Setelah beberapa polisi datang, Galih langsung memeluk Elena seraya berbisik sebelum dirinya ikut pergi bersama polisi.
"Sepupu gue, Elena..."bisik Galih sesaat Elena melihat jenazah ibunya yang sudah dibawa polisi bersama ambulan.
Elena menatap kosong ke arah dimana ibunya tertembak, setelah Galih memeluknya. Kini Elena tidak tahu harus berbuat apa, ada orang yang kembali memeluknya.
"Elena, lo enggak apa-apa, kan?"tanya Aiden saat mengetahui keberadaan Elena dengan melacak ponselnya. Saat Aiden memasuki gedung tua, matanya terbelalak melihat jenazah ibu Elena bersama seorang pria yang Aiden tahu adalah ayah dari Galih.
"Kenapa harus terjadi?"kata Elena parau. Aiden tak tahan melihat Elena seperti itu. Dia memeluknya erat, berusaha menenangkan Elena.
"Ini takdir, Len. Semuanya udah ditentuin, kita gak tau apa yang akan terjadi di masa mendatang. Mending sekarang kita pulang, lo telpon saudara biar bisa ngurusin jenazah tante Dena."
Elena mengangguk dan mengikuti Aiden keluar gedung. Saat diluar, barulah Elena menelpon kakaknya. Elena pasti tahu, kakanya akan sangat terpukul mendengar berita ini. Tapi, dirinya yang lebih terpukul karena saat-saat ini dia masih harus kehilangan ibunya. Bahkan Elena masih sedikit berduka atas kepergian ayahnya.
***
Evan yang mendengar kabar bahwa Dena meninggal langsung meneteskan air matanya. Dia tak menyangka bahwa kemarin adalah hari pertama sekaligus terakhir baginya bertemu dengan orang yang sangat dia rindukan beberapa tahun silam.
"Evan, kamu kenapa?"tanya Eliza_ibu Evan.
"Mi, ibu Dena. Dia meninggal..."kata Evan membuat Eliza terkejut. Begitupun dengan suaminya yang langsung berdiri.
"Maksud kamu apa, Evan?"tanya Leon_ayah Evan
"Itu Pi, orang yang selama beberapa tahun keluarga kita cari. Orang yang udah ngejagain Evan sedari Evan kecil, yang punya gadis lebih muda dari Evan. Ibu Dena."
Seluruh keluarga Evan langsung menuju ke rumah Dena. Tapi saat dirumah yang saat itu Evan mengantar Elena pulang sangat sepi. Evan jadi bingung sendiri, dia mencoba untuk menghubungi Elena dan bertanya dimana alamat dirinya berada.
"Tunggu Evan, bukankah ini rumah keluarga Rochelle?"kata Eliza, begitupun dengan Leon. Bahkan Evan baru menyadari, apa Elena termasuk dari keluarga Rochelle. Tapi Evan melihat ada banyak orang disana. Langsung saja keluarga Evan memasuki rumah.
Evan ingin tahu seperti apa keadaan gadis kecilnya saat ini. Evan melihat kearah Aiden dan juga keluarganya.
"Den, lo tau dimana Elena?"tanya Evan.
"Dia di kamarnya, gak mau keluar..."kata Aiden uang diangguki Evan. Mungkin Evan tidak tahu yang mana kamar milik Elena, tapi saat mendengar suara isak tangis dan sebuah benda yang jatuh membuat Evan langsung tergesa-gesa membuka pintu kamar.
Dia melihat Elena bersandar pada sebuah lemari dan disampingnya ada sebuah vas bunga yang sudah pecah. Dia mendekati Elena dan memeluknya.
"Lo gak boleh gini terus. Masih banyak orang yang sayang sama lo. Elena, liat gue (menghadapkan Elena ke arah Evan) lo selalu ceria, orang-orang berpikir lo itu gadis yang kuat. Apa lo mau dikatain cengeng setelah ini?"kata Evan membuat Elena mengerucutkan bibirnya.
"Kakak Evan jahat, Elena gak mau disangka cengeng.. "kata Elena membuat Evan tersenyum.
"Ya udah sekarang kamu turun,"kata Evan diangguki Elena. Elena juga tahu, mungkin Ezra belum turun jadi dia mampir ke kamar kakaknya dan mengajaknya ke bawah bersama. Menemani sang ibu sampai ke tempat peristirahatan terakhir.
***
Selesai pemakaman Dena, seluruh tamu langsung pulang. Kini hanya ada Elena, Ezra, dan orang tua Bobi. Tapi tidak dengan Bobi, entah kemana anak itu pergi. Belum juga kelihatan selesai pemakaman.
Semuanya termenung di ruang keluarga, Elena mendekap foto ibunya dan terus menangis. Semua orang sudah berusaha menenangkan tapi Elena tidak mau menggubrisnya.
"Elen, kakak mau kamu berhenti nangis. Kasian Mama disana takutnya gak tenang" Kata Ezra mengusap kepala adiknya. Dirinya pun sama terpukulnya tapi berusaha menutupi agar tidak menambah suasana sedih.
"Hello! Kakak Elen, lo tau gak gue bawa apa?" Seru Bobi tiba-tiba membuat orang disana terkejut.
"Bobi! Jangan berulah" Tegas Dina
"Eh enggak donk, Ma. Kak Elen, liat nih gue bawa apa? Mau gak? Gue jamin kalo lo udah tau isinya langsung ceria deh" Kata Bobi membawa sekotak kerdus bermerek sarimi.
"Lo mau ngasih gue mi instan? Kan gue gak nerima sembako" Kata Elena sendu
"Aelah lo liat dari luarnya ajah, abisnya gue kesian sama kotak yang bagus kalo gue bawa kesini. Nanti yang ada setelah liat isinya, lo buang deh kotaknya. Jadi, gue bawain pake ini ajah. Sini deh liat" Kata Bobi mengajak Elena
Elena hanya menurut, dibukanya kotak itu seketika dirinya merasa terkejut. Langsung saja dia membuang kotak itu dan mengambil isinya.
"Arbi! Akhirnya lo bisa pulang, tunggu! Lo bawa Arbi secara paksa?" Tanya Elena
"Enggak kok, tadi gue tanya sama dokternya dia udah sembuh" Kata Bobi
Elena mengelus tubuh Arbi, bahkan Elena hampir lupa bahwa dirinya masih menitipkan Arbi. Elena tersenyum tapi saat itu juga kembali menangis. Dibawanya Arbi ke dalam kamar.
"Bob kamu tau Elena punya kucing?" Tanya Ezra
"Waktu itu Bobi gak sengaja dikasih tau sama Bibi Dena kalo ada kucingnya yang lagi di rawat" Kata Bobi
Setelah itu, keluarga Bobi berpamitan pulang. Ezra menuju ke halaman belakang. Dia harus mencari suasana untuk hatinya. Ezra sangat mengenal Elena dengan baik, kejadian ini lebih parah dari satu tahun yang lalu. Pastinya Elena akan lebih sulit melupakannya.
Dia harus mencari tahu, sebenarnya siapa dibalik orang yang tega melakukan ini pada keluarganya. Ezra duduk di sebuah bangku, apa yang harus Ezra lakukan? Elena harus mengikuti KIR beberapa hari lagi.
Tak mau memikirkannya lebih dulu, Ezra kembali ke dalam. Namun, saat melewati dapur tak sengaja mendengar samar-samar suara Elena. Karena penasaran, Ezra langsung melihatnya sendiri.
"Elena"panggil Ezra membuat Elena menoleh dan tersenyum. Dia mengajak Ezra untuk makan bersamanya. Ada sedikit rasa bingung pada Ezra, saat kematian ayahnya. Elena selalu mengurung dirinya di kamar selama beberapa hari. Dan sekarang Elena masih bisa tersenyum walaupun masih terlihat samar.
"Kamu siap untuk ikut KIR?" Tanya Ezra
"Elena harus siap. Elen yakin Elen bisa dapet juara!" Kata Elena dengan penuh percaya diri.
"Kakak akan nemenin kamu sampe KIR kamu berhasil. Dan setelah itu, kamu mau ikut kakak ke Inggris?" Kata Ezra. Ini adalah yang paling ditakutkan sejak dulu, bersekolah diluar negeri dan jauh dari ibunya.
Tapi sekarang, jika Ezra pergi. Dirinya hanya seorang diri, kalaupun tidak pasti keluarga Bobi yang akan membantunya. Lalu apa kabar dengan Galih? Setelah kejadian itu, Galih tidak terlihat. Wajar saja dia juga sangat sedih melihat Galih yang dengan berat hati membunuh ayahnya sendiri demi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elena [END]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Karya sudah END ini kisah hidup Elena, si gadis periang dan tangguh. Elena tidak mudah ditindas, jika ada yang menindas nya maka dia akan balik menindas. Kesialan yang menimpanya dipagi hari membuat dirinya bertem...