"Perjalananku baru dimulai, maaf jika harus menyakiti banyak orang hanya karena keinginan. Aku, Adira Pyralis Oceana, meminta maaf pada kalian yang bertanggung jawab atas kesalahanku."
🥀🥀🥀
Cukup lama Adira dan Alika tertahan di rumah sakit tanpa ada pergerakan, keduanya hanya saling menatap dan berbagi rasa melalui mata.
"Alika, maaf gue harus ngerepotin lo lagi. Gue gak punya siapa-siapa lagi selain lo, jadi sekali lagi gue minta maaf selalu ngerepotin lo," ucap Adira sembari berjalan dengan dipapah oleh Alika.
Lagi-lagi Alika hanya menanggapi dengan senyumannya, lalu mengangguk. Taksi yang sejak awal mengantarnya masih diam di tempat parkir, menunggu Adira dan Alika menyelesaikan segala urusannya di rumah sakit.
"Pak, kembali ke tempat awal ya." Supirnya mengangguk, dan melajukan mobilnya dengan santai dan teratur.
"Tidur aja, Ra. Supaya badan kamu lebih fit." Alika menarik kepala Adira hingga menyentuh pundaknya untuk sandaran.
"Makasih ya, Alika."
Jujur Alika ingin menangis melihat rapuhnya seorang Adira, ia tak pernah sekalipun melihat wanita kuat yang tiba-tiba rapuh seperti ini.
Alika menatap ke arah sampingnya, menatap jalanan ramai dan cuaca yang semakin gelap oleh awan hitam. Tak lama hujan turun mengguyur jalanan.
Tak menunggu beberapa lama taksi sudah sampai di depan kostan Alika, dan Alika meminta tolong agar Adira dipindahkan ke kamarnya dengan cara dibopong.
Setelah selesai melakukan tugasnya, Alika menghampiri sopir taksi dan memberi beberapa lembar uang, "maaf ya pak mobilnya jadi banyak darah, saya bayar dua kali lipat karena bapak udah saya buat nunggu lama di rumah sakit."
"Ah iya mbak, semoga temennya cepet sembuh ya." Sopir taksi itu masuk ke dalam mobilnya, lalu Alika masuk ke dalam kost untuk mengecek keadaan Adira.
Setelah memeriksa jika semuanya tidak ada yang mengganjal, Alika pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah kembali, Alika melihat Adira yang tengah duduk termenung di atas lantai.
"Kenapa di bawah, Ra? Dingin, lagi hujan juga anginnya kenceng." Namun Adira menggeleng, ia malah menangis dan menutupi wajahnya menggunakan tangan.
Alika seketika berlari dan memeluk Adira dengan dekapan yang hangat, "Hey, Ra. Kamu harus kuat, masa depan kamu masih cerah, kamu masih bisa bicarain ini semua sama Arka, kuat ya."
"Gue gak akan balik lagi ke Arka, gue bakal tunjukin sama dia kalo gue bisa hidup tanpa dia dan sukses tanpa ada dia."
"Ra, Arka suami kamu, gak pantes kamu bilang kaya gitu."
Adira melepas dekapan Alika dengan cepat, memandang Alika dengan tatapan tajam dan mengucapkan kata dengan suara kecil namun mengintimidasi, "jangan sebut Arka sebagai suami gue, udah cukup, gue gak mau lagi berurusan sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adira
RomansaKata rindu menguap hilang bersama lembayung senja yang mengerikan, detik masih menjadi kendala terbesarku, dan dirimu masih tetap menjadi penyesalan terbesarku. Aku tahu jika masa tak akan mungkin abadi, dan perpisahan sudah datang di ujung perbata...