36. Truth

163 15 0
                                    

"Cinta itu begitu menakutkan, dia bisa membuat seorang pria tertawa dalam keputusasaan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta itu begitu menakutkan, dia bisa membuat seorang pria tertawa dalam keputusasaan"

🥀🥀🥀


Arka putus asa akan hidupnya, beberapa bulan ini ia hanya melakukan hal tak berujung. Mencari Adira di manapun, kampus, kostan Alika, cafe, dan tempat-tempat lainnya sekalipun tempat itu tak memungkinkan bagi Adira mendatanginya.

Arka tak bisa menyerah mencari Adira, ia hanya bisa menyerah pada hidupnya. Katakanlah jika Arka memang lelaki yang menyedihkan, terlalu mencintai sampai gila karena kepergian.

Tak ada kata berhenti baginya mencari, penyesalan selalu datang saat gelap mimpinya datang, membisikan segala sesuatu yang berakhir penyesalan.

Ia tahu jika dirinya salah, bermain fisik pada wanita memang tak ada baiknya, ia tahu. Hanya saja, Arka tak mampu mengenyampingkan emosinya, Arka tak mampu menekan perasaannya.

Beberapa bulan belakangan ini Arka hanya berharap jika Adira kembali, ia akan meminta maaf, sangat-sangat meminta maaf hingga Adira benci mendengar kata itu. Jujur Arka tak keberatan jika Adira membencinya, hanya saja, ia tak ingin Adira jauh dari penglihatannya.

Entah sejak kapan pastinya, Arka menyadari jika ia telah menyayangi adik angkatnya itu. Bukan, bukan sebagai seorang adik, tapi seorang wanita yang berhak ia berikan cinta.

Selama ini Arka hanya memikirkan dirinya dan berkeluh kesah, tanpa tahu dan menyadari akan Adira yang tenagh mencoba tegar akan masa depannya yang ia rebut.

Bagi laki-laki setelah melakukan hal seperti itu mungkin masih bisa meraih cita-cita meski memiliki tanggungan yang bertambah, tapi bagi wanita? Bahkan untuk meneruskan sekolahpun begitu sulit dan memalukan.

Bahkan saat sidang pun Arka tak menyia-nyiakan kesempatannya yang berharga, ia mencari ke setiap sudut kampus tanpa peduli bagaimana sidangnya nanti.

Ia hanya tak ingin menyerahkan kesempatannya pada waktu yang terus memutarinya.

Namun tak ada satupun orang yang memberitahunya tentang keberadaan Adira, tak terkecuali Alika yang terus mengatakan tak tahu menahu.

Arka cukup berpikir positif dan terus mengira jika Adira menetap di tempat Alika, namun tak ada respon apapun yang Alika berikan selain tak tahu. Arka sempat mendatangi tempat Alika beberapa kali untuk memastikan, meski ujung-ujungnya yang ia temukan hanya kesamaan, yaitu tersakiti dengan fakta bahwasanya Adira tak ada di manapun.

Ia cukup terpuruk selama beberapa bulan, diam mematung di kamarnya, memerhatikan selembar foto masa kecilnya bersama Adira yang berbingkai coklat kayu degan kaca yang sudah retak.

Arka tahu ia tak boleh terpuruk dan putus asa, tapi ia juga punya batas kesabaran. Tak mungkin ia terus mencari jika rasa sabarnya sudah pupus tersedot waktu.

AdiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang