Malam hari saat Elena mengerjakan tugas, Dena memanggil dirinya. Elena langsung menemui Dena di sebelah kamarnya.
"Len, Mama mau beli obat. Kamu di rumah ajah," kata Dena tapi Elena langsung menolaknya. Mana mau Elena tinggal sendirian di rumah sedangkan Dena yang sedang sakit malah pergi.
"Biar Elen ajah yang beli, Mama di rumah ajah. Kan Mama belum sembuh jadi nanti kalo Mama kenapa-kenapa dijalan gimana? Kasian Elen yang khawatir," kata Elena.
"Emangnya kamu mau?Mama takut ngerepotin kamu,kan kamu juga lagi belajar."
"Gak kok tenang ajah, Elen itu anak baik. Berbakti pada orang tua. Jadi biarin Elen ajah, sini uangnya. Oh iya obatnya apa? Biar Elen gak bingung."
Setelah Dena memberitahu obat yang akan dibeli, Elena langsung mengganti bajunya dengan celana jeans paduan switer. Dia memesan ojek online saja karena tidak mungkin ada angkutan saat malam seperti ini.
Elena langsung menuju apotik dan membeli obat sesuai perkataan Dena. Saat akan memesan ojek online, dia tersadar bahwa uang yang diberikan Dena kurang. Dia mengeluh dan terpaksa berjalan.
"Kenapa gue gak bawa duit ya, masa iya gue harus jalan sampe rumah." Elena berjalan ogah-ogahan di trotoar. Biarpun jalanan ramai, pasti ada saja orang-orang pengganggu.
Elena menatap 3 orang di depannya, Elena tidak menguasai dunia pertarungan apalagi dirinya seorang wanita.
"Ada apa ya abang-abang?Elen mau pulang ke rumah, kasian Mama udah nungguin obat yang Elen beli. Elen juga masih sekolah belum punya ijazah, nanti kalo gak lulus gak dapet ijazah terus gak dapet pekerjaan. Masa iya masa depan Elen harus suram, jadi permisi abang-abang, Elen mau lewat."
"Halah banyak omong, buruan!" kata salah satu orang itu yang akan memegang Elena tapi Elena dengan cerdiknya menendang dan berusaha untuk lari. Sayang sekali dirinya tidak jago dalam berlari sehingga bisa tertangkap.
"Tolong!" teriak Elena sekuat tenaga. Salah satu dari mereka langsung membekap mulutnya tapi Elena malah menggigitnya.
"Siapapun tolong!" seru Elena meronta karena tenaganya tidak sekuat para pria di hadapannya.
Elena hanya bisa berdo'a dalam hati agar ada orang yang menolongnya. Tak lama setelah itu dia melihat seseorang keluar dari mobil mewah dan langsung menghajar para preman itu.
Elena melihat dengan jelas pertarungan antara 1 lawan 3, jangan ditanya sudah pasti akan kalah. Elena tidak bisa tinggal diam seperti pengecut. Dia mencari sesuatu di sekitarnya yang sekira bisa membantunya.
Sebatang kayu yang berada di dekat pohon langsung dia ambil dan memukul tengku salah satu preman yang akan memukul penyelematnya dari belakang.
"Hahaha mampus lo! kena,kan..." kata Elena terlanjur girang sehingga tidak melihat dibelakangnya ada orang yang akan memukulnya.
"Elena awas!" seru orang itu menarik Elena ke belakang sehingga pukulan itu mengenai hidungnya. Tidak pedulikan rasa sakit, orang itu langsung menghabisi preman.
Elena menatap orang itu kaget saat meneriaki nya dan bunyi pukulan yang keras. Sadar saat orang itu berbicara padanya.
"Lo gak apa-apa kan?" tanya orang itu khawatir pada Elena.
"Eh? Hm siapa? Kakak Evan! Ya ampun itu hidungnya berdarah!" kata Elena histeris.
"Stts, udah gue gak apa-apa. Biar gue anter lo pulang oke?" kata orang itu yang diangguki Elena.
Elena merasa bahwa Evan adalah penyelamat nya. Di situasi yang sama pula, bedanya saat ini Evan menangani para preman itu sendiri. Bukan para bodyguard nya.
"Mending kakak Evan ikut ke dalam dulu buat bersihin lukanya. Ya ikut Elen ke dalam ya, biar Elen ngobatin luka kakak Evan..." kata Elena memelas. Evan yang tidak tega hanya mengangguk dan ikut Elena ke dalam rumah.
"Elen kenapa belinya- lho lho Mama lagi ngomong sama Elen lho," kata Dena melihat Elena yang memberinya obat lalu pergi begitu saja dengan tergesa-gesa.
"Aduh! Nanti ajah Mama tanya-tanya nya, sekarang Elen sibuk."Elena lalu melewati Dena dengan membawa kotak P3K.
"Sini kakak Evan, duduk sini biar Elen gampang ngobatinnya," kata Elena menepuk kursi sebelahnya. Evan hanya menurut perkataan Elena saja dan membiarkan Elena mengobati luka-luka nya.
"Hidung kakak Evan gak retak, kan ya? Tadi Elen denger suara pukulan lho. Masih utuhkan?" kata Elena menggerakkan hidung Evan membuatnya meringis.
"Gak sebelum lo pegang."
"Ih kakak Evan terus gimana donk? Kan gak ada yang jual hidungk" Kata Elena cemas dan itu membuat Evan terkekeh.
"Santai ajah kali, hidung gue baik-baik ajah."
Merasa ada yang datang, Evan menoleh ke arah Dena. Matanya terpaku menatap Dena yang juga menatapnya. Sungguh dia tidak menyangka bahwa orang yang dicarinya selama satu tahun kini berada dihadapannya.
"Zarevan" gumam Dena.
"Eh, Mama sini mah. Elen abis ngobatin lukanya kakak Evan yang udah nolongin Elen waktu digangguin sama preman. Hebat kan, kakak Evan jago lho..." oceh Elena membuat Dena tersadar dan tersenyum ke arah Elena.
"Oh ya? Udah bilang Terima kasih belum sama kakak Evan?" tanya Dena yang ikut duduk bersama mereka.
"Makasih kakak Evan, udah nolongin Elen lagi."
"Iya sama-sama..."
"Elen, kamu tolong cariin kalung Mama. Kayaknya tadi hilang di kamar Mama," kata Dena.
"Kok bisa? Ya udah Elen cariin. Mama disini sama kakak Evan, dan kakak Evan Elen mau cari kalung yang hilang," kata Elena lalu masuk mencari kalung Dena yang katanya hilang.
Sepeninggal Elena, Evan langsung memeluk wanita dihadapannya. Sungguh dia sangat merindukan walaupun tidak begitu dekat. Tapi mengingat Dena yang menjaganya saat kecil membuat dirinya sangat merindukan sosok Dena.
"Ibu Dena, Evan kangen. Evan udah cari-cari ibu Dena tapi gak pernah ketemu," kata Evan.
"Evan, kamu sudah besar. Ibu juga merindukanmu, terima kasih sudah menjaga Elena..." kata Dena.
"Gak apa-apa ini sebagai bentuk balas budi ajah. Selama ini Ibu Dena dimana ajah? Kenapa Evan cari-cari selalu gak ada?"
"Semenjak satu tahun itu, ibu dan sekeluarga langsung pindah ke rumah ini. Tapi terkadang juga berada di rumah Papa. Memangnya kamu tidak mengetahui bahwa Elena itu anak ibu?"
"Elena mirip dengan papa Rachman, tapi Evan gak begitu sadar."
"Mama! Kalungnya kok gak ketemu ya!" seru Elena dari dalam.
"Sini Elen, ada yang mau Mama omongin sama kamu. Biar nanti Mama cari lagi kalungnya!" balas Dena.
Elena langsung menemui Dena dan Evan. Dia duduk di samping Dena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elena [END]
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Karya sudah END ini kisah hidup Elena, si gadis periang dan tangguh. Elena tidak mudah ditindas, jika ada yang menindas nya maka dia akan balik menindas. Kesialan yang menimpanya dipagi hari membuat dirinya bertem...