Elena mengikat rambutnya lalu keluar kamar untuk sarapan. Tapi kali ini sepertinya ada yang beda, dapur seperti ramai. Daripada penasaran Elena langsung melihatnya. Terkejut saat melihat siapa yang sedang duduk di kursi sembari tertawa dengan Dena.
"Kak Ezra! Ya ampun Elen kangen banget tau, katanya kakak pulang sekarang...kok udah sampe di rumah ajah, kenapa gak ngasih tau Elen kalo udah sampe di rumah?" kata Elena memeluk kakak nya. Ezra hanya tertawa menanggapi perkataan adiknya.
"Kakak baru nyampe tadi malam, kakak juga ke kamar kamu tapi udah tidur jadi kakak belum sempet ngasih tau kamu. Gini ajah, hari ini kamu berangkat sekolah sama kakak ajah gimana? Terus nanti kita langsung ke rumah Papa," kata Ezra.
"Siap! Mama, Elen berangkat sekarang ya. Elen bawa bekel ajah nanti dimakan di sekolah. Bye-bye, ayo kak mumpung masih pagi dan udaranya lebih seger!" kata Elena menarik tangan Ezra. Ezra hanya tertawa melihat kelakuan adiknya itu dan langsung mengambil kunci mobil.
Di dalam mobil, Elena bercanda ria dengan sang kakak sebelum kakaknya pergi lagi bahkan Ezra akan menikah yang berarti kasih sayang kakaknya akan terbagi. Mengingat hal itu Elena menjadi murung. Ezra yang melihat itu langsung bertanya.
"Kamu kenapa? Kok tiba-tiba langsung cemberut gitu, tadi juga kamu happy-happy ajah tuh. Ayo, cerita sama kakak!"
"Kan bentar lagi kakak bakalan nikah, terus Elen jadi sendirian terus nanti kalo kakak udah nikah pasti kakak gak sayang sepenuhnya lagi sama Elen. Elen gak mau kakak gak sayang lagi sama Elen," kata Elena yang sudah seperti anak kecil.
"Kakak gak akan pernah berpaling sama Elennya kakak. Kakak masih beberapa bulan kedepan lagi untuk ngurusin acara pernikahan. Jadi sekarang kakak cuma mau ketemu sama Elen, Mama, dan juga Reva. Kamu kapan ngajak Reva ke rumah?" tanya Ezra
"Ih kakak apaan sih kayak gaktau Reva ajah kalo tau kakak udah pulang. Oh iya kak, hari ini tuh Reva ulang tahun. Tapi kakak taukan kalo Elen gak bisa, mungkin kakak ajah yang kesana...." Ezra mengerti perasaan adiknya itu dan hanya mengangguk.
***
"Reva, Reva selamat ulang tahun my bestie. Uh! Tambah tua ajah nih, wish you all the best!" ata Elena memeluk Reva saat sampai di kelas. Tentu saja Reva terkejut tiba-tiba ada yang memeluknya dan berseru.
"By the way nih ya, traktiran gue donk. Pajak ultah yekan, lo tau kan gue gak akan nglewatin hari traktiran lo," kata Elena sembari duduk di bangkunya.
"Kayak gak biasanya lo gak minta traktir gue ajah. Tapi thanks ya, oh iya kak Ezra jadi pulang sekarang kan? Gue udah kangen banget sama dia. Dan pastinya dia gak akan lupa kalo hari ini gue ulang tahun," kata Reva berbinar. Tapi, Elena langsung mengubah wajahnya cemberut, dan itu membuat Reva menatapnya bingung.
"Tapi Reva, tadi kak Ezra bilang dia gak bisa pulang sekarang karena ada urusan mendadak dari kantornya. Mungkin besok dia baru bisa pulang," kata Elena membuat Reva menjadi murung. Bagaimana bisa? dia sudah menganggap Ezra seperti kakaknya. Bahkan setiap diantara mereka ulang tahun pasti Ezra selalu tahu dan tidak melupakan momen itu.
"Sepenting itukah urusannya? Masa iya kali ini kak Ezra gak ada di acara ultah gue, udah cukup lo ajah gak dateng juga gakpapa tapi kak Ezra juga gak dateng..." kata Reva membuat Elena ingin tertawa melihatnya. Rasanya semenyenangkan ini jika harus membuat orang lain kesal.
"Tenang ajah dia gak akan lupa sama ultah lo kok, oh iya gue ada sesuatu buat lo. Nih.." kata Elena menyerahkan bingkisan pada Reva. Reva menerimanya dengan senang hati dan mengucapkan Terima kasih.
***
Elena dikantin seperti biasa, hanya berdua dengan Reva. Bedanya hari ini Reva membayar semua pesanan Elena.
"Woah! Bener-bener terbaik ya lo, kalo traktiran gue jangan cuma hari ini doank kali. Ngasih orang makan itu dapet pahala."
"Sembarangan!untung di lo rugi di gue. Tapi Ngomong-ngomong, gue suka sama kado yang lo kasih. Thanks ya!" kata Reva yang diangguki Elena.
Saat akan minum, Elena langsung tersedak saat mendengar teriakan seseorang. Reva yang melihat itu langsung mengusap punggung Elena.
"Lo itu siapa hah berani-beraninya lo ngelaporin kita ke guru. Lo taukan siapa gue! Gue ini Sevita, gak ada yang pernah berani melawan gue! Dan lo, gue harus bener-bener ngasih lo pelajaran!" kata Sevita yang akan menampar seorang pria yang terlihat cupu tapi langsung dicegah oleh Elena.
Elena tahu betul siapa itu Sevita, badgirl di sekolahnya sang pembuat onar. Tapi, Elena tidak pernah melihat Sevita akan melakukan aksinya di tempat umum.
"Lo gak seharusnya ngelakuin hal ini didepan umum. Lo gak malu sama reputasi lo? Apa untungnya dengan lo ngelakuin ini? Biar semua orang tau kalo lo itu badgirl dan harus ditakuti? Cih! Maksud lo apaan?" kata Elena menghempaskan tangan Sevita.
"Lo! Jangan pernah ikut campur urusan gue, apa lo cewek dari cowok cupu ini? Wah! Menarik, cowoknya cupu dan ceweknya liar," kata Sevita menatap rendah ke arah Elena yang memasang senyum manisnya. Menurut Elena untuk apa menunjukkan rasa takut di depan lawan yang malah membuat lawan semakin senang.
"Ngapain lo senyum-senyum gitu?! Gak waras lo!" kata Sevita. Saat Elena akan berbicara, tiba-tiba Reva langsung menutup mulutnya dan menariknya pergi.
"Maaf kak, kami gak bermaksud. Sekali lagi maaf," kata Reva yang menghindari Sevita dengan Elena yang terus berontak dalam tarikannya. Berhasil menyingkirkan tangan Reva dari mulutnya, Elena menatap Sevita yang masih memperhatikan.
"Lo! Jangan ganggu dia lagi, awas lo!" ancam Elena menunjuk kedua matanya menggunakan jari dengan maksud memberi peringatan.
***
Setelah mereka sampai di kelas, Reva langsung mencerca Elena karena tidak ada takut-takut nya dengan siapapun terkecuali orang-orang yang dianggapnya patut ditakuti.
"Lo gila ya! Lo udah tau dia kak Sevita kenapa masih lo layanin juga. Terus tadi maksud lo apaan coba senyum-senyum gak jelas. Gak usah macem-macem deh."
"Ah! Reva lo sayang banget kan sama gue jadi lo perhatian gini sama gue. Biar gue gak kena omel dan buat keributan terus biar gue gak terluka. Yekan-yekan, ngaku ajah deh."
"Sarap! Iya gue narik lo biar lo gak malu-maluin terus ngakuin gue sebagai teman lo. Dih sorry!" kata Reva sewot sendiri membuat Elena cekikikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elena [END]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Karya sudah END ini kisah hidup Elena, si gadis periang dan tangguh. Elena tidak mudah ditindas, jika ada yang menindas nya maka dia akan balik menindas. Kesialan yang menimpanya dipagi hari membuat dirinya bertem...