tiga

78 9 0
                                    

Pulang sekolah Elena menceritakan pada ibunya bahwa dirinya bisa mengikuti KIR. Ibunya pun tersenyum lalu memeluk putrinya, dia sangat senang akhirnya Elena bisa mengikuti apa yang memang diinginkannya sejak dulu.

"Ma, boleh gak kalo semisal kak Aiden belajar disini bareng Elen? Kan takutnya ajah dia gak mau Elen ke rumah dia ataupun sebaliknya. Nanti kalo gitu kita belajarnya dimana?" ujar Elena.

"Ya silahkan, kalo emang Aiden gak mau disini kalian bisa belajar di rumah Papa, kan? Itu terserah kalian ajah mau belajar dimana. Udah sekarang kamu ganti baju terus tidur siang oke!" ujar Ibunya dan langsung diacungi jempol oleh Elena.

Itu memang kebiasaannya, tidur siang setiap pulang sekolah. Jangan salahkan dia jika rebahan adalah kegiatan favorite nya. Bermain ponsel dengan ditemani sebuah leptop sekaligus membuat dirinya betah berlama-lama di dalam kamar.

Mungkin jika dilihat dari kegiatannya, Elena bisa dibilang gadis 'pemalas' ya bisa jadi. Tapi, sadar setelah satu tahun yang lalu dirinya merasa bahwa tidak mungkin di situasi berbeda dia akan bertingkah yang sama. Sejak saat itulah dirinya sedikit berubah.

Sedikit tentang Elena saat di sekolah. Dia bukanlah gadis populer, tapi tidak juga cupu. Dia seperti murid  biasa lainnya. Hanya saja, dia memiliki ciri khas sendiri. Rambutnya yang panjang selalu di ikat satu dan mulutnya yang tidak pernah bisa diam jika ada sesuatu yang mengganggu dirinya. Terkadang berbicara tidak melihat situasi.

***

Saat Aiden berdiri di samping motornya, Elena melewatinya begitu saja seolah-olah tidak melihat Aiden. Tapi langkahnya terhenti saat mengetahui suatu hal. Elena berjalan mendekati Aiden bertanya tentang pelatihan atau belajar bersama untuk KIR.

"Kalo gue sih terserah lo ajah, kalo lo gak keberatan mending lo ajah yang ke rumah gue. Soalnya nanti kalo di rumah lo terus udah selese belajar, gue pulang sama siapa? Gak yakin deh lo mau nganterin gue. Kan kalo lo di rumah gue, gue bisa ngusir lo." 

"Oke," kata Aiden.  Elena menatapnya tak percaya. Dirinya menjelaskan panjang lebar tapi yang diajak bicara hanya meresponnya dengan kata 'oke' baiklah anggap itu tidak penting dan Elena berlalu begitu saja.

Aiden menatap punggung gadis itu yang semakin lama semakin menjauh. Gani menepuk bahunya dan mengajaknya menuju kelas.

Di kelas Elena menceritakan bahwa dirinya akan mengikuti KIR tapi justru tanggapan yang Reva berikan membuat dirinya mendadak tidak mood.
Iya, hari ini adalah tanggal dimana Elena mendapat tamu bulanan.

"Jangan badmood donk, nanti gue traktir es krim deh. Mau ya mau," kata Reva membuat mata Elena langsung berbinar. Tawaran yang tidak bisa ditolak oleh Elena adalah es krim, cokelat, dan susu vanila.

"Gak badmood kok asalkan nanti dibeliin es krim. Kalo boleh 2 deh ya, biar gue tambah seneng. Akh! Terbaik memang dirimu," ujar Elena.  Reva yang tahu itu langsung mendorong pelan tangan Elena.

"Gercep amat lo kalo gitu, iyaiya nanti deh istirahat gue beliin," kata Reva pasrah. Tapi, Reva harus was-was jika tiba-tiba Elena menjadikan dirinya pelampiasan rasa sakit.

Kali ini pelajaran sejarah, Elena yang dalam kondisi tidak stabil langsung tertidur. Nasibnya sedang buruk, guru yang mengajar mengetahui itu dan menyuruhnya untuk mencuci muka.
Untung hanya mencuci muka, bukanya hukuman.

Saat berjalan menuju toilet dirinya bertemu dengan kakak kelas yang sewaktu itu memarahinya. Merasa takut dan tidak mau bertatapan, dia menundukkan wajahnya.
Daren menatap wanita itu aneh, apa sebegitu mengerikankah wajahnya?

***

Pulang sekolah ternyata Aiden sudah berdiri di samping motornya. Seperti kesepakatan tadi pagi yang akan melakukan latihan pertama di rumah Elena.

"Rev, keknya gue gak bisa bareng sama lo deh. Masalahnya gue mau pelatihan KIR di rumah gue bareng kak Aiden. So, gue pulang sama dia. Lo gakpapa kan gue tinggal? Tenang ajah gak ada yang bakalan nyulik lo secara lo itu rese," kata Elena panjang lebar membuat Reva jengah dan menunjuk Elena.

"Lo yang rese! bukan gue. Ya udah sana, tiati ya!" ujar Reva. Elena langsung melambaikan tangan, melihat orang yang ditunggu sudah datang, Aiden langsung menaiki motornya.

Aiden berpikir ada yang aneh dengan gadis ini, mengapa belum juga menaiki motornya?dia menatap Elena yang malah seperti orang bingung. Bahkan yang biasanya berbicara kini hanya diam.

"Lo kenapa?" tanya Aiden. Elena menggaruk lehernya karena bingung. Tapi, dia memberanikan diri untuk berkata pada Aiden.

"Motor lo tinggi banget, mana nyampe gue naeknya kalo kagak dibantu.(melihat Aiden yang hanya diam, Elena kembali berkata) Healah kok malah diem. Bantuin gue lah, lo punya perasaan gak sih!" kata Elena.  Setelah itu menghembuskan napasnya lega karena berhasil berbicara.

"Ambil tangga dibelakang sekolah gih. Biar nyampe," ujar Aiden membuat Elena menatapnya jengah.

"Masih ada juga orang gak peka kayak lo, gini... tahan ya(Elena memegang salah satu tangan Aiden untuk membantunya naik ke motor) dah selesai, gak peka amat sih minta dibantuin juga," kata Elena yang kini sudah duduk manis di belakang Aiden. Aiden menatap tidak percaya pada Elena, ada spesies wanita seperti Elena yang tidak ada malu-malu nya sama sekali.

"Eh, jadi gak nih kok malah bengong. Buruan Mama pasti udah nunggu," kata Elena. Aiden langsung melajukan motornya menuju rumah Elena. Elena menunjukkan jalan menuju rumahnya.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah sederhana. Tidak berlantai dua tapi terlihat mewah, halaman depan yang berhiaskan tumbuhan dan bunga. Aiden memasukkan motornya sesuai perkataan Elena.

Aiden kira, Elena termasuk golongan konglomerat jika dilihat dari segi gaya dan tampangnya. Tapi ternyata, dia hanya gadis sederhana yang terlihat istimewa.

"Ayo masuk, sorry nih ya rumah gue gak gede-gede amat tapi setidaknya lebih besar dari gue. Masalahnya kalo kecil gue gak bisa masuk, lagipula badan gue lebih besar dari liliput," kata Elena tanpa sengaja membuat Aiden terkekeh karena mendengar perkataan Elena yang bisa dibilang lucu dan aneh.

Ternyata ibu Elena sudah berdiri di depan pintu menyambut anaknya. Dia mempersilahkan Aiden masuk dan memberinya minuman serta beberapa cemilan.

Elena keluar dari salah satu kamar dengan  pakaian santainya dan rambut yang di gelung rapi sembari membawa beberapa buku.

"Lo gak keberatankan kalo harus belajar di rumah gue?" tanya Elena menghentikan aktivitas Aiden yang akan mengambil buku dalam tasnya.

"Gak kok santai ajah." 

Keduanya mulai belajar dari latihan-latihan soal. Sedangkan Dena_ibu Elena hanya memperhatikan mereka berdua dari depan TV. Setelah sore, Aiden berpamitan pada Dena dan Elena.

"Besok mau belajar dimana? Biar gak usah dadakan. Mungkin bagi rata-rata orang dadakan itu enak tapi gak buat gue. Kalo yang beginian mendadak gue gak akan bisa," ujar Elena. Aiden hanya diam mendengarkan.

"Udah ngomongnya? Besok gantian rumah gue," kata Aiden membuat Elena langsung menolak. Jika harus di rumah Aiden bagaimana bisa dirinya akan pulang tanpa biaya.

"Kalo di rumah lo, nanti pulang gue harus naik bus donk. Harus ngeluarin biaya juga, terus nunggu lama, lo gimana sih emangnya lo mau nganterin gue pulang kalo di rumah lo?" ujar Elena lagi membuat Aiden ingin menjahilinya.

"Kan lo yang minta pendapat di rumah siapa, ya gue jawab mending di rumah gue ajah. Biar impas, masalah lo pulang itu urusan lo!" kata Aiden lalu menaiki motornya dan pergi dari jalan rumah Elena, meninggalkan pemiliknya yang sepertinya sedang mengumpat dirinya.












Jangan lupa untuk kasih vote sama komennya ya.
Aku berterima kasih banget sama kalian yang udah ngelakuin itu. ⭐⭐⭐tiga bintang buat kalian😁



Elena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang