Paginya Elena datang ke sekolah dengan muka kusut. Ternyata tamunya membuat mood dirinya gampang berubah. Bahkan kemarin saja perutnya sakit, tapi untungnya masih bisa di tahan.
Saat ada yang menyapa dirinya di Koridor, biasanya Elena akan menyapa balik tapi kali ini dia hanya tersenyum. Bahkan orang yang menatapnya juga merasa aneh dengan Elena, tapi tidak mempermasalahkan itu.
"Len, gimana sama kegiatan lo kemarin. Pasti asik kan belajar bareng cogan," rayu Reva yang entah datang dari mana. Elena memutar bola matanya malas, kebiasaan Reva yang selalu kepo.
"Paan sih, b ajah!" kata Elena. Reva yang mengerti dengan sohibnya itu memilih berjalan duluan daripada dirinya nanti akan menjadi pelampiasan.
Saat pelajaran berlangsung tiba-tiba perut Elena sakit, ini rasanya lebih sakit dari hari kemarin. Dia memegang perutnya berusaha menahan sakit, tapi nyatanya masih sama bahkan menambah rasa sakit. Dia meringis, Reva yang melihat itu langsung khawatir.
"Lo kuat gak, Len? Kalo gak kuat mending ke UKS ajah," kata Reva pelan, dirasa tidak sakit lagi Elena kembali seperti biasa dan menolak ajakan Reva. Tapi beberapa menit kemudian perutnya kembali sakit. Rasanya dia ingin menangis karena tidak tahan.
Reva yang melihat sahabatnya kesakitan tidak tahan melihatnya dan mengangkat tangannya. Dia meminta izin untuk mengantar Elena ke UKS. Walaupun Elena tidak ingin tapi Reva terus memaksanya, Elena menuruti apa perkataan Reva karena untuk berbicara saja rasanya semakin menjadi.
Di UKS sepi belum ada penjaga karena ini masih jam pembelajaran, Reva hanya meminta izin untuk istirahat sebentar menemani Elena. Petugas UKS mengizinkannya dan melakukan tugas lainnya sehingga meninggalkan Reva dan Elena di UKS.
"Reva, sakit woy! Gue gak bisa nahan. Sumpah ini sakit banget, Mama huwaa! Bantu Elen!" seru Elena menjadi di ruang UKS, Reva menutup telinganya saat mendengar seruan Elena.
"Berisik! Mending lo tidur ajah sono, biar gak kerasa sakitnya. Lo teriak-teriak begitu bangunin cicak lagi tidur," kata Reva sedikit kesal karena teriakan Elena.
"Ah lo jahat amat jadi sahabat, gue buang lo ke tong sampah lama-lama," kata Elena. Reva duduk di sofa yang ada sembari memainkan ponselnya.
"Eh btw, bukannya nanti juga lo ada pelatihan kan? Lo yakin kita nahan sakit sampe sore?"
"Gue gak tau, kayaknya gak deh. Mending hari ini gua gak ikut pelatihan dulu deh, tapi nanti kalo kak Aiden nunggu gue di parkiran gimana? Kan kesian masa iya gue PHP in dia."
"Pede amat lo jadi orang, mana mau dia nungguin lo. Lo ada nomor HP nya gak? Bilang ajah lo gak bisa ikut pelatihan hari ini," kata Reva. Sedangkan Elena menggelengkan kepalanya. Reva menepuk dahinya karena kesal dengan sikap Elena.
"Mending besok-besok lo minta nomornya, daripada dia nyariin lo kalo suatu saat lo diculik dedemit."
"Sembarangan lo kalo ngomong. Udah diem, mending nanti istirahat lo cari dia terus bilang kalo gue gak bisa ikut pelatihan. Gue mau tidur, jangan berisik dan jangan ganggu bobo cantik gue!" kata Elena langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Reva.
"Yang dari tadi ngomong kayak burung beo itu siapa..." kata Reva pelan agar Elena tidak begitu mendengar jelas suaranya.
***
Istirahat sesuai perkataan Elena, Reva mencari Aiden di kelasnya tapi katanya Aiden ke kantin bersama teman-temannya. Reva mengumpat Elena yang menyusahkannya.
Sampai di kantin dia mendekati bangku pojok biasa tempat Aiden berkumpul. Dia sedikit gugup saat ada beberapa siswa yang memperhatikannya.
"Kak Aiden, kata Elena hari ini dia gak bisa ikut pelatihan."
"Kenapa?" tanya Aiden tanpa menatap orang yang berbicara dan itu membuat Reva sedikit kesal.
"Liat orang yang ngomong kek, Elena gak bisa ikut pelatihan sekarang karena sakit!" kata Reva kesal lalu pergi begitu saja setelah memukul meja membuat teman-teman Aiden bahkan Aiden pun merasa terkejut.
"Gile cewek apaan tuh bar-bar amat," kata Gani. Aiden menatap aneh ke arah Reva yang sekarang sedang membeli makanan. Memang sedari pagi menunggui Elena di UKS membuat dirinya kebosanan, untungnya sekarang dirinya berasa di kantin.
"Bilangin ke dia, besok harus bisa!" kata Aiden menghampiri Reva lalu pergi dari kantin. Reva tidak peduli dengan itu dan memilih memakan makanannya.
***
Mendengar bahwa Elena sakit, Aiden menjadi penasaran bagaimana kondisi Elena saat ini. Dia meminta pada temannya untuk ke kelas lebih dulu karena dia ada urusan sebentar.
Sampai di UKS dia berpura-pura untuk meminta minyak kayu putih. Dari tempat kotak P3K dia melihat Elena sedang tertidur. Dia mendekatinya dan menatap mata Elena yang terpejam.
"Lo sakit apa?" tanya Aiden saat setelah Elena hampir membuka matanya. Karena belum sepenuhnya sadar, Elena masih terdiam lalu menatap Aiden lama.
"Apaan?" tanya Elena karena tidak begitu mendengar jelas perkataan Aiden.
"Lo sakit apaan?" tanya Aiden. Elena menjawab bahwa perutnya sakit karena sedang haid. Saat Aiden akan pergi, Elena menahan tangannya membuat Aiden membalikkan badannya menghadap Elena lagi.
"Apa?" tanya Aiden. Elena meminta nomor ponsel Aiden agar suatu saat dirinya memberi kabar lebih mudah. Setelah itu Aiden berbalik meninggalkan Elena yang asik bermain ponsel.
Saat keluar Aiden berpapasan dengan Reva yang sepertinya menatapnya bingung. Aiden seolah-olah tidak melihatnya dan berjalan begitu saja. Reva langsung dilanda rasa penasaran. Dia melihat Elena yang asik bermain ponsel.
"Tadi kak Aiden kesini jenguk lo?" tanya Reva.
"Iyalah secara gue ini partnernya dia. Masa gue sakit gak dijengukin kan jahat," kata Elena sedikit bergurau karena bahkan dirinya saja tidak tahu untuk apa Aiden menemuinya jika bukan untuk menjenguk.
"Besar kepala dasar, nih gue beliin es krim buat lo. Jangan badmood lagi," kata Reva memberikan kantong kresek yang berisi dia buah es krim.
"Yey! Makasih! Peka banget sayangku. Eh, btw ini buat gue semua kan ya?" kata Elena berbinar.
"Enak ajah gue yang beli masa iya gue gak makan. Buat gue satulah!" kata Reva mengambil salah satu es krim dari tangan Elena membuat sang pemiliknya kembali pada tampang datarnya.
"Ngeselin lo, gue sleding lo lama-lama!" kata Elena tapi biarpun begitu dia tetap senang karena Reva bisa mengerti dirinya. Mereka memakan es krim dan sesekali Elena menahan sakit di perutnya yang kembali kambuh. Rasanya Elena ingin sekali marah pada dirinya yang tidak bisa menahan rasa sakit.
Jangan lupa vote sama komennya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Elena [END]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Karya sudah END ini kisah hidup Elena, si gadis periang dan tangguh. Elena tidak mudah ditindas, jika ada yang menindas nya maka dia akan balik menindas. Kesialan yang menimpanya dipagi hari membuat dirinya bertem...