lima

72 6 0
                                    

Hari ini adalah hari Minggu, Elena sudah berkata pada Reva bahwa mereka akan ke cafe miliknya untuk meminta es krim. Dena sudah pergi ke cafe sejak tadi pagi karena memang biasanya setiap hari Minggu Dena akan menghabiskan waktunya di cafe.

Elena mengepang rambutnya dan menyampirkan tas kecilnya. Tak lupa Elena mengunci pintu dan menunggu Reva sembari duduk di kursi. Tak lama kemudian, Reva datang dengan motor matic nya dan meng klakson agar Elena segara mendekatinya.

"Ish lama amat lo, gue udah nungguin dari tadi!" ujar Elena. Reva melihat jam dan masih ada waktu 3 menit sebelum mereka berangkat. Jadi disini siapa yang salah?

"Sorry elah," kata Reva tanpa mau memperpanjang dan langsung melajukan motornya ke arah cafe milik keluarga Elena.

Bunyi lonceng cafe berbunyi sebagai penanda bahwa ada yang datang. Elena langsung mencari bangku kosong untuk ditempati dirinya dan Reva. Setelah itu dia meminta dua gelas cup es krim untuk di letakkan di mejanya.

Tentu saja para pelayan disini sudah mengetahui bahwa dirinya merupakan anak pemilik cafe, Elena menuju ruangan Dena dan melihat beliau sedang menerima telpon.

"Ada apa, Elen?" tanya Dena melihat putrinya sedang duduk di sofa. Elena berkata bahwa dia sedang bersama Reva seperti biasa. Dena hanya mengangguk kemudian berkata bahwa besok Ezra akan pulang. Mata Elena langsung berbinar dan melompat bahagia. Akhirnya Elena bisa bertemu dengan Ezra setelah sekian lama.

"Lo lama banget sih, gue udah nungguin lo dari tadi. Nih liat es krim gue udah mau habis kan," kata Reva yang memang sudah tahu kalau Elena telah bertemu dengan Ibunysnya tapi tidak pernah selama ini.

"Hehe sorry, tadi Mama bilang katanya besok kak Ezra pulang. Lo taukan terakhir kita ketemu itu 6 bulan yang lalu? Dan katanya dia mau nikah ah ya ampun kakak gue udah gede," kata Elena memangku wajahnya dan menyuapkan es krim ke dalam mulutnya.

"Kalo kak Ezra udah nikah nanti jadi semakin jarang ketemu kita donk, terus kita jadi jarang dapet kasih sayang dia donk. Terus kita cuman liatin dia dan ngobrol sebentar doank donk."

"Lo kebanyakan donk donk, lama-lama gue kasih kedondong asem tau rasa. Eh, btw besok itu ulang tahun lo ya? Emm sorry ya kalo gue-"

"Iya gue tau, gue cuman butuh doa lo ajah kok. Terus setelah ini kita mau ngapain? Masa iya langsung balik ke rumah baru ajah jam 10." 

"Mmm terus kemana lagi? Kan niatnya cuman mau makan es krim ajah. Gimana kalo kita ke mall? Gak beli banyak tapi ngadem," kata Elena. Reva langsung menyenggol lengan Elena saat melihat seseorang yang baru saja memasuki cafe.

"Apaan sih lo, udah ayo nanti keburu siang eh gakpapa, kan kita kesana mau ngadem." 

Reva menggelengkan kepalanya dan menatap Elena penasaran dan menunjuk beberapa orang yang duduk bersebrangan dengan meja mereka.

Elena menatap telunjuk Reva dan menatap tidak tahu ke arah Reva. Disana ada Aiden, Gani, Galih, dan Daren? Tunggu mengapa ada Daren lalu waktu itu saat dirumah Aiden juga dirinya melihat Daren. Tapi setau Elena, Daren tidak sedekat ini dengan Aiden.

Tanpa mau peduli dia langsung mengambil tas yang ada di sampingnya dan mengajak Reva untuk segera pergi.

***

Dalam perjalanan menuju mall tak sedikit yang mereka bicarakan dari hal yang tidak wajar sampe wajar. Dari penasaran menjadi gibah, memang mereka adalah orang banyak bicara.

"Len, lo gak mau gitu bisa naik mobil atau motor gitu minimal?" tanya Reva yang memang penasaran dengan sahabatnya ini. Tidak pernah melihat Elena mengendarai motor apalagi mobil.

"Gak deh gue takut. Takut jatuh, masalahnya dari hasil survei gue mengatakan bahwa semua orang yang bisa mengendarakan kendaraan pribadi mereka pasti mereka pernah terjatuh atau bahkan kecelakaan. Gak usah jauh-jauh kalo contoh, buktinya lo juga udah pernah bahkan bisa dibilang sering jatuh dari matic lo ini yekan. Makanya lo gak dibolehin bawa motor sendiri ke sekolah," jelas Elena yang memang masuk akal. Memang Reva sudah sering jatuh saat menaiki motor, bukan berarti dia tidak bisa Mengendarainya tapi selalu ada saja musibah yang datang tanpa bisa di prediksi bukan?

"Iya sih masuk akal terus masa iya lo gak mau belajar gitu minimal untuk antisipasi kalo ada sesuatu yang darurat. Mau sampe nenek-nenek juga kayaknya lo gak akan mau," cibir Reva, sedangkan Elena hanya terkekeh.

"Gue bisa nekad, gampang kan tinggal gas terus rem, citt berhenti deh!" kata Elena dan tepat saat itu motor Reva terparkir di halaman mall.

Keduanya memasuki mall, mereka sepakat untuk berpencar dan bertemu di parkiran. Elena hanya ingin berjalan-jalan jika ada yang menarik perhatiannya baru dia akan membelinya. Tak sengaja matanya melihat sebuah boneka pikachu yang menurutnya sangat lucu.

Dia mendekati toko boneka itu dan meminta penjaganya untuk mengambilkan boneka itu. Tapi saat boneka itu sudah ada di genggamannya, seorang anak kecil tiba-tiba terjatuh dihadapannya. Elena membantu anak kecil itu yang kini sudah menangis. Elena bingung harus berbuat apa, sepertinya anak kecil ini kabur dari orang tuanya.

Dia mencoba menenangkannya dengan memberikan boneka miliknya. Anak kecil itu langsung berhenti menangis. Elena menatap anak kecil itu yang kini tengah memegang bonekanya erat.

"Nama kamu siapa?" tanya Elena.

"Lili" 

"Dimana ibu kamu?" tanya Elena. Anak kecil itu menggeleng. Jika sudah begini bisa ribet urusannya, apa yang harus Elena lakukan. Dia menelpon Reva untuk menemuinya. Reva segera menuju ke arahnya dengan sedikit tergesa-gesa setelah mendengar penuturan Elena.

"Lo kok bisa ketemu sama dia sih? Terus gimana lo balikin dia ke orang tuanya? Lo kalo nyulik anak yang mikir-mikir dulu kek. Kalo ini anak sampe-sampe gak ketemu sama orang tuanya. Lo bisa apa?" oceh Reva. Elena menatapnya cengo. Apa maksud Reva yang menuduhnya seperti itu?

" Kan tadi gue udah bilang gak sengaja nemu dia yang lagi nyungsruk mana tega gue ngeliatnya nangis sampe begitu. Yang ada gue disangka ngapa-ngapain nih bocah lagi," kata Elena.

Saat dirinya sedang berargumen dengan Reva, Tiba-tiba seorang wanita paru baya mendekati mereka dan langsung memeluk anak kecil itu.

"Kamu darimana ajah, Lili? jangan buat Mama khawatir," kata wanita itu.

"Maaf tante, bukannya saya gimana-gimana lain kali kalo bawa anak kecil ke mall jangan sampai lengah," kata Elena sopan. Kini wanita itu menatap Elena dan Reva bergantian.

"Terima kasih sudah menjaga Lili. Saya harus pergi sekarang," kata wanita itu langsung menggendong anak kecil itu dan pergi dari mereka.









Elena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang