawah. Kalau mau boleh di kasur kok, santai aja. Anggep rumah sendiri." Adira mengangguk, dan Alika beranjak dan berjalan ke belakang, ia akan membuat minuman untuknya dan Adira.
Hanya segelas sirup biasa, tanpa es, karena Alika tak memiliki kulkas di kostnya.
"Maaf ya Ra, bener-bener cuma ada ini. Tapi kalau gak mau juga gak papa, nanti aku beliin di warung depan. Kamu mau apa?" tanya Alika dengan sungguh-sungguh.
"Gak usah, duduk aja sini."
"Kenapa? Ada yang mau diomongin?" Adira mengangguk dengan bibir yang yang ditarik lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira
RomanceKata rindu menguap hilang bersama lembayung senja yang mengerikan, detik masih menjadi kendala terbesarku, dan dirimu masih tetap menjadi penyesalan terbesarku. Aku tahu jika masa tak akan mungkin abadi, dan perpisahan sudah datang di ujung perbata...