“Seterkejut apapun, hidup tetaplah hidup. Paru-parumu masih harus tetap bekerja dengan benar.”
🥀🥀🥀
Dokter dengan pakaian lengkap almamaternya telah duduk menunggu Alika dan Adira yang tengah beres-beres setelah diperiksa beberapa waktu lalu.
Dan saat keduanya selesai lalu duduk di kursi pasien, mereka sama-sama terkejut saat dokter ber-nickname Alya Rahma itu mengungkapkan sebuah fakta bahagia yang membuat Alika ataupun Adira terkejut hingga bola mata masing-masing dari mereka membulat.
"Dok, beneran?" tanya Adira masih dengan keterkejutannya.
Dokter Alya mengangguk, lalu menyalami tangan Adira dan Alika bergantian sambil tersenyum hangat, "ibu harus sering periksa agar janin bisa terkontrol, entah pertumbuhannya ataupun memeriksa apakah ada kelainan atau tidak, soal keram perut tadi memang sering terjadi saat ibu kecapean jadi ibu harus bed rest selama beberapa hari agar tidak terjadi keram perut seperti tadi, meskipun wajar tapi jika terjadinya terlalu sering bisa berbahaya bagi ibu ataupun janin yang sedang di kandung."
Dokter muda itu membuka laci mejanya, mengeluarkan secarik kertas lalu menuliskan beberapa kalimat di kertas tersebut.
"Makanan ibu harus dijaga, minum vitamin setiap hari dan istirahat dengan cukup. Mungkin untuk beberapa Minggu ke depan tanda-tanda kehamilan akan lebih dirasakan, seperti mual ataupun hormon yang naik turun. Ibu bisa minum susu kehamilan asal memilih dengan baik, mana yang cocok dan tidak ada bahan yang akan membuat ibu alergi atau menimbulkan gejala lain."
Adira hanya mengangguk lesu, perkataan dokter Alya pun hanya dipahami beberapa kata saja karena pikirannya sedang mengembara entah kemana.
Alika memapah Adira, menundukan kepalanya dan membawa kertas berisi tulisan resep obat yang harus ia tebus di apotik depan.
"Ra, jangan nyerah ya. Masih ada aku."
"Makasih, tapi Alika ... Gue harap lo gak ngasih tau perihal ini sama siapapun termasuk Arka, gue belum ada persiapan apapun."
Alika mengangguk masih terus memapah Adira hingga masuk ke taksi yang sama dengan yang tadi mereka taikki, "kamu tunggu di sini, aku beli obat dulu."
Alika berlari pelan ke sebrang jalan, masuk ke apotik besar dan menyerahkan kertas resep pada seorang apoteker di sana, Alika juga berpesan untuk menambahkan sekotak susu hamil.
Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Alika terburu-buru berlari ke arah taksi dan masuk ke dalam taksi biru di mana ada Adira di dalamnya.
"Ra, kamu ada alergi gak?"
Adira menggeleng lesu, dan di sambut usapan dada oleh Alika, "Alhamdulillah berarti gak usah beli susu lagi."
"Nanti gue ganti uangnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira
RomanceKata rindu menguap hilang bersama lembayung senja yang mengerikan, detik masih menjadi kendala terbesarku, dan dirimu masih tetap menjadi penyesalan terbesarku. Aku tahu jika masa tak akan mungkin abadi, dan perpisahan sudah datang di ujung perbata...